Jalan yang ajaib
Jalan Lempuyangan Jogja yang ada di tulisan ini sebenarnya pendek saya. Mungkin tidak sampai 2 kilometer, tapi “ajaib”. Nah, ruas jalannya pendek, kecil, dan berliku ini yang membuatnya bisa menjadi sumber kekesalan. Pasalnya, kemacetan di sini kadang tidak bisa diprediksi.
Tidak bisa diprediksi karena berapa banyak dari kita yang hafal jadwal kereta api melintas di Stasiun Lempuyangan ke arah barat? Iya, palang kereta di sini bisa bikin naik darah. Saya akan mencoba membuat simulasi pendek. Semoga penjelasan saya tidak membingungkan.
Jadi, saya mengendarai mobil dari arah Stadion Kridosono. Ketika hampir sampai di pertigaan ke arah Jalan Lempuyangan Jogja, saya memelankan kendaraan. Saya memelankan kendaraan supaya bisa “mengintip” dulu, apakah jalan alternatif itu sudah padat kendaraan atau belum. Nah, kebetulan, saya melihat di jalan masuk itu kendaraan terlihat lengang.
Dengan sangat percaya diri saya belok kiri dan masuk Jalan Lempuyangan Jogja. Ingat ya, jalan alternatif ini berkelok membentuk huruf “S”. Jadi, dari arah Kridosono, kamu tidak bisa melihat kondisi jalan setelah kelokan pertama. Dan ternyata, setelah kelokan pertama, ternyata terjadi kemacetan. Ada kereta api yang hendak melintas.
Kebiasaan pengendara sepeda motor
Nah, karena sudah kadung “terjebak” kemacetan di Jalan Lempuyangan Jogja, saya hanya bisa pasrah. Di sini, biasanya, kesabaran pengendara mobil akan diuji. Ingat lagi kalau lebar jalan alternatif ini mungkin cuma 5 meter. Ketika palang kereta sudah turun, pengendara motor akan memenuhi jalur kanan, untuk bisa mengentre paling depan.
Iya, seperti kebiasaan ketika kena palang kereta. Pengendara motor tidak akan menunggu di jalurnya dengan sabar. Ada saja yang akan bergerak ke jalur kanan, supaya bisa antre paling depan. Padahal, aksi tersebut sudah pasti akan bikin macet. Itulah yang terjadi di Jalan Lempuyangan Jogja yang sempit.
Apakah ujian di jalan alternatif hanya itu? Ada lagi, mylove. Jadi, kalau dari Jalan Lempuyangan Jogja, kamu bisa menuju Jalan Tukangan. Namun, pengendara motor wajib belok kiri dulu dan putar balik di dekat stasiun.
Apa yang terjadi? Pengendara motor, yang antre paling depan, akan memotong jalur pengendara di depannya supaya bisa masuk Jalan Tukangan. Jadi, sudah sangat padat karena palang kereta, pengendara motor dari arah Kridosono, akan memotong jalur demi masuk Jalan Tukangan. Pelanggaran lalu-lintas ini sudah pasti bikin antrean kendaraan nggak gerak.
Makin jengkel ketika saya sudah sabar menunggu, baru jalan 2 meter, palang kereta turun lagi. Pengin rasanya bisa terbang.
Hindari jalan ini
Kelak, menjelang tahun baru, sebaiknya hindari Jalan Lempuyangan Jogja. Nggak perlu sok keras dengan uji kesabaran masuk jalan ini.
Kemarin, saya berkendara dari arah timur, menuju Kridosono. Begitu sampai pos polisi di dekat Mie Gacoan, saya bisa melihat pantat mobil nggak gerak ketika mau masuk Jalan Lempuyangan Jogja. Sudah kendaraan semakin padat, ada lagi palang kereta turun, plus pengendara motor yang melawan arah. Sudah, komplet itu, menjadi bumbu yang menyebabkan kemacetan paling menyebalkan.
Oleh sebab itu, menjelang momen tahun baru, setiap tahun saya setuju dengan sebuah kalimat yang bunyinya gini: “Cara paling bijak menghabiskan waktu di tahun baru adalah dengan tidur.”
Iya, tidur saja di rumah dan bikin resolusi paling masuk akal untuk dikejar. Jangan sok keras dengan merasakan kemacetan di Jalan Lempuyangan Jogja.
Penulis: Moddie Alvianto W.
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Kasta Miskin Stasiun Lempuyangan Jogja yang Sudah Lebur dan Nggak Lagi Kalah dari Stasiun Tugu Jogja dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.