Di Jawa, Kenapa Sumatera Barat Selalu Dianggap Cuma Padang Doang? - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Di Jawa, Kenapa Sumatera Barat Selalu Dianggap Cuma Padang Doang?

Maria Dovita oleh Maria Dovita
25 Mei 2021
0
A A
Kita Mau Apa Kalau Minang Niat Minggat dari Negara Pancasila?

Kita Mau Apa Kalau Minang Niat Minggat dari Negara Pancasila?

Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Selama belasan tahun merantau dari Sumatera Barat, saya kerap disalahpahami sebagai orang Padang, padahal saya orang Bukittingi.

Sudah agak lama, beberapa hari belakang ada kejadian seorang pejabat (tertinggi) negeri yang salah menyebut Padang sebagai provinsi. Sebagai perantau dari Sumatera Barat, yang bukan Padang, saya cuma bisa garuk-garuk kepala mendengarnya.

Pasalnya kejadian ini bukan kali pertama saya dengar. Rakyatnya aja banyak kok yang sering keliru, apalagi kepala negaranya? (Eh, atau harusnya kebalik ya?)

Tahan, posisi saya di sini tidak untuk mencaci, apalagi memaki. Untuk urusan itu saya serahkan saja kepada netizen Indonesia yang berjuta-juta banyaknya, yang kabarnya, punya reputasi internasional dalam hal keberisikannya.

Saya di sini hanya ingin dimengerti sekaligus mengeluarkan curahan hati. Belasan tahun sudah saya merantau, luntang-lantung dari Bandung-Yogyakarta-Jakarta. Selama itu pula saya kerap disalahkenali sebagai “orang Padang”. Padahal bukan.

Baca Juga:

Rahasia Mie Gacoan Jadi Jagoan Mie Pedas di Jawa dan Bali

Upaya Sanusi Pane Melepas Batak dari Minang

Prapatan Rebel: Ikon Generasi, Riwayatmu Kini

Meski sudah berulang-ulang kali pula saya koreksi, sejauh ini, hanya tiga golongan sajalah yang betul-betul paham: traveller yang sudah masuk ke pelosok-pelosok Sumatera Barat, orang LSM yang sering bolak-balik masuk Mentawai, atau anak jurusan Geografi.

Di tahun-tahun pertama merantau, saya masih saklek. Ditanya orang asal mana, saya akan menyebut kota di mana keluarga ibu saya berasal, tempat di mana rumah gadang kami didirikan. Biasanya jawaban saya ditanggapi dengan kernyit di kepala oleh si penanya, “Di mana itu?”

Lalu, saya jelaskan bahwa si kota ini terletak di Provinsi Sumatera Barat. Masih kurang jelas, saya terangkan pula bahwa provinsi ini posisinya berdekatan dengan Riau, Sumatera Utara, lalu Jambi dan Bengkulu dengan ibukota bernama Padang.

Begitu mendengar kata Padang, biasanya raut muka si penanya langsung berbinar-binar. “Oalah, kamu dari Padang? Aku banyak kenalan orang Padang.”

Di tahun kedua dan selanjutnya, saya carilah jalan pintas. Untuk mempersingkat percakapan biasanya saya akan langsung bilang, “Oh, saya dari Sumatera.”

Untuk yang kurang puas, saya sambung dengan, “Dekat Padang, ya sekitar 100 km lah dari situ.” Atau, di lain waktu saya langsung bilang, “Saya dari Padang.”

Ini bukan karena saya sudah merasa jadi Padang benaran, namun lebih karena saya sedang sariawan dan tak bertenaga untuk memberi kuliah singkat soal geografi pada orang yang sebetulnya hanya sedang berbasa-basi.

Demikianlah, di mata banyak orang sebutan Padang bisa mengacu pada entitas suku/etnis (orang Padang) sekaligus menandakan lokasi (asal Padang). Semua orang yang berasal dari Sumatera Barat disebutnya orang Padang, pun daerah mana saja di Sumatera Barat dikenalnya sebagai Padang.

Buat yang masih bingung, baiklah saya jelaskan pelan-pelan. Hitung-hitung kursus singkat Geografi buat yang dulu nilai Geografinya jeblok, seperti saya.

Jadi, di Pulau Sumatera kan ada banyak provinsi tuh. Dulu waktu saya SD diajarinnya ada 8, tapi kini kabarnya jadi 10. Nah, salah satu provinsi itu bernama Sumatera Barat dengan ibukota Padang.

Seperti halnya provinsi-provinsi lain di Indonesia, tentu kota atau kabupaten yang terdapat di Sumatera Barat tidak Padang saja. Ada Bukittinggi, Batusangkar, Payakumbuh, Solok, Padang Pariaman, Padang Panjang, dll.

Para perantau yang selama ini mengembara bisa berasal dari daerah mana saja di Provinsi Sumatera Barat. Jadi menamai mereka sebagai Padang adalah sebuah simplifikasi yang rada aneh. Bagi kami, ini rasanya kayak orang dari Ngawi, Madura, atau Lumajang disebut sebagai orang Surabaya.

Kekeliruan nama ini sebenarnya tidak hanya terjadi pada Padang. Orang luar Indonesia, misal, punya kebiasaan mereduksi Bali sebagai Indonesia, padahal Indonesia isinya tidak Bali saja.

Contoh lain, di kampung, kami menyebut daerah mana saja di Pulau Jawa dengan sebutan Jawa. Meski saya sudah berpindah 4 kota/kabupaten dan 3 provinsi di Pulau Jawa, tetap saja ketika pulang akan disambut dengan pertanyaan, “Kapan pulang dari Jawa?”

Sebagai non-ahli dan non-akademisi, saya tidak paham dari mana asal-muasalnya bagaimana simplifikasi keliru berjamaah model begini bisa terjadi.

Jika pertanyaan ini kita sodorkan ke ahli sejarah, barangkali saja akan dirunut dari sejak abad ke-19 di mana di masa itu Padang merupakan salah satu kota pelabuhan tersibuk di Nusantara.

Dengan asumsi ini, adalah wajar jika Padang kemudian menjadi wilayah paling tenar sendiri dibanding daerah-daerah sekitarnya, atau bahkan nama provinsinya. Lah provisinya belum lahir, Padang sudah berjaya.

Untuk asumsi kedua saya pinjamkan dari jawaban orang-orang yang saya protes akibat ketidaktahuan mereka. Mereka bilang, “Lah kotamu kurang terkenal.” Meski di hati rasanya teriris, namun kebenaran ini saya akui juga di dalam hati. Lah ya, kenapa ya?

Sebagai pakar gadungan tak bersertifikat, saya punya teori sendiri untuk menjelaskan mengapa kesalahpahaman soal Padang ini terus terjadi dan malah awet sampai sekarang. Saya pikir-pikir ini ada sumbangsih dari penyebaran Rumah Makan Padang—terutama di kota-kota besar di Pulau Jawa.

Begini logikanya. Sejauh mata memandang dari kota-kota yang saya kunjungi di luar Sumatera Barat, banyak sekali yang memasang plang nama “Rumah Makan Padang”. Meski, si pemilik itu asalnya bisa jadi dari kota-kota lain di Padang.

Pada mulanya, hal ini dilakukan supaya orang gampang mengenali, jadinya lebih gampang laris. Sayangnya, ketika perilaku ini dilestarikan, maka hal ini mengafirmasi bahwa Padang merupakan penyebutan untuk wilayah mana saja di Sumatera Barat.

Jadi orang-orang akan bilang, “Saya penyuka masakan Padang,” meski “Padang” yang dimaksud di sini bisa berarti macam-macam.

Sebagai penutup, saya beri teka-teki berhadiah. Sebutkan lokasi di Indonesia di mana tidak ada satu pun ditemui Rumah Makan Padang? Buat yang beruntung bisa masuk gratis ke RM Padang mana saja seantero negeri. Masuknya doang tapi ya.

Yok bisa yok.

BACA JUGA Orang Minang Belum Tentu Orang Padang, Orang Padang Belum Tentu Orang Minang dan tulisan rubrik ESAI lainnya.

Terakhir diperbarui pada 25 Mei 2021 oleh

Tags: BandungetnisjakartajawaminangPadangpulau jawasukusumatera baratSumatraSurabaya
Maria Dovita

Maria Dovita

Lahir di Bukittinggi, sekarang tinggal di Jakarta.

Artikel Terkait

Rahasia Mie Gacoan MOJOK.Co

Rahasia Mie Gacoan Jadi Jagoan Mie Pedas di Jawa dan Bali

20 Mei 2022
Upaya Sanusi Pane Melepas Batak dari Minang

Upaya Sanusi Pane Melepas Batak dari Minang

12 April 2022
prapatan rebel mojok.co

Prapatan Rebel: Ikon Generasi, Riwayatmu Kini

4 Maret 2022

Ali Sadikin dan Catatan Utang Mahasiswa yang Makan Indomie Pakai Nasi

3 Maret 2022
rahasia es teler pacar keling Pak No Surabaya

6 Rahasia Es Teler Pak No Surabaya Bertahan 44 Tahun

27 Februari 2022
Cafe Madtari mojok.co

Cafe Madtari dan Tumpukan Kenangan yang Tersembunyi di Balik Keju Parut

7 Februari 2022
Pos Selanjutnya
begal payudara

Pelecehan Seksual Begal Payudara Adalah Kejahatan Serius dan Tak Pantas Dianggap Enteng

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Kita Mau Apa Kalau Minang Niat Minggat dari Negara Pancasila?

Di Jawa, Kenapa Sumatera Barat Selalu Dianggap Cuma Padang Doang?

25 Mei 2021
mie ayam pak kliwon mojok.co

Mie Ayam Pak Kliwon, Kesayangan Anak Teladan

15 Mei 2022
Gunung Semeru: Lagu Pilu di Balik Keagungan Mahameru MOJOK.CO

Gunung Semeru: Lagu Pilu di Balik Keagungan Mahameru

12 Mei 2022
Jarang Pulang ke Rumah karena Gampang Mabuk Perjalanan

Ringkasan Cerita ‘KKN di Desa Penari’ buat Para Pemalas dan Penakut

29 Agustus 2019
makam raja-raja imogiri mojok.co

Mengenang Kebesaran Raja-raja Jawa di Pajimatan

18 Mei 2022
Higgs Domino dan Parlay Bola Memang Seksi, Membuatku Berani Bilang Persetan kepada Trading, Kripto, dan NFT MOJOK.CO

Higgs Domino dan Parlay Bola Memang Seksi, Membuatku Berani Bilang Persetan kepada Trading, Kripto, dan NFT

16 Mei 2022
danais untuk pekerja mojok.co

Buruh Jogja Tuntut Sultan Ground untuk Perumahan, Danais untuk Beasiswa Pekerja

13 Mei 2022

Terbaru

Syaeful Cahyadi: Menceritkan Makam Untuk Menggali Konteks Kesejarahan

Syaeful Cahyadi: Menceritakan Makam Untuk Menggali Konteks Kesejarahan

20 Mei 2022
kemendes mojok.co

Konsep Transmigrasi Sudah Kuno, Kemendes Terapkan Transpolitan

20 Mei 2022
Rahasia Mie Gacoan MOJOK.Co

Rahasia Mie Gacoan Jadi Jagoan Mie Pedas di Jawa dan Bali

20 Mei 2022
nasirun mojok.co

Nasirun, Santrinya, dan Lukisan-lukisan yang Pulang

19 Mei 2022
Cerita Simone Inzaghi yang Sering Dibandingkan dan Stefano Pioli yang Kerap Diremehkan

Cerita Simone Inzaghi yang Sering Dibandingkan dan Stefano Pioli yang Kerap Diremehkan

19 Mei 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In