Habis Era Orde Baru Terbitlah Era Orba Baru - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Beranda Esai

Habis Era Orde Baru Terbitlah Era Orba Baru

Made Supriatma oleh Made Supriatma
14 Mei 2021
0
A A
Habis Era Orde Baru Terbitlah Era Orba Baru

Habis Era Orde Baru Terbitlah Era Orba Baru

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Bagaimana standar Tes Wawasan Kebangsaan pada era Orde Baru dijalankan? Ya gimana ya, standar ‘kebangsaan’ itu kan suka-suka penguasa aja.

Tes Wawasan Kebangsaan zaman Orde Baru punya namanya sendiri. Ada yang namanya “Litsus” dan ada juga “Bersih Lingkungan”. Di situ orang diuji, dites, dan dilihat apakah cocok dengan ideologi rejim Orde Baru atau tidak.

Tes ini berguna untuk “membersihkan” Orde Baru dari orang-orang yang tidak sejalan dengan rejim. Bukan hanya mereka yang dipandang komunis yang bakal didepak, tapi mereka yang “ekstrem kanan” (Islam) dan “ekstrem tengah” (liberal) juga bakal dibuang jauh-jauh.

Jadi, Listsus dan Bersih Lingkungan itu untuk membersihkan dari ekstrim kiri, kanan, dan tengah.

Pertanyaannya, lantas di mana sebenarnya standar biar orang bisa lulus dari tes-tes ini? Ya standarnya ada pada maunya Orde Baru sendiri.

Mengabdi pada penguasa tunggal, yang berhak menafsir apa saja yang menurut Orde Baru benar. Tidak ubahnya seperti “L’état, c’est moi… ” yang diucapkan Kaisar Perancis maha absolute zaman dulu.

Baca Juga:

Sekda DIY, Baskara Aji di Kepatihan Yogyakarta, Jumat (27:01:2023) menyampaikan tuntutan perpanjangan masa jabatan Kades berpotensi meningkatkakan tindak korupsi. MOJOK.CO

Sekda DIY: Perpanjangan Masa Jabatan Kades Rentan Korupsi

28 Januari 2023
banalitas kekerasan mojok.co

Banalitas Kekerasan di Mata Rieke Diah Pitaloka: Bagaimana Negara Memfasilitasi Kejahatan?

14 Januari 2023

Nah, pada masa Orba Baru zaman sekarang ini hal kayak gitu mewujud pada sistem Tes Wawasan Kebangsaan. Tes macam ini dikenakan pada pegawai-pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hasilnya 75 pegawai KPK di-non-aktif-kan, termasuk di antaranya ada nama Novel Baswedan.

Melihat keampuhan tes ini, saya kira Tes Wawasan Kebangsaan macam ini tidak akan berhenti pada KPK. Dia akan ke mana-mana. Apalagi hasilnya terlihat sangat efisien begitu.

Sudah banyak suara dari para pendukung rejim yang rajin menyerukan untuk dilakukan “pembersihan dari kadrun” di lembaga-lembaga negara dan (mungkin) nantinya juga lembaga-lembaga swasta.

Di luar para pendukung rejim, sebaliknya juga, banyak yang sepakat bahwa semua ini merupakan skenario untuk melemahkan KPK. Pertama, jadikan pegawai-pegawai KPK sebagai ASN. Kedua, untuk menjadi ASN saringlah mereka—enyahkan mereka yang kira-kira berbeda dari kepentingan rejim.

Tidak seperti penguasa Orba zaman dulu, penguasa-penguasa Orba Baru zaman sekarang tidak memperlihatkan pemakaian kekerasan secara telanjang. Semua telah dipersiapkan dengan baik.

Para pembela-pembela sipil (bahkan seorang yang menggunakan kredensial sebagai akademisi membikin “Civil Society Watch”!) dipersiapkan untuk membentuk narasi “Kadrun di KPK”. Poinnya, apapun yang menentang pemerintah itu harus bisa dilegitimasi sebagai kadrun, titik (di KPK namanya jadi “taliban”).

Sementara, kita tahu bahwa penyidik KPK non-kadrun (maafkan saya pakai istilah yang sangat saya tidak suka), tertangkap tangan memakan suap. Penyidik itu, Ajun Komisiaris Polisi (AKP) Stepanus Robin Patujju diduga menerima suap dari Walikota Tanjungbalai, M. Syahrial.

KPK yang pernah kita kenal sudah mati. Kalau pun ada, ia adalah lembaga jinak, yang masih melakukan kerja-kerja anti-korupsi untuk melakukan pelaburan atau “pemutihan” (white-washing) hanya untuk menunjukkan bahwa lembaga anti-korupsi itu masih bekerja. Tetapi dengan efektivitas dan kekuatan yang amat lemah.

Yang penting adalah citra bersih. Perkara banyak hal-hal substansial dalam korupsi yang tidak tersentuh, itu soal lain. Saya kira, akan banyak OTT dilakukan khususnya di daerah-daerah saja, lalu OTT di pusat akan tenggelam berangsur-angsur. Lagian, siapa yang berani mengusik yang maha besar di pusat?

Lantas pertanyaannya, apa beda antara Litsus dan Bersih Lingkungan pada zaman Orba dan TWK pada zaman Orba Baru ini? Untuk saya, tidak ada sama sekali.

Salah satu ciri rejim-rejim otoriter di mana pun juga adalah kemauan dan kemampuannya untuk menyeleksi siapa yang tunduk dan taat, menyingkirkan mereka yang punya pikiran menentang.

Seleksi ideologis, rejim otoriter selalu memeberlakukan mekanisme perangkulan (inclusion) dan penyingkiran (exclusion). Nah, ini kekuatan rejim model yang sekarang.

Sebagai orang yang hingga usia ke-32 mengalami rejim model begini, saya tahu persis bahwa mekanisme kayak gini sedang bekerja sekarang. Mereka yang lolos “litmus test” ideologis rejim yang berkuasa akan mendapat ganjaran. Mereka yang gagal akan disingkirkan.

Rejim seperti ini tidak punya toleransi terhadap ketidakpuasan. Apalagi terhadap kritik. Ia berkuping tipis, sangat sensitif, dan gampang menuduh (lihat betapa mudahnya meng-kadrun-kan orang lain yang tidak sepakat dengan rejim begitu gampang saat ini!).

Begitulah dunia politik, sosial, dan kebudayaan kita sekarang ini. Orang baik kini bisa dibikin dengan hasil pencitraan berharga triliunan rupiah. The smiling general memang sudah tak lagi bertahta, tapi the good person yang kini berkuasa lama-lama makin tak terlihat bedanya.

BACA JUGA Selamat Datang pada Orba Generasi Kedua dan tulisan Made Supriatma lainnya.

Terakhir diperbarui pada 14 Mei 2021 oleh

Tags: korupsiKPKkritiknovel baswedanorbaOrde BaruottTes Wawasan Kebangsaan
Made Supriatma

Made Supriatma

Peneliti dan jurnalis lepas.

Artikel Terkait

Sekda DIY, Baskara Aji di Kepatihan Yogyakarta, Jumat (27:01:2023) menyampaikan tuntutan perpanjangan masa jabatan Kades berpotensi meningkatkakan tindak korupsi. MOJOK.CO
Kilas

Sekda DIY: Perpanjangan Masa Jabatan Kades Rentan Korupsi

28 Januari 2023
banalitas kekerasan mojok.co
Podium

Banalitas Kekerasan di Mata Rieke Diah Pitaloka: Bagaimana Negara Memfasilitasi Kejahatan?

14 Januari 2023
jaksa kpk mojok.co
Hukum

Bukan Dibuang! Pencuri di Rumah Jaksa KPK Ternyata Gadaikan Laptop

11 Januari 2023
laptop jaksa kpk mojok.co
Hukum

Laptop Jaksa KPK Kasus Haryadi Suyuti Dibuang di Kali Winongo

6 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Tak Ada ‘Perang’ atau ‘Konflik’ antara Israel dengan Palestina

Tak Ada ‘Perang’ atau ‘Konflik’ antara Israel dengan Palestina

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak yang Dihujat Warganet - MOJOK.CO

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet

24 Januari 2023
PO Haryanto Bikin Perjalanan Cikarang Jogja Jadi Menyenangkan MOJOK.CO

PO Haryanto Sultan Bantul Bikin Perjalanan Cikarang-Jogja Jadi Sangat Menyenangkan

27 Januari 2023
Habis Era Orde Baru Terbitlah Era Orba Baru

Habis Era Orde Baru Terbitlah Era Orba Baru

14 Mei 2021
Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU / satu abad yang Gini-gini Aja MOJOK.CO

Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU yang Gini-gini Aja

28 Januari 2023
Suara Hati Petani di Gunungkidul Karena Monyet yang Marah Kena JJLS

Suara Hati Petani di Gunungkidul karena Monyet yang Marah Kena JJLS

26 Januari 2023
warung madura mojok.co

Tiga Barang Paling Laris di Warung Madura Menurut Penjualnya

27 Januari 2023
kecamatan di sleman mojok.co

5 Kecamatan Paling Sepi di Sleman yang Cocok untuk Pensiun

27 Januari 2023

Terbaru

jd.id tutup mojok.co

JD.ID Tutup, Lalu Bagaimana Nasib Pegawai dan Aset Penggunanya?

31 Januari 2023
kampung ketandan mojok.coq

Pekan Budaya Tionghoa di Kampung Ketandan Dipadati Ribuan Pengunjung

31 Januari 2023
Muhammad Faqih Husaen dan Bima Indra Permana di UGM, Senin 30/1/2023) memperlihatkan aplikasi Accessive.id di UGM.

Dari Atas Kursi Roda, Faqih Buat Inovasi Aplikasi untuk Penyandang Disabilitas

31 Januari 2023
penyekapan pekerja migran

PMI Disekap, Christina Aryani Bilang Pekerja Perlu Lebih Hati-hati

30 Januari 2023
eva sundari parpol

Eva Kusuma Sundari Ungkap Alasan di Balik Tumpulnya Kebijakan Pro Perempuan

30 Januari 2023
Mina Padi: Kesuksesan Budidaya Ikan Dan Padi Barengan, Hasilkan Banyak Keuntungan!

Mina Padi: Kesuksesan Budidaya Ikan dan Padi Barengan, Hasilkan Banyak Keuntungan!

30 Januari 2023
bisnis raffi ahmad mojok.co

Nama-nama Penting di Balik Gurita Bisnis Raffi Ahmad

30 Januari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In