Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Dirty Vote Menghadirkan Data yang Luar Biasa Terkait Kecurangan Pemilu 2024, tapi Sayangnya Tidak Ditonton Rakyat Biasa

Paksi Raras Alit oleh Paksi Raras Alit
12 Februari 2024
A A
Dirty Vote: Kebenaran yang Tidak Bisa Dinikmati Rakyat Biasa MOJOK.CO

Ilustrasi Dirty Vote: Kebenaran yang Tidak Bisa Dinikmati Rakyat Biasa. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Strategi penjajah

Dahulu kala, pemerintah Hindia Belanda berhasil menancapkan taringnya hingga ke desa-desa dengan cara seperti itu. Yaitu dengan mencokok hidung para raja kecil seperti bupati, demang, lurah, dan kepala dukuh agar setia dengan kumpeni dengan gelontoran uang suap dan korupsi. 

Penjajah dengan jumlah orang Belanda (dan jumlah pasukan militer) yang tidak seberapa banyaknya, jika dibandingkan dengan jumlah pribumi pada saat itu, mampu menguasai hampir seluruh Nusantara dengan cara mengikat raja-raja desa. Belanda paham betul tipikal masyarakat desa adalah masyarakat sosial feodal yang hormat dan tunduk pada patron atau pimpinan komunitas atau desanya. 

Maka, cukup dengan mengendalikan pemimpinnya saja, seluruh desa akan terkuasai. Strategi penjajahan jitu itu rupanya dipelajari dengan seksama dan dipraktikkan oleh penguasa hari ini dalam konteks pemilu.

Tapi sialnya, pengetahuan sepenting itu tidak tersentuh oleh kawan ronda saya di desa. Seyogyanya, mereka menjadi subjek sekaligus objek terpenting dalam siasat ini. Tapi apa lacur, mereka hanyalah orang biasa yang tidak terpapar konten yang luar biasa ini.

Dirty Vote “hanya” kena ke pemilih berpendidikan

Penyebutan mereka sebagai “orang biasa” tiada maksud merendahkan. Istilah biasa di sini mengacu pada kuantitas, jumlah orang Indonesia kebanyakan, common people. Yakni, golongan warga yg tidak terakses pengetahuan tinggi yang diasumsikan mampu memahami diksi-diksi intelek dan istilah politik yang rumit pada video Dirty Vote. 

Video itu dibuat untuk sasaran orang Indonesia berpendidikan tinggi atau setidaknya terakses pergaulan digital. Ketahuilah, golongan ini sangatlah sedikit jumlahnya. Minoritas. 

Dengan asumsi bahwa golongan yg “melek” dengan Dirty Vote adalah orang yang pernah kuliah, maka jumlahnya sangat minim di negara ini. Data Kemendagri tahun 2022 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang mengenyam perguruan tinggi hanya sekitar 6,41%. Dari jumlah itu hanya 0,45% yang mencapai jenjang magister dan doktoral. 

Katakanlah hitungan kasar saya, hanya sekitar 15 juta penduduk yang pernah kuliah yang mudeng dengan pembahasan Dirty Vote oleh narsum para pakar itu. Itu saja dengan asumsi tidak semua dari 15 juta mau dan mampu menonton Dirty Vote. 

Lantas, bagaimana dengan ratusan juta penduduk Indonesia lainnya yang tidak tersentuh film itu? 

Bagaimana dengan orang biasa yang mungkin sudah kadung menjatuhkan pilihan mencoblos pada orang yang salah? Tanpa mempan digoyang dengan video-video serupa Dirty Vote?

Bagaimana dengan para tetangga saya di desa yang termasuk golongan “orang biasa” itu. Dalam grup ronda tadi malam, hanya saya satu-satunya orang yang beruntung bisa kuliah. Dari 9 anggota ronda, 8 lainnya adalah petani, buruh bangunan, serabutan, dan pedagang. Merekalah gambaran orang biasa yang tidak terpapar sama sekali dengan hebohnya berita tentang Dirty Vote kemarin. 

Dalam kajian budaya media digital, terdapat suatu konsep tentang bagaimana seseorang terekspos suatu informasi berdasarkan algoritma yang membaca perilakunya di internet. Accidentally news exposure adalah istilah untuk kejadian seperti yang saya alami dengan tiba-tiba muncul berita tentang Dirty Vote berkelindan di medsos. 

Akan tetapi, masalahnya, boro-boro tentang algoritma, “orang-orang biasa” geng ronda saya ini bahkan tidak mainan medsos. Jadi, upaya Dandhy Laksono menghadirkan video dengan harapan bisa membuka perspektif pemilih nanti, tidak akan berguna bagi mayoritas rakyat Indonesia. Dan sepertinya penguasa lalim negeri ini paham betul tentang realita ini.

Cuma riak kecil bagi penguasa lalim 

Dirty Vote hanya berupa riak kecil bagi gelombang besar kecurangan mereka. Tidak akan mengganggu strategi mereka untuk mengakali Pemilu 2024 ini. Film itu masih susah menembus orang biasa yang menjadi target empuk penguasa. Merekalah orang-orang yang gampang dikadalin dengan bansos.

Mereka adalah “orang biasa” yang tidak terakses kemajuan pengetahuan internet.

Iklan

Tidak paham bahasa di Dirty Vote yang susah dicerna.

Jelas tidak mudeng membaca data-data dalam infografis warna-warni di video itu.

Pahitnya, mereka tidak bisa membaca artikel ini. 

Sehingga kecurangan ini tidak akan disadari rakyat biasa, yang jadi mayoritas negara  ini.

Penulis: Paksi Raras Alit

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Gejala Kecurangan Pilpres 2024 dan Isu Pemakzulan Jokowi Menurut Romahurmuziy dan analisis menarik lainnya di rubrik ESAI.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 12 Februari 2024 oleh

Tags: AMINaniescoblosandhandy laksonoDirty Voteganjargibranjokowikecurangan pemilu 2024mahfud mdPilpres 2024prabowo
Paksi Raras Alit

Paksi Raras Alit

Seniman dan pegiat aksara Jawa.

Artikel Terkait

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO
Esai

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Kereta Cepat Whoosh DOSA Jokowi Paling Besar Tak Termaafkan MOJOK.CO
Esai

Whoosh Adalah Proyek Kereta Cepat yang Sudah Busuk Sebelum Mulai, Jadi Dosa Besar Jokowi yang Tidak Bisa Saya Maafkan

17 Oktober 2025
Hentikan MBG! Tiru Keputusan Sleman Pakai Duit Rakyat (Unsplash)
Pojokan

Saatnya Meniru Sleman: Mengalihkan MBG, Mengembalikan Duit Rakyat kepada Rakyat

19 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.