Mengidamkan Semua Ruas Jalan Penting di Jogja Sejuk dan Rindang Seperti Padukuhan Pangukan Sleman

Jogja Sejuk dan Rindang Seperti Sleman Hanya Impian Palsu MOJOK.CO

Ilustrasi Jogja Sejuk dan Rindang Seperti Sleman Hanya Impian Palsu. (Mojok.co/Ega Fansuri)

MOJOK.CO – Hanya bisa bermimpi karena melihat aksi nyata dari Jogja rasanya skeptis banget. Bisa sejuk dan rindang kayak Sleman? Ah, ini semua cuma impian palsu.

Saya punya satu impian untuk Jogja. Jadi, saya mengidamkan semua ruas jalan penting di Jogja itu sejuk dan rindang. Jika boleh mengambil contoh, siapa tahu Pemprov Jogja ingin mewujudkan mimpi ini, saya ingin mengajukan satu lokasi sebagai percontohan. Lokasi yang saya maksud adalah Padukuhan Pangukan, Sleman.

Pembaca Mojok yang berasal dari Sleman kemungkinan langsung paham betapa enaknya satu ruas jalan di Pangukan. Iya, hanya satu ruas jalan itu, yang sangat rindang dan sejuk. Begitu masuk satu ruas jalan yang mungkin hanya sepanjang 1 kilometer, hawanya sungguh berbeda: adem, ayem.

Nah, itulah dia, adem dan ayem, yang membuat saya kepikiran terus. Dua kata atau istilah ini dekat sekali dengan Jogja. Apakah pembaca tahu dengan istilah adem ayem kerta raharja? Berangkat dari istilah itu, kegelisahan ini muncul. Selain tentu saja saat ini kita masuk musim pancaroba dan hawa Jogja sedang sangat panas.

Jogja yang adem ayem kerta raharja

Mungkin, istilah adem ayem kerta raharja kalau populer dengan istilah tata tentrem kerta raharja atau gemah ripah loh jinawi. Namun, bagi saya, istilah yang saya sebut di awal paling cocok dengan kondisi Jogja saat ini. Tapi, ini pendapat saya pribadi. Mungkin kamu punya pendapat lain dan oke saja.

Jadi, adem ayem kerta raharja adalah kondisi ideal sebuah daerah dan masyarakat di dalamnya. Kata adem merujuk kepada kondisi ‘sejuk’ dan ‘nyaman’ secara kiasan. Kalau kata ayem, mewakili makna ‘tenang’ dan ‘damai’. Sementara itu kata kerta, membawa makna ‘makmur’ dan ‘berkecukupan’. Terakhir, raharja, bermakna ‘sentosa’.

Saya rasa, dan sangat yakin, semua warga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (baca: Jogja) mengidamkan istilah itu menjadi kenyataan. Soal adem dan ayem mungkin lebih dekat untuk terwujud ketimbang kerta dan raharja. Yah, kita sama-sama tahu bagaimana kondisi ekonomi daerah istimewa ini, khususnya soal standar upah.

Sampai di sini saya masih menyimpan keyakinan kalau Pemprov itu punya “nyali” untuk, minimal, mewujudkan istilah adem dan ayem. Kamu ingin menyangkal bahwa mereka punya nyali untuk merombak tata kota supaya Jogja lebih sejuk? Ya tidak mengapa. Curiga dan marah memang hak semua orang dan kita tidak bisa melarangnya.

Tapi gini, lho. Mewujudkan kondisi provinsi yang sejuk banyak pohon itu lebih gampang, kok. Daripada kalau kita masuk dan mulai memperdebatkan soal upah layak. Bukankah itu yang paling bisa mewakili peribahasa “mendiri benang yang terbakar”? Kalau basah, masih bisa diakali. Kalau terbakar? Habis! Apa yang mau diberdirikan?

Baca halaman selanjutnya: Bisa jadi kenyataan atau cuma impian semata?

Pangukan van Bandung, spot nyaman di pusat Sleman

Baiklah, mari kita kembali ke tema tulisan. Salah satu teman saya, yang kebetulan redaktur Mojok, dan kemungkinan akan mengedit tulisan ini, punya satu istilah untuk Pangukan. Dia menyebutnya “Pangukan van Bandung”. Ada kata “Bandung” di sana dan kita tidak membutuhkan penjelasan bahwa ini soal “pohon” dan “sejuk”.

Selain adem yang bermakna sejuk, Pangukan juga mewakili ayem. Di padukuhan ini, lansia bisa hidup nyaman dan tenang. Menurut data dari website Kalurahan Tridadi, ada sekitar 300-an lansia di Pangukan. Ini menjadi yang terbanyak di semua padukuhan. Bagi saya pribadi, orang tua yang nyaman di sebuah daerah, bisa menggambarkan sehatnya kondisi sosial.

Sudah sejuk, kondisi sosial juga sehat. Saya rasa, 2 hal itu bisa menjadi syarat sebuah daerah untuk berkembang ke arah sejahtera. Jogja punya Pangukan yang bisa menjadi contoh pembangunan ulang sebuah daerah. Dan, saya juga sangat yakin masih banyak padukuhan di Sleman yang punya keistimewaan yang sama.

Dan lebih istimewa lagi, Pangukan ini masih masuk ke pusat Sleman. Padukuhan ini berada di Kalurahan Tridadi. Sebuah kalurahan yang menaungi pusat Pemerintahan Kabupaten Sleman. Di sana ada pusat perkantoran pemerintah dan daerah Denggung, yang juga sama-sama adem dan ayem.

Belajar itu enak kalau udah punya contoh. Jadi, seharusnya, Jogja nggak susah untuk menjawab bagian how to. Kini tinggal gelem opo ora.

Ruas jalan penting di Jogja yang perlu “reboisasi”

Iya, saya tahu, istilah “reboisasi” mungkin terlalu berlebihan. Buat kamu yang belum tahu, reboisasi adalah penanaman kembali hutan yang telah ditebang (tandus). Saya hanya ingin menggambarkan betapa ruas jalan ini, di kala siang, begitu panas dan menyiksa pengendara. Khususnya yang bawa sepeda motor.

Ruas jalan di Jogja yang saya maksud, pertama, adalah semua persimpangan ringroad. Seingat saya, hampir semua persimpangan ringroad itu tidak punya pohon yang menaungi. Yang langsung terbayang di kepala saya adalah ringroad Jalan Parangtritis dan daerah Gamping. Daerah Gamping itu bahkan ada 2 perempatan.

Urutan selanjutnya yang layak mendapat “reboisasi” adalah Jalan Bantul, lalu Condongcatur. Saya ingin mengajak pembaca untuk ikut mendambakan berhenti di ringroad, lampu merahnya lama banget, tapi nggak kepanasan. Minimal bisa mengurangi emosi di jalan karena sengatan sinar matahari Jogja.

Setelah semua ringroad jadi adem dan ayem, Pemprov Jogja bisa mulai melakukan perubahan di area dalam. Jalan yang saya idamkan jadi sejuk seperti Pangukan adalah Jalan Godean. Kebetulan, keduanya masuk dalam wilayah Kabupaten Sleman. Jadi, kalau mau mencontek itu (seharusnya) gampang.

Setelah Jalan Godean, termasuk perbaikan aspal tentu saja, kita lanjut ke Jalan Wonosari. Jalanan ini sangat padat mau di jam berapa saja. Bayangin aja di sepanjang Jalan Wonosari, orang bisa berkendara dengan lebih santai sambil menikmati rindangnya pepohonan.

Bagaimana dengan Jalan Kaliurang? Menarik juga kalau bisa. Mengingat saat ini hawa sejuk dari Gunung Merapi sudah tidak terasa. Padahal dulu, di pom bensin Jalan Kaliurang kilometer 8, kita sudah bisa merasakan sejuknya hawa Merapi. Jalan Kaliurang sejuk seperti Pangukan? Sleman tersenyum lebar!

Cuma mimpi

Saya kira masih banyak ruas jalan di Jogja yang bakal lebih manusiawi jika bisa sejuk seperti Pangukan Sleman. Kamu bisa menambahkannya di kolom komentar. 

Akhir kata, saya kira kita masih boleh bermimpi. Apalagi mimpi positif untuk rumah kita bersama. Yah, bisanya cuma mimpi karena mau melihat aksi nyata kok Jogja belum mampu? Eh, apakah mampu? Coba kasih bukti!

Penulis: Moddie Alvianto W.

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Pangukan, Padukuhan Asri di Sleman yang Cocok untuk Menghabiskan Masa Pensiun dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.

Exit mobile version