Begitu Susahnya Berhubungan Baik Dengan Mantan - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
  • Kilas
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Terminal
  • Movi
  • Podcast
Home Esai

Begitu Susahnya Berhubungan Baik Dengan Mantan

Esty Dyah Imaniar oleh Esty Dyah Imaniar
22 Januari 2017
0
A A
mantan
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Sejak dirilisnya MV Last Dance sebagai momen perpisahan Big Bang dalam rangka wajib militer Desember kemarin, saya mengisi penuh playlist nostalgia saya dengan artis-artis YG Entertainment, termasuk 2NE1.

Lalu sebagaimana kebiasaan netizen kalau sudah bernostalgia via Youtube, niat awal hanya ingin melihat MV I’m The Best pun berlanjut pada kunjungan situs-situs gosip K-Pop. Sampai akhirnya perselancaran itu membawa saya pada berita yang menampar kesadaran saya: 2NE1 bubar!

Omooo… jinjayo? weyo? Ottokee…

Padahal kan mereka girlband yang penuh spirit emansipasi. Mengampanyekan para perempuan untuk percaya diri dengan tampilan asli tanpa operasi. Juga harus tetap kuat dan kemaki sekalipun ditinggal pergi lelaki. Pesona mereka memang berbeda dengan girlband Korea yang cantik nan aduhai pada umumnya. Mereka ini keren sekali, ya Tuhan, kenapa harus bubar? Kenapa?

Jujur, sekalipun bukan Blackjack, saya sedih. Tapi saya hormati keputusan 2NE1 dengan tetap mendukung karya mereka selanjutnya, baik sebagai grup maupun solo. Perpisahan kan memang sunatullah. Jangankan pada hubungan yang hanya berdasar kontrak rekaman, yang katanya kontrak sehidup semati saja bisa pisah kalau sudah “merasa tidak cocok”.

Baca Juga:

Novi Basuki: Putcast Terlama! Membongkar Agenda Tiongkok di Indonesia!

Agoes Salim: Memimpin adalah Menderita

Toleransi Antarumat Beragama di Kotabaru Tak Sekadar Menyediakan Lahan Parkir

Meski begitu, ada jenis fans yang suka memaksakan kehendak. Beberapa fans menganggap mereka yang memisahkan diri tidak lagi mencintai grup. Beberapa yang lain bahkan kemudian memusuhi mereka yang keluar dari grup. Dianggap tidak loyal bahkan berkhianat, maka patut dibenci.

Padahal, sebagaimana kata Imam Besar The Panasdalam, justru pada lahirnya rasa benci itu lah perpisahan menjadi menyakitkan. Juga menjadi menyedihkan, bila habis itu saling lupa. Bahwa kita pernah selalu bersama-sama, lalu kita sadar bahwa kita harus berpisah…

Saya lalu teringat pada teman yang memutuskan berpisah dengan grup keagamaannya. Ketika visi misinya sudah tidak lagi sejalan dengan organisasi dan memutuskan keluar jamaah, dia langsung dibenci kawan sepengajiannya. Dianggap berkhianat. Berbahaya. Mereka yang dekat-dekat dengan si pengkhianat dianggap juga berkhianat. Bahkan dalam skenario paling ekstrim, darahnya halal.

Padahal dia nggak murtad alias keluar dari agamanya. Hanya berganti perspektif komunal. Masih menganggap teman-teman mantan lembaganya sebagai saudara. Tapi dia bisa apa kalau mereka tidak lagi mau dianggap saudara?

Ketika ada teman yang ingin keluar dari pengajian ukhti saya, biasanya saya bertanya: kenapa? Barangkali selama ini saya lah penyebab ketidaknyamanan yang membuat saudari saya memilih memisahkan diri. Mau dibilang GR juga silakan, tapi seringnya memang begitu kan. Orang tidak mau berada dalam sebuah kelompok bukan karena tidak meyakini visi misinya, tapi karena wajah-wajah dalam kelompok itu yang bikin tidak betah.

Sedihnya lagi, dia yang sudah terlanjur bersama dan kemudian tidak nyaman, sebenarnya sudah memberi kode. Tapi kita yang enggak peka. Dia sudah memberi tahu, setidaknya dengan isyarat. Tidak seperti doi yang tiba-tiba menghilang ketika bosan itu, tuh.

Sayangnya seringkali kita tidak cukup peka untuk membaca kode itu. Begitu resmi berpisah, bukannya bertanya untuk tabayyun, kita lebih hobi berspekulasi yang tidak-tidak. Sudah begitu, setelah berpisah lantas tidak berhubungan dengan baik. Apakah kita memang tidak bisa bersaudara dengan mantan? Padahal sebagai manusia terbaik, Nabi kita memberikan teladan bersaudara dengan mantan melalui hubungannya dengan Abu Thalib.

Dalam perspektif Nabi Muhammad, Abu Thalib adalah seorang yang kafir (ingkar) pada ajaran yang dibawanya. Sementara dalam perspektif Abu Thalib, Muhammad SAW adalah mantan saudara seiman yang murtad (keluar) dari ajaran nenek moyang mereka. Tapi keduanya tetap menjaga hubungan persaudaraan. Bahkan, dengan murah hatinya Abu Thalib membantu perjuangan penyebaran ajaran baru yang dibawa keponakannya itu.

Saya yakin, dalam kondisi seperti itu, Nabi Muhammad tidak menjadi menyebalkan dengan terus bertanya, “Om yakin nih, nggak kepingin masuk Islam?” atau “Om ini baik sekali, lho. Sayang, masih kafir.”

Kalau Rasulullah ditanya, keinginan berada dalam keyakinan yang sama dengan orang yang mendukung perjuangannya itu pasti ada. Tapi setelah memaksimalkan dakwahnya, beliau lantas menyimpan harapan itu dalam hati, dan mengungkapkan hanya pada Tuhan-Nya, sebaik-baik pengabul harapan. Sementara itu, hubungan persaudaraannya dengan Abu Thalib tetap berjalan harmonis. Sebuah teladan interfaith paling mutakhir dalam tarikh Islam.

Rasulullah memang spesial, tidak seperti kita yang lebih sering mengutamakan nafsu dalam berdakwah. Tujuan dakwah Rasul bukan cuma banyak-banyakan jumlah jamaah tapi lalu hilang dihempas ombak, seperti buih di lautan. Kualitas di atas kuantitas. Sebab memaksakan jumlah yang banyak tapi fatamorgana itu bukan hanya nggak keren, tapi juga menyakitkan. Kayak dia yang menjalin hubungannya bersamamu tapi hatinya bersama yang lain. Kan, sedih. Kalau memang nggak suka, ya sudah pergi saja. Kalau memang tidak bisa bersama, ya sudah berpisah saja.

Tapi mungkin kita memang tidak pernah (ber)siap dengan perpisahan. Suka memaksanya yang berbeda untuk tetap bersama meskipun terluka. Lalu ketika dia benar-benar memutuskan pergi, kita lantas membenci.

Terkadang kita tetap menjalin persaudaraan dengannya. Siapa tahu bisa menariknya untuk kembali bersama. Kita jadi sangsi, apakah hubungan ini benar-benar persaudaraan atas dasar ingin bersama meskipun tak lagi sejalan, atau ada maksud-maksud lain di baliknya.

Terkesan modus sih, tapi mau dikata apa. Move on memang sulit, kak.

Tags: IslamMantanMove Onsaudara
Esty Dyah Imaniar

Esty Dyah Imaniar

Artikel Terkait

Novi Basuki: Putcast Terlama! Membongkar Agenda Tiongkok di Indonesia!

Novi Basuki: Putcast Terlama! Membongkar Agenda Tiongkok di Indonesia!

25 Juli 2022
Agoes Salim: Memimpin adalah Menderita

Agoes Salim: Memimpin adalah Menderita

22 Juli 2022
toleransi antarumat beragama di kotabaru

Toleransi Antarumat Beragama di Kotabaru Tak Sekadar Menyediakan Lahan Parkir

4 Mei 2022
Islam Sebagai Dasar Negara

Islam Sebagai Dasar Negara

30 April 2022
Gus Miko Cakcoy: Wayang, Sebuah Seni untuk Ngaji

Gus Miko Cakcoy: Wayang, Sebuah Seni untuk Ngaji

11 April 2022
Puncak Keimanan Adalah Keindahan bukan Cuma soal Kebenaran

Puncak Keimanan Adalah Keindahan bukan Cuma soal Kebenaran

21 Januari 2022
Pos Selanjutnya

Harry Houdini, Eskapologis Paling Terkenal Dalam Sejarah

Komentar post

Terpopuler Sepekan

mantan

Begitu Susahnya Berhubungan Baik Dengan Mantan

22 Januari 2017
Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Perguruan Tinggi Favorit MOJOK.CO

Derita Gagal SBMPTN dan (Ditolak) Masuk Perguruan Tinggi Favorit

5 Agustus 2022
Bogor: Kota Paling Ideal di Indonesia untuk Pensiun MOJOK.CO

Kota Bogor: Kota Paling Ideal di Indonesia untuk Pensiun

2 Agustus 2022
pola pengasuhan anak mojok.co

Psikolog UGM Jelaskan Tipe Pola Asuh yang Bisa Berdampak pada Hasil Akademik Anak

5 Agustus 2022
Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak MOJOK.CO

Kereta Cepat Jakarta Bandung Sumber Petaka Masa Depan: Indonesia Dicaplok, Cina Menang Banyak

8 Agustus 2022
Buntut rusuh suporter Persis, seorang tukang parkir kritis

Buntut Ricuh Suporter, Seorang Juru Parkir di Babarsari Kritis

26 Juli 2022

Cara Hadapi Henry Subiakto Menurut Mahasiswanya, Itu Lho Staf Kominfo yang Unggah Liputan Narasi TV Tanpa Watermark

3 November 2020

Terbaru

keuangan mahasiswa mojok.co

Pentingnya Pengelolaan Keuangan bagi Mahasiswa, Agar Tak Kehabisan Uang di Tengah Bulan

8 Agustus 2022
Whatsapp dan Gojek Jadi Aplikasi Paling Berpengaruh versi Google Play Store

Whatsapp dan Gojek Jadi Aplikasi Paling Berpengaruh versi Google Play Store

8 Agustus 2022
menyusui mojok.co

Tips Menyusui Agar Kebutuhan Kalori Bayi Tercukupi 

8 Agustus 2022
Adisurya: Chef Jenaka Asal Jogja yang Suka Bereksperimen Sambil Bercanda

Adisurya: Chef Jenaka Asal Jogja yang Suka Bereksperimen Sambil Bercanda

8 Agustus 2022
tiket masuk Pulau Komodo ditunda kenaikannya.

Tarif Baru Masuk Pulau Komodo Ditunda hingga Awal Tahun Depan

8 Agustus 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Cerbung
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In