Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Pesan Perdamaian dari I Nyoman Gunarsa

Ni Nyoman Ayu Suciartini oleh Ni Nyoman Ayu Suciartini
12 September 2017
A A
170912 esai Obituari I Nyoman Gunarsa

170912 esai Obituari I Nyoman Gunarsa

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Barangkali I Nyoman Gunarsa masih melukis. Melukis dengan kanvas-kanvas kebajikan yang telah diwariskannya pada dunia. Di atas sana, di tempat terindahnya, Pak Gunarsa tentu tak berhenti melukis.

Tidak hanya Bali dan Indonesia, dunia kehilangan sosok I Nyoman Gunarsa. Maestro seni lukis kenamaan yang kerap dijuluki The Golden Touch itu berpulang pada Minggu, 10 September 2017, sebab sakit pneumonia.

Karya terakhirnya, sebelum berpulang, sebuah lukisan yang sarat makna persatuan dan perdamaian. Dalam lukisan tersebut, tampak Presiden Joko Widodo menjadi dalang ditemani para presiden sebelumnya.

Dengan blangkon hijau cokelat di kepala, juga keris nan gagah menempel di pinggang, Jokowi memainkan dua wayang. Sukarno dan BJ Habibie menabuh gendang, Soeharto dan Megawati memainkan peking atau gamelan, Gus Dur meniup seruling, dan Susilo Bambang Yudhoyono memainkan gong.

Lukisan terakhir ini diberi judul “Alangkah Indahnya Indonesia Jika Semua Presiden Bersatu”.

Namun, lukisan ini belum sepenuhnya selesai. “Bapak (Gunarsa) belum puas. Masih ada yang kurang, katanya. Tapi Bapak senang sekali melukis itu,” ujar Indrawati, istri yang selalu menemani Gunarsa menghasilkan karya-karya hebatnya. Indrawati menyaksikan perupa andal itu tidak dalam kondisi yang baik saat menyelesaikan lukisannya, tapi Gunarsa cukup ngotot. Ia tetap melukis dengan keriangan. Seakan lukisan itu adalah kado terakhirnya untuk dunia.

I Nyoman Gunarsa adalah salah satu pelukis Bali yang berfokus pada gaya lukis motif-motif, ornamen, tari, khas masyarakat Bali. Inilah ciri yang sekaligus jadi karakter di setiap lukisannya.

Ia melukis sejak 1970-an. Sekitar 1980-an, ia berubah gaya dan memantapkan diri menjadi ekspresionis. Gunarsa pernah menuturkan, ia melukis seperti bermain musik. Tak heran jika lukisannya seakan punya ritme yang indah. Liukan garis dan warnanya serasi.

Nama Gunarsa pun melegenda karena lukisannya. Ia pernah pameran tunggal di berbagai daerah di Indonesia, juga di Australia, Belanda, Jepang, dan Singapura. Perancis, Monako dan Amerika Serikat.

Melukis mungkin jadi obat penawar gelisah juga jawaban atas pertanyaan-pertanyaan Pak Gunarsa tentang hidup. Dedikasinya terhadap seni bisa dilihat dari caranya memperlakukan sebuah lukisan, yang mungkin buat sebagaian orang hanya benda mati, hanya pajangan, atau penghias belaka.

Menurut Bambang Bujono, seorang wartawan senior dan kurator, pernah satu waktu Nyoman Gunarsa menemukan sebuah lukisan di sebuah dinding rumah. “Dia menyuruh orang menggergaji tembok rumah itu lantas diangkut ke museumnya,” kata Bambang.

Di awal 1990-an, Nyoman Gunarsa mendirikan museum pribadi, “Museum Seni Lukis Klasik Bali”, diresmikan oleh Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Wardiman Djoyonegoro pada 1994. Kini museum yang mengoleksi lukisan klasik Bali dan lukisan modern karya seniman Bali ini menyimpan sekitar 250 karya.

3 April silam, Nyoman Gunarsa menyambangi Istana Negara dan bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Di sana ia memperlihatkan sebuah lukisan, yang menampilkan Jokowi sedang minum jamu. “Yang saya heran, kok Pak Nyoman tahu saya senang minum jamu,” ujar Jokowi.

Pertemuan ini berlanjut hingga kedatangan Presiden Jokowi ke museum Gunarsa pada 4 Agustus lalu. Pada kesempatan tersebut, Gunarsa masih sangat semangat meyakinkan Presiden dan semua orang yang hadir bahwa tidak ada alasan untuk tidak melestarikan seni, budaya, juga tradisi.

Iklan

Selepas kepergian Sang Maestro, Presiden Jokowi perlu melunasi janji untuk bikin program program agar anak muda tetap berkesenian dan melestarikan seni tradisi. Dan yang tak kalah penting: merawat museum lukisan klasik dan kontemporer milik Nyoman Gunarsa. Janji ini bukan hanya untuk Gunarsa dan para perupa, melainkan seluruh seniman yang berkiprah menjaga budaya dan tradisi tapi tak hidup sejahtera di negeri ini—hingga banyak yang lebih memilih mengambil job musiman.

Selamat jalan, Maestro … semoga pesan terakhirmu tentang persatuan itu benar-benar terwujud. Atau kalaupun tak terwujud karena anak-anak bangsa ini kini lebih menyukai ujaran kebencian dan hoax daripada karya seni bermutu tinggi, setidaknya lukisanmu abadi.

Terakhir diperbarui pada 12 September 2017 oleh

Tags: Gus DurI Nyoman GunarsajokowiMegawatiSoehartoSukarno
Ni Nyoman Ayu Suciartini

Ni Nyoman Ayu Suciartini

Artikel Terkait

Nasib buruh usai Marsinah jadi pahlawan nasional. MOJOK.CO
Ragam

Suara Hati Buruh: Semoga Gelar Pahlawan kepada Marsinah Bukan Simbol Semata, tapi Kemenangan bagi Kami agar Bebas Bersuara Tanpa Disiksa

12 November 2025
Kami Berdoa Setiap Hari agar Soeharto Jadi Pahlawan Nasional MOJOK.CO
Ragam

Kami Berdoa Setiap Hari agar Soeharto Jadi Pahlawan Nasional. Sejarawan: Pragmatis dan Keliru

11 November 2025
Suara Marsinah dari Dalam Kubur: 'Lucu! Aku Disandingkan dengan Pemimpin Rezim yang Membunuhku'.MOJOK.CO
Ragam

Suara Marsinah dari Dalam Kubur: ‘Lucu! Aku Disandingkan dengan Pemimpin Rezim yang Membunuhku’

10 November 2025
Alasan Soeharto tak layak dapat gelar pahlawan, referensi dari buku Mereka Hilang Tak Kembali. MOJOK.CO
Aktual

Buku “Mereka Hilang Tak Kembali”, Menyegarkan Ingatan bahwa Soeharto Tak Pantas Dapat Gelar Pahlawan, tapi Harus Diadili

1 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025
Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.