“Balo Lipa” dan Tragedi Mantan yang Datang ke Pernikahan

balo-lipa-nikahan-mantan-mojok.co

[MOJOK.CO] “Video pengantin yang memeluk mantannya ketika menyanyi Balo Lipa di Sulawesi Selatan adalah contoh dampak fatal salah memilih lagu soundtrack kawinan.”

Judulnya “Balo Lipa”.

Jika ada acara resepsi pernikahan suku Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar (ini anggapan pars pro toto) dan mengundang orkes atau electone, pasti lagu ini tak akan lepas untuk dinyanyikan. Entah request dari yang punya acara, dinyanyikan langsung oleh tamu undangan, biduan, atau sumbangan dari orang yang tidak dikenal. Pesta terasa kurang jika lagu ini sampai tidak disuguhkan.

Bila yang ingin menyanyi laki-laki, muda, bujangan, tua, atau sudah beristri, pemain electone yang dua kancing atas kemejanya dibuka akan bertanya, “Lagu apa, Bos?”

Jika ibu haji yang minta, dia akan bilang, “Mau lagu apa, Mama Haji?”

Tamu undangan pun akan teriak-teriak, “Balo Lipa! Balo Lipa.” Dan kemudian, mama haji atau om-om yang parlente itu memang memilih “Balo Lipa”.

Pemain electone memainkan intro dan lagu mengalun.

***

Sejak kemarin “Balo Lipa” kondang melampaui tanah Sulawesi. Penyebabnya adalah video amatir seorang perempuan sedang menyanyikan lagu itu di sebuah acara pernikahan. Video ini viral banget kemarin.

Awalnya, rentetan adegan di video itu biasa saja. Bahkan ada ibu-ibu yang menghampiri sambil berbisik-bisik ke telinga perempuan itu. Namun, di pertengahan lagu, hal yang tak disangka-sangka terjadi. Ketika si perempuan masih asyik menyanyikan “Balo Lipa”, ia dihampiri seorang pria berpakaian pengantin khas Bugis dari samping yang langsung mencium dan memeluk perempuan tersebut.

Sementara si perempuan kelihatan berontak ingin melepaskan pelukan, orang di sekitar juga berusaha memisahkan mereka. Tapi, si lelaki justru lemas dan kemudian pingsan. Suasana heboh sementara si perempuan yang sudah lepas dari pelukan tadi… lanjut menyanyi.

Setelah cek-cek berita, diketahui bahwa kejadian itu berlokasi di Kelurahan Doping, Kecamatan Penrang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan. Acara itu adalah acara pernikahan si lelaki dan si perempuan yang menyanyi tadi adalah mantan kekasihnya.

Saking viralnya itu video, yang disusul hujan hujatan kepada si mbak mantan yang dicerca karena datang ke kawinan bekas pacar, mbak itu pun memberi penjelasan yang kemudian diunggah oleh kenalannya di Facebook.

Jadi gini ceritanya….

Si mbak mantan ini namanya Novianti dan mas yang pingsan itu namanya Noki. Mereka memang pernah pacaran, bahkan keluarga Mas Noki sudah melamar, tapi ditolak karena Mbak Novi masih kuliah.

Mereka masih pacaran sampai kemudian, Mbak Novi yang pindah dari Sengkang, kota mereka di Sulawesi Selatan, ke Jambi. Berhubung Mas Noki nggak tahan LDR, Mas Noki minta putus. Beberapa bulan kemudian, dua-duanya sudah punya pacar lagi.

Ketika Mas Noki akan menikah, kata Mbak Novi ibu Mas Noki ini terus-terusan telepon, minta Mbak Novi datang. Apakah ibunda Mas Noki aslinya memang berharap banget Mbak Novi ini jadi menantunya ya? Ya intinya, karena menganggap orangtua Mas Noki sudah kayak orangtuanya sendiri, Mbak Novi pun datang karena di hari pernikahan, ia pas lagi pulang kampung buat ngurus rencana kuliah lagi.

Peristiwa selanjutnya adalah drama nyanyi-lalu-dipeluk itu tadi. Kata Mbak Novi, dia nggak tahu Mas Noko berbuat seperti itu karena mellow sama dia atau sama lagunya. Di akhir penjelasannya, ia juga minta maaf kepada istri Mas Noki dan keluarganya atas peristiwa itu.

***

Entah bagaimana ceritanya lagu Bugis ini bisa menjadi hiburan wajib di acara pernikahan. Coba Anda cermati terjemahan liriknya berikut, jelas terasa bahwa ini lagu yang nggak cocok sama sikon kawinan.

Betapa tega dirimu, Adinda
kau hancurkan hatiku
kau duduk bersanding
di depan mataku

Seandainya dari dulu aku tahu
cintamu hanya seperti motif sarung sepuhan

Sedari awal kita tak usah saling mengenang
tak usah saling mengenang

Betapa indah tuturmu
di saat kita bersitatap
sampai hati dirimu, adinda
kau hancurkan hatiku

Betapa indah tuturmu
di saat kita bertatapan
Sampai hati dirimu, adinda
au hancurkan hatiku

Ditinggal sendiri
menderita jiwa raga

See? Ini versi Bugis lagu “Tenda Biru”. Pernah dengar “Tenda Biru” di acara pernikahan?

Video klip lagu ciptaan Ansar S. dan dibawakan Didin Pratama ini tidak kalah melankolis. Musik baru masuk intro tapi gambarannya sudah to the point: seorang lelaki gondrong berpisah dengan sang kekasih karena mengetahui si doi akan menikah dengan orang lain. Mereka berdua merenungi apa yang terjadi. Sebagai wujud laki-laki itu tegar dan merestui mantannya, ia hadir di acara resepsi pernikahan. Bahkan naik ke atas pelaminan menyalami mantan.

Sepertinya, video klip memang sengaja dibuat statis agar kesannya mengena. Coba saja tonton sendiri dan lihat rentetan adegannya: berpisah, hadir di resepsi pernikahan, nyanyi sendiri, shoot in kecantikan si doi.

Aduhai. Sakit sekali.

Sebelum Balo Lipa viral, saya sering mengejek teman saya yang sakit hati karena ditinggal nikah mantannya. “Kena ‘Balo Lipa’?” ejek saya sambil tertawa. Dipikir-pikir, ejekan itu sadis betul walau tujuannya menghibur. Untungnya teman saya itu ikut tertawa.

Peritiwa “Balo Lipa” di Wajo ini setidaknya memberi kita dua pelajaran. Pertama, jangan sembarangan memilih lagu untuk soundtrack nikahan. Akibatnya bisa fatal. Khususnya bagi kamu yang punya mantan orang Bugis, Toraja, atau Mandar, ada baiknya tak usah nyanyi lagu ini. Jika diundang dan ingin salaman dengan mantan sekadar mengucapkan perpisahan terakhir, mending datang, kasih amplop, kasih senyum bila ada yang mencibir, makan, duduk manis, lalu pulang. Kalau mau menyanyi “Balo Lipa”, ajak teman atau keluarga pergi ke tempat karaoke saja.

Pelajaran kedua, jangan impulsif. Putus dari mantan kadang memang menyakitkan. Tapi, jangan mengobati rasa sakit itu dengan cari pasangan lain dan bahkan mengambil keputusan menikah dalam waktu cepat. Bayangkan perasaannya istrinya Mas Noki yang duduk di pelaminan. Bayangkan kelak ada yang bikin lagu counter “Balo Lipa” dari perspektif mempelai yang bengong lihat istri/suaminya mellow dengan mantan karena lagu itu. Bayangkan kelak lagu itu juga jadi lagu wajib di nikahan.

Hasilnya nanti, acara pernikahan tak beda dengan ajang battle lagu. Ini nikahan atau “Indonesia Mencari Bakat” sih?

Exit mobile version