Film Posesif: Sebuah Naskah Remake Versi Mojok

film-posesif-mojok

film-posesif-mojok

[MOJOK.CO] Kisah Lala dan Yudhis di tangan yang tepat.

Ini cinta pertama Lala. Yudhis ingin selametan karena pacarnya nggak punya mantan.

Kali pertama Lala melihat Yudhis adalah ketika anak baru ganteng tersebut ditegur guru Penjaskes di koridor sekolah.

“Kamu tahu salah kamu apa?” tanya guru Penjaskes yang mencopot sepatu Yudhis secara paksa.

“Saya anak baru dan sudah berani pamer pakai Yeezy ke sekolah,” jawab Yudhis mantap khas ucapan anak orang kaya.

“Benar. Karena sekolah kita sudah melakukan partnership dengan sepatu Warrior. Merek lain dilarang,” terang guru Penjaskes.

Yudhis terpaksa telanjang kaki menyusuri koridor sekolah. Melihatnya, Lala tersenyum karena teringat dengan hobbit yang tidak pernah pakai alas kaki. Bedanya, Yudhis tidak boncel, berambut keriting, dan makan tujuh kali dalam sehari, belum termasuk ngemil kolot buaya.

Pada jam istirahat, Yudhis nekat masuk ruang guru untuk mengambil kembali sepatu seharga 95 jutanya yang disita. Di dekat sepatu-sepatu sitaan, ada Lala sedang mengerjakan ujian remedial. Yudhis berjalan jongkok mendekatinya, lalu bersembunyi di kolong meja yang ditempati Lala.

Kertas ujian Lala tak sengaja jatuh dan dipungut oleh Yudhis.

“Jawaban lo salah,” ralat Yudhis ketika melihat jawaban Lala untuk pertanyaan yang sangat mudah. “Pencipta lagu Indonesia Raya bukan Sukarno. Kalau Sukarno yang bikin lagu, W. R. Supratman ngapain?”

“Bantu-bantu, mungkin?” terka Lala tak yakin.

“Ups, salah!” koreksi Yudhis.

Lalu Yudhis bantu mengerjakan ujian Lala. Lala membalasnya dengan mengambilkan sepatu Yudhis.

“Ambilin sepatu gue juga dong!” Muncul murid lain dari balik lemari.

“Sepatu gue juga.” Kepala murid berikutnya muncul dari balik kursi yang diduduki Lala.

“Punya gue sekalian ya.” Menyusul kepala-kepala murid lainnya yang sejak tadi sembunyi di ruang guru. Total ada sepuluh murid selain Yudhis.

Saat kepala-kepala itu bermunculan, turut muncul kepala guru penjaskes dari balik pintu.

“Kena deh!” guru Penjaskes mengedipkan satu mata sambil menunjuk ke CCTV yang dipasang di ruang guru.

Akhirnya Yudhis dan Lala dihukum bareng.

“Kalau romantis, jangan tanggung-tanggung!” ucap guru Penjaskes sembari mengikat tali sepatu Yudhis dengan tali sepatu Lala. “Keliling lapangan 20 kali.”

“Kita pasti bisa, La. Lagian ini bisa jadi awal dari hubungan kita,” ucap Yudhis memetik hikmah. “Kita bisa menjalani hukuman ini bersama sambil ngobrol untuk saling mengenal lebih jauh.”

“Tapi nggak diiket dua belas orang begini juga kali!” keluh Lala.

Dari kejauhan tampak Yudhis dan Lala berada di tengah barisan berjumlah selusin murid yang dihukum dengan cara diikat tali sepatu satu sama lain dan harus berjalan bersamaan mengelilingi lapangan.

“Malah jadi kayak Human Centipende jalan miring,” komentar Yudhis.

Sepulang sekolah, Lala selalu latihan loncat indah bersama atlet lainnya. Pelatihnya adalah ayah Lala sendiri. Suatu ketika Lala melakukan latihan loncat dari ketinggian 10 meter. Tapi bukannya diberi pujian, yang ada ayahnya malah memarahi Lala:

“Kolam lagi dikuras malah loncat!”

Lala terkapar di atas kolam yang tidak ada airnya. Persis Yamucha ketika dikalahkan Bezita.

Bukannya segera ditolong, Lala diceramahi dulu oleh ayahnya.

“Contoh Jihan. Dia kalau mau loncat, lihat-lihat ke bawah dulu. Nggak asal terjun.”

Dari kejauhan, Yudhis mendengar ayah Lala membanggakan Jihan, alih-alih putrinya sendiri.

Yudhis pun kesal dan melaser muka Jihan dari jauh. Bukannya terganggu, Jihan malah mengejar arah laser dari pointer yang dimainkan oleh Yudhis. Jihan lebih tertarik dengan laser sehingga melupakan latihan loncat indah.

“Kok malah loncat-loncat kayak kucing sih?” komentar sang pelatih melihat anak didiknya yang mengejar-ngejar laser.

Sejak itu, Yudhis menghasut Lala untuk berhenti jadi atlet loncat indah agar fokus pacaran. Lala manut. Apalagi setelah Yudhis menghadiahinya sebuah kalung berbentuk huruf YL.

“Ini untuk huruf depan nama kita berdua?” tanya Lala. “Romantis.”

“Bukan. Ini inisial nama rapper idolaku. Young Lex.” Yudhis yang saat itu memakai daster YOGS langsung melakukan gerakan dab.

“Swag!” seru Lala.

Keanehan Yudhis mulai muncul ketika hubungan jalan 3 bulan. Yudhis menjadi pencemburu dan sangat mengekang Lala. Selain Yudhis, Lala tidak boleh dekat dengan cowok. Termasuk ayah Lala sendiri. Ayah Lala pun disuruh ngontrak jauh dari rumah.

Ketika Lala bermain dengan sahabat-sahabatnya di bukit, Yudhis marah. Sebab Lala main dengan cowok, Tinky Winky dan Dispy. Ditambah saat Yudhis menelepon puluhan kali, Lala tidak sempat angkat karena sibuk berpelukan dengan Tinky Winky, Dipsy dan Po.

Saat marah, Yudhis tidak ragu-ragu untuk melakukan kekerasan kepada Lala. Persis gambaran suami durjana di Sinema Pintu Taubat yang notabene enteng tangan. Tapi, setelah Lala memar-memar seperti ketika kemarin baru jatuh dari ketinggian 10 meter, barulah Yudhis menyesal dan minta maaf.

“Maaf, La. Maaf.” Sebagai ganti, Yudhis menyiksa diri. Awalnya, Yudhis hanya menampar-nampar pipinya sendiri.

Melihat Lala tidak puas, Yudhis memanggil palu Mjolnir milik Thor yang secara cepat melesat ke tangannya, lalu memukul-mukul kepalanya sendiri sampai gepeng. “Maaf, La. Maaf.”

“Maaf, La. Maaf.” Lalu Yudhis memakai tangan Iron Man dan meninju mulutnya sendiri sampai giginya rontok. “Maaf, La. Maaf.”

Untuk penutup, Yudhis bersiul memanggil Hulk yang lari menerjang dengan kepalan tangan siap smash.

“Maaf, La. Maaf.”

“Sudah cukup, Yudhis!” Lala akhirnya tidak tahan melihat Yudhis digencet Hulk. “Aku maafkan walau aku tahu kamu akan mengulanginya lagi.”

Setelah mendapat maaf dari Lala, Yudhis langsung nyengir dan melakukan pose sip. Hulk pun kembali ke studio film sebelah.

Exit mobile version