MOJOK.CO – Ketegangan perjalanan Jogja menuju Bandara YIA Kulon Progo PP ini sudah terbilang ada di atas rata-rata. Sopir berpengalaman saja bisa jantungan.
Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) adalah bandara terbesar kedua di Indonesia. Ia terletak di Kulon Progo. Sebuah kabupaten yang dulunya jarang dihampiri oleh orang-orang Jogja bagian tengah, timur, dan utara kalau tidak ada urusan yang penting-penting banget.
Ya gimana. Jaraknya nyaris seperti melakukan perjalan menuju Surakarta. Sekitar 42 kilometer dari pusat Kota Jogja. Kini, warga Jogja jadi makin sering ke Kulon Progo. Ya maklum, lha wong bandaranya ada di sana.
Makanya, Bandara YIA kini menjadi salah satu gerbang utama wisatawan lokal atau internasional. Salah satu yang paling sering, atau nyaris setiap minggu bolak-balik Bandara NYIA, adalah para sopir rental Jogja. Saya sendiri bisa 3 kali bahkan lebih dalam seminggu. Khususnya di musim liburan dan ketika banyak event yang diselenggarakan di Jogja.
Keberadaan Bandara YIA memang membuka jalur rezeki bagi para sopir rental. Namun, ada juga cerita sedih sopir ketika melakukan perjalanan kurang lebih 1 jam 30 menit di kondisi normal tanpa harus ngebut.
Mempelajari karakteristik jalur menuju Bandara YIA
Saya mulai belajar karakteristik perjalanan menuju Bandara YIA pada 2020. Saat itu saya sudah 3 kali mendapat tamu dari luar Pulau Jawa. Selain itu, lebih dari 5 kali saya menggunakan jasa angkutan umum menggunakan SatelQu dan DAMRI ketika menemani saudara keluar kota melalui bandara.
Di tahun itu tarif rental dan sopir tembak masih amburadul. Ada yang mematok harga Rp200 ribu sekali jalan, atau Rp500 ribu untuk PP. Sesekali saya menggunakan jasa mereka ketika berangkat dan pulang menggunakan angkutan umum, yang tarifnya saat itu hanya Rp25 ribu untuk DAMRI.
Tahun 2020 ini pula perlahan saya mempelajari beberapa hal penting ketika berkendara Jogja-YIA PP. Baik dari pengalaman menyetir sendiri atau saat mengobrol dengan sopir angkutan umum. Dan sejauh pengamatan saya, ada 3 hal penting yang perlu kalian perhatikan ketika berkendara menuju Bandara YIA Kulon Progo.
Pengguna jalan raya
Sebagai gambaran, seringnya jalan yang saya lalui ini mayoritas diisi oleh manusia-manusia ini:
Pertama, bapak-bapak menunggang matik buluk tanpa helm, yang berjalan pelan kadang kanan kadang kiri pulang dari pasar atau sawah. Kedua, orang yang mau berangkat mancing di jam-jam tertentu. Ketiga, mbak-mbak takut berkendara di sisi kanan yang pulang kerja.
Keempat, anak sekolah yang naik motor pulang sekolah dan beramai-ramai. Kelima, rombongan truk tronton yang berjalan santai tapi berdekatan sehingga perlu hati-hati ketika menyalip. Keenam, om-om kagetan bawa mobil mewah dengan kecepatan nanggung (kadang pelan, kadang kencang). Ketujuh, bus antar-kota yang kejar setoran (buat kalian bus mania pasti tahu siapa saja pemain di jalur menuju Bandara YIA Kulon Progo).
Kedelapan, mobil boks paket yang mengejar waktu. Kesembilan, pengendara motor Supra yang bawa keranjang besar. Kesembilan, ambulans yang mencari celah-celah menyalip tapi kadang malah kalah kencang dari mobil-mobil pribadi, untuk tidak menyebut mobil pribadi itu adalah mas-mas rental yang takut telat sampai di Bandara YIA. Hehe.
Selain sembilan karakteristik tadi, masih ada kemacetan di jalur menuju Bandara YIA Kulon Progo, terutama di jam-jam sibuk. Misalnya di akhir pekan, saat musim liburan, atau ketika ada perbaikan jalan. Saya sering menemukan kejadian itu di simpang tiga Demen hingga simpang Siluwok.
Belum lagi jika ada perbaikan jalan atau laka. Untuk alasan ini, saya berharap agar kalian lebih hati-hati dan waspada ketika berkendara di situasi tertentu.
Banyaknya persimpangan tanpa traffic light di jalur menuju Bandara YIA Kulon Progo
Masalah kemacetan dan karakter pengendara akan bertambah rumit ketika kita menemui persimpangan. Hanya ada 7 sampai 8 persimpangan dengan traffic light di jalur menuju Bandara YIA Kulon Progo.
Sisanya adalah persimpangan yang rawan “di-blong” oleh beberapa pengendara ngah-ngoh yang tidak rajin lihat kanan-kiri. Ini berisiko ketika para pengendara sedang menyalip kendaraan dari sisi kiri.
Tentu menyalip dari sisi kiri masih menjadi perdebatan hingga hari ini. Seluas apapun ruas jalan yang kalian lalui, ya. Sedikit dilematis karena sisi kanan kadang ditandai dengan garis tidak putus alias dilarang mendahului. Pilihan tidak baiknya tentu mendahului dari kiri, apalagi kendaraan di depan kita berjalan pelan.
Kembali ke soal persimpangan tanpa traffic light di jalur menuju Bandara YIA Kulon Progo. Sebagai sopir berpengalaman, tidak sedikit jantung saya dibuat berdegup kencang ketika sedang melaju ada saja motor atau mobil yang nyelonong keluar dari persimpangan mengarah ke Jalan Raya Wates. Entah mereka kurang konsentrasi atau memang adab berkendaranya asal-asalan. Bahkan ketika kita memberi tanda lampu jauh atau klakson, mereka tetap tidak peduli.
Saya sering menemui kejadian ini di pagi hari ketika jam berangkat sekolah atau berangkat kerja, atau sore sekitar pukul 4 hingga 6 sore. Karena persoalan jantungan tadi saya akhirnya lebih memilih berangkat lebih awal, demi menghindari jam-jam ngeselin tadi ketika menyetir ke Bandara YIA Kulon Progo.
Menguras energi
Masalah-masalah tadi akan semakin diuji apabila kalian berangkatnya ke Bandara YIA Kulon Progo itu mepet. Misal orang yang kalian jemput tiba pukul 18:00 atau 08:00 pagi.
Sementara itu, kalian berangkat dari rumah pukul 16:30 atau 06:30 dan kalian tinggal di sekitar Jalan Kaliurang. Kepanikan akan mulai muncul ketika perjalanan sudah 30 menit kita baru sampai Gamping, dan itu waktu-waktu jalanan sedang ramai-ramainya, mau hari biasa atau akhir pekan. Maka siap-siap saja perjalanan kalian akan menegangkan dan penuh dengan makian.
Saya bukan orang yang hobi berkendara di kecepatan 40-60 km/jam ketika keluar kota. Apalagi mobil yang sering saya bawa setiap ke Bandara YIA Kulon Progo adalah Innova Reborn Diesel 2.4.
Tapi karena alasan-alasan yang saya sebut tadi, saya lebih menghindari jam-jam tertentu untuk perjalanan dari Jogja ke Bandara YIA atau sebaliknya. Energi yang dikeluarkan untuk perjalanan kurang lebih 1 jam sama beratnya ketika harus berkendara menuju Kudus atau Pati membawa ikan mentah saat saya mengendarai Gran Max beberapa bulan lalu.
Jalan Wates itu bukan Pantura yang sebagian besar pengguna jalannya sadar bahwa ada bus, truk, mobil pribadi atau angkutan umum seperti Damri melintasi jalan yang sama. Sebagian dari pengguna jalan mungkin masih beranggapan bahwa berkendara pelan sambil tengok kanan-kiri, belok kaget, atau tiba-tiba berhenti mau beli sempol itu bukan hal yang merugikan pengendara lain.
Saya akhirnya menjadi salah satu orang yang bersyukur apabila kelak ada jalan tol atau akses lain seperti JLS (Jalur Lintas Selatan) yang akan dibangun dari Jogja menuju Bandara YIA Kulon Progo. Paling tidak itu akan meminimalisir keruwetan dan masalah-masalah yang timbul sepanjang jalan dari Gamping-Wates-Bandara YIA.
Ketegangan jalur Bandara YIA Kulon Progo itu di atas rata-rata
Saat tiba di Bandara YIA Kulon Progo, setelah selesai melalui halang-rintang tadi, saya bernafas lega sambil menikmati kopi panas di SPBU samping Novotel. Sekaligus berdoa dan membayangkan perjalanan panjang kembali ke Jogja akan menguras energi dan pikiran. Sesekali juga setelah mengantar tamu, saya lebih memilih berhenti sebentar di Tomira dekat bandara.
Tomira atau Indomaret yang jadi tempat parkir taksi online atau sopir rental yang menunggu seandainya ada penumpang dadakan dari bandara ke Jogja.
Ketegangan perjalanan Jogja menuju Bandara YIA Kulon Progo PP ini sudah terbilang ada di atas rata-rata. Paling tidak sampai 1 sampai 2 tahun ke depan menunggu jalur tol selesai dibuat. Sambil menunggu itu, saya berharap semua pengendara yang sering menuju bandara semakin berhati-hati dan tidak sembrono, bahkan pengendara berpengalaman sekalipun.
Penulis: Khoirul Fajri Siregar
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Jalan Wates Jogja setelah Ada Bandara YIA: Nggak Banyak Berubah, Tetap Nggak Bergairah dan pengalaman menarik lainnya di rubrik ESAI.