Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Esai

Gara-Gara Amien Rais, 3 Lagu Ini Tidak Cocok Dinyanyikan Aktivis ’98

Robertus Bellarminus Nagut oleh Robertus Bellarminus Nagut
25 Mei 2019
0
A A
Gara-Gara Amien Rais, 3 Lagu Ini Tidak Cocok Dinyanyikan Aktivis ’98
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Seandainya para Aktivis ’98 berkumpul di acara karaoke, 3 lagu ini sepertinya bukan pilihan yang cocok untuk dinyanyikan bersama Amien Rais.

Yang hidup di era awal reformasi, atau yang pernah mendengar dan mencermati berita seputar demonstrasi sepanjang Mei 1998, pasti tahu betul bahwa lagu yang membuat Robertus Robet ditetapkan sebagai tersangka pada bulan Maret 2019 silam adalah lagu yang sangat populer, membakar semangat perlawanan, serta menumbuhkan keberanian menghadapi moncong senjata.

Tahun 1998 kemudian disebut-sebut sebagai periode paling heroik di Indonesia, selain cerita-cerita dari era perang kemerdekaan.

Lagu yang liriknya bla-bla-bla-bla tidak berguna, bubarkan saja, diganti Menwa, kalau perlu diganti Pramuka tidak berani saya tulis lagi di artikel ini, menjadi penyemangat bagi ribuan mahasiswa yang turun ke jalan saat itu. Juga pemersatu gerakan. Para aktivis dari periode itu tahu betul mengapa mereka menyanyikan lagu itu sepenuh hati.

Pada masa itu, siapa saja yang memegang senjata adalah momok yang menakutkan. Peluru kerap dipakai rezim orde baru untuk membungkam suara-suara kritis. Berhubung ketika itu semua mahasiswa turun ke jalan, keberanian melawan menjadi berlipat ganda.

Karena itulah, mereka tak segan-segan mengubah lirik Mars ABRI menjadi sindirian yang menyakitkan. Risiko dihantam popor senapan seolah mereka abaikan.

Nah, Amien Rais ada di antara paduan suara aktivis mahasiswa kala itu. Ia dielu-elukan, bahkan dipeluk mesra para Aktivis ’98 saat Suharto, penguasa negara paling lama di Indonesia, benar-benar lengser.

Pada masa itu, Amien Rais adalah sahabat semua orang yang menginginkan berakhirnya kekuasaan super-otoriter.

Setelahnya, setelah dwifungsi ABRI dihilangkan, dan era reformasi dimulai, kebencian pada senjata memudar. Lagi itu tidak dinyanyikan lagi (sampai Robertus Robet melakukannya dan membuatnya ditangkap). (Barangkali) semua sudah move on, dan sebagian orang justru merasa lebih aman dan nyaman ketika pada suatu keramaian mereka melihat para tentara dan polisi menenteng senjata.

Namun, hal itu tidak berlaku bagi Amien Rais. Tokoh kita ini kalian itu seperti tinggal di masa lalu. Dia ternyata tetap membenci senjata dan karenanya menebar kebenciannya dalam bentuk fitnah.

Tidak tanggung-tanggung: dituduhnya polisi-polisi muda yang memegang senjata dalam rangka mengamankan aksi 22 Mei 2019 kemarin sebagai pihak berbau PKI, sebuah organisasi (yang oleh karena kuasa dan narasi Suharto) menjadi sangat menakutkan dan terus dibenci hingga kini.

“Saudaraku, saya menangis, saya betul-betul sedih, juga marah bahwa polisi-polisi yang berbau PKI telah menembak umat Islam secara ugal-ugalan. Saya, atas nama umat islam, minta pertanggungjawabanmu,” ungkap Amien Rais.

Padahal, dia tidak menangis ketika mengatakan itu melalui video amatir yang beredar luas di Twitter. Oh ya, di WhatsApp dan Facebook, video itu tidak muncul, kecuali kalau aksesnya pakai VPN.

Reaksi Indonesia atas pernyataan provokatif itu berdatangan. Seruan agar tokoh reformasi pensiunan ketua umum partai politik itu ditangkap, serentak masuk di sepuluh besar trending topic. Bukan baru kali ini Amien Rais berulah tidak menyenangkan.

Setahun silam, dia bilang bahwa partainya sedang berjuang melawan partai setan. “Sekarang ini kita harus menggerakkan seluruh kekuatan bangsa ini untuk bergabung dan kekuatan dengan sebuah partai. Bukan hanya PAN, PKS, Gerindra, tapi kelompok yang membela agama Allah, yaitu hizbullah. Untuk melawan siapa? Untuk melawan hizbusy syaithan,” katanya saat itu. Sontak, banyak orang marah-marah.

Amien juga pernah menuduh Jokowi sebagai sumber nestapa Indonesia. Pokoknya, sejak menua dan tak kunjung mendapat kekuasaan yang besar, Amien Rais seperti, duh maaf, kehilangan akal sehat.

Fakta ini tentu sangat menyedihkan teman-teman Aktivis ’98, kkecuali Fadli Zon dan beberapa orang lain yang mengalami metamorfosis nyaris serupa.

Oleh karenanya, bisa saja para Aktivis ’98 ini memutuskan berkumpul lagi: bernyanyi bersama, mengenang kejayaan ’98. Namun, jikapun itu terjadi, beberapa lagu berikut ini rasa-rasanya tidak cocok-cocok amat untuk dimasukkan ke dalam playlist mereka pada sebuah acara yang—katakanlah—mungkin bakal bertajuk “Karaoke Reuni Aktivis ‘98”.

1. Ingatlah Hari Ini – Project Pop

Jika tua nanti/kita tlah hidup masing-masing/ingatlah hari ini.

Lagu Ingatlah Hari Ini ini tentu saja tidak akan mereka nyanyikan. Karena, bagi Aktivis ’98 yang sebagian besar kini jadi politisi, peristiwa mereka bersama-sama mengakhiri rezim orde baru tidak perlu diingat-ingat lagi.

Jangankan memasukkan Amien Rais dalam ingatan itu, lah wong nama teman-teman sendiri saja, beberapa dari mereka sudah lupa. Yang kebanyakan mereka ingat sekarang mungkin adalah kursi empuk di Senayan. Bahwa untuk memperolehnya, mereka harus menjual teman sendiri, pun akan mereka lakukan.

2. Sebuah Lagu – Payung Teduh

Duduk bersama tak melakukan apa pun/Menuang secangkir cerita tangis dan tawa/Tak berjanji tapi selalu ada dalam masa kelam/Terima kasih, teman/Untukmu kunyanyikan sebuah lagu.

Ini lagu milik Payung Teduh. Terlalu teduh untuk Aktivis ’98. Nyatanya, mereka tak akan pernah ada untuk sesama mereka yang sedang dalam masa kelam, seperti masa yang sedang Amien Rais jalani saat ini.

Lagipula, Payung Teduh itu band masa kini. Sementara itu, “masa kini” bagi sebagian besar Aktivis ’98 yang kini jadi politisi adalah “kursi”. Bukan payung.

Payung hanya mengingatkan mereka pada Aksi Kamisan, sesuatu yang sesungguhnya sedang mereka abaikan.

3. Sahabat Sejati – Sheila on 7

Pegang pundakku/jangan pernah lepaskan/bila ku mulai lelah/lelah dan tak bersinar.

Lagu milik Sheila on 7 ini tidak akan mungkin mereka nyanyikan di acara “Karaoke Reuni Aktivis ’98”. Mana mau mereka? Kalau toh ada yang menyanyikan lagu itu, barangkali hanya Amien Rais. Dan ketika dia mulai bernyanyi, Aktivis ’98 peserta reuni lainnya akan perlahan pergi.

“Mau ke mana?” tanya Amien.

“Mau panggil Hanum, Pak,” jawab seseorang, sebelum menjemput Hanum agar srikandi muda anak perempuan itu menjemput ayahnya yang sudah mulai lelah dan tak bersinar itu.

Ya. Tiga lagu itu, dan lagu-lagu bertema persahabatan lainnya, tidak akan terdengar di acara “Karaoke Reuni Aktivis ’98”. Malah, acara itu mungkin tak bakal lama digelar, apalagi Amien Rais sudah dijemput.

Dijemput siapa?

Tentu saja: dijemput Hanum yang matanya sedang berkaca-kaca karena baru saja bertemu seseorang yang disebutnya Cut Nyak Dien masa kini.

Terakhir diperbarui pada 28 Mei 2019 oleh

Tags: aktivis 98Amien RaisMars ABRIpartai setanPKIPolisiprabowo
Iklan
Robertus Bellarminus Nagut

Robertus Bellarminus Nagut

Artikel Terkait

Polisi Perkosa Korban Pemerkosaan Kengerian Sebuah Negara MOJOK.CO
Esai

Polisi Perkosa Korban Pemerkosaan: Wujud Kengerian Negara Ini yang Melanggengkan Penyiksaan dan Kekerasan Terhadap Perempuan

12 Juni 2025
Belajar Bahasa Inggris Cocok untuk Atlet Brain Rot kayak Kamu MOJOK.CO
Esai

Belajar Bahasa Inggris Adalah Tahap Awal untuk Memanusiakan Diri bagi Atlet Brain Rot seperti Saya

10 Juni 2025
stairlift, candi borobudur.MOJOK.CO
Aktual

Coba-coba Naik Stairlift di Candi Borobudur, Bakal Jadi Fasilitas Permanen?

29 Mei 2025
candi borobudur.MOJOK.CO
Sosial

Bukan Permintaan Prabowo, Ini Penjelasan Pengelola soal Pemasangan Stairlift di Candi Borobudur

27 Mei 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

ide bisnis mahasiswa.MOJOK.CO

Ditolak Kampus PTN, Kini Malah Menciptakan Ide Bisnis Menjanjikan: Modal Iseng, Bisa Kantongi Rp50 Juta Pertama di Usia 20

17 Juni 2025
Bus ekonomi Mira, saksi perantau Surabaya nekat ke Jogja tanpa bekal apa-apa buat cari kerja. Tujuh jam menderita dengan kerandoman penumpang MOJOK.CO

Naik Bus Mira karena Pengin Nikmati Perjalanan dengan Harga Murah, Malah Menderita karena “Keanehan” Penumpangnya

16 Juni 2025
Gaya pernikahan anggota perguruan bela diri pencak silat seperti SH Terate kerap diolok-olok MOJOK.CO

Menikah dengan Anggota Pencak Silat Penuh Atraksi, Niat Ekspresikan Kebanggaan Malah Dicap Jamet

20 Juni 2025
Yamaha Mio 2011, motor matic yang tak cocok dipakai untuk pergi wisata. MOJOK.CO

8 Tahun Mengendarai Yamaha Mio Bekas Motor Kakak, Sudah Nggak Cocok buat Pergi Wisata dan Sering Bawa Sial tapi Tetap Berharga

16 Juni 2025
Innova Zenix Tidak Otentik, Kalah Populer dari Innova Reborn MOJOK.CO

Innova Zenix Bisa Menjadi Penyesalan Toyota karena Melahirkan Mobil Tidak Otentik dan Ternyata Innova Reborn Belum Habis

16 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.