Gerwani Bantu Atasi Keruwetan Rumah Tangga

MOJOK.CO – Sulami adalah aktivis Gerwani dan Redaktur Utama Api Kartini. Tulisannya ini terbit tahun 1960, menyoroti tentang apa itu Gerwani dan apa yang diperjuangkan gerakan tersebut. 

Tulisannya ini merupakan hasil wawancara Sulami dengan Ketua Umum Gerwani Ny. Umi Sardjono, tentang bagaimana Gerwani menjadi gerakan perempuan paling progresif waktu itu. Tulisan ini bersumber dari Api Kartini, Juni 1960, No. 6, Th. II, hlm. 6—7. Majalan ini merupakan media inhouse dari Gerwani Judul asli: Sejarah Perjuangan yang Berkesan (sumber: warung arsip)

Gerwani Bantu Atasi Keruwetan Rumah Tangga

Oleh Sulami

 

Suatu pameran sejarah perjuangan yang sangat berkesan telah diadakan oleh Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) di ibukota mulai tanggal 5 Juni yang bulan lalu, berkenaan dengan ulang tahunnya yang ke-10. Pameran yang kecil dan sederhana tetapi cukup manis dan berselera ini memberi gambaran yang jelas tentang lahirnya, tumbuhnya serta berkembangnya Gerwani sejak ia didirikan pada tanggal 4 Juni 1951 hingga berumur 10 tahun ini.

Ia juga memberikan gambaran tentang bidang-bidang yang sangat luas yang telah dicakup oleh aktivitas Gerwani, ialah bidang-bidang pembekalan hak-hak dan kepentingan anak-anak, perdamaian dunia, hak-hak wanita termasuk hak-hak politik serta hak-hak sosial dan ekonominya, pendidikan dan penerangan dikalangan wanita berupa PBH, kasus-kasus kader dan kewanitaan, penerbitan-penerbitannya, aksi-aksi politiknya, aksi-aksi untuk membela hak-hak demokratis dan usaha-usahanya dalam mempererat persahabatan antara wanita sedunia.

Suatu peta tanah air kita dengan diberi tanda-tandanya menunjukkan betapa dan di mana saja Gerwani sudah mempunyai cabang-cabangnya, ialah mulai dari Daswati I Aceh sampai kepada Daswati I Irian Barat, semuanya berjumlah 185 cabang, yang telah berdiri disemua kota-kota kabupaten dan kotapraja sampai ke ibukota Irian Barat Soa-siu.

Suatu statistik keanggotaan juga menunjukkan bahwa Gerwani dalam 10 tahun pertumbuhannya dapat mencatat suatu perkembangan keanggotaan yang mengagumkan pula, ialah dimulai dengan 6.000 menjadi 710.000 pada waktu sekarang ini.

Penulis berkesempatan mengajukan beberapa pertanyaan kepada Ketua Umum Gerwani Ny. Umi Sardjono, ialah terutama mengapa dan bagaimana Gerwani memperoleh sambutan yang begitu besar dari kaum wanita kita dan dapat mencapai perkembangan yang begitu pesat dalam waktu yang singkat itu. Pertama-tama ditegaskan oleh Ny. Umi Sardjono bahwa Gerwani bukanlah ciptaan dari beberapa orang saja.

Ada karena kebutuhan

“Gerwani lahir tak hanya sekadar untuk genap-genap saja, tetapi ia merupakan suatu yang ada karena kebutuhan. Kaum wanita yang selama ini berjuang melawan kolonialisme Belanda, kaum wanita yang selama itu berjuang untuk melawan penindasan feodal yang terkutuk, tak mau lagi jinak-jinak menyerah kepada segala kebuasan penjajahan. Untuk itulah Gerwani dilahirkan.”

Ditekankan olehnya bahwa dalam kongresnya yang pertama di Surabaya pada tanggal 17 – 22 Desember 1951, dengan tegas seluruh persertanya telah membulatkan tekadnya untuk berjuang lebih keras untuk mencapai demokrasi, persamaan hak bagi wanita dan lelaki, undang-undang perkawinan, dan perdamaian. Dilihat dari programnya, maka ini menunjukkan bahwa Gerwani, yang pada waktu itu masih Gerwis, mendasarkan perjuangannya kepada kepentingan yang paling dibutuhkan oleh kaum wanita. Rakyat dan Negara.

Warga Gerwis dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat tak dapat digentarkan oleh siapapun, sekalipun harus menghadapi rintangan-rintangan yang berat seperti razia Agustus Sukiman yang kejam, fitnahan-fitnahan dan kutukan-kutukan dari kaum tua yang kolot dan golongan-golongan yang tidak setuju akan kemajuan kaum wanita, atau yang menghendaki kaum wanita tetap tinggal didapur dan butahuruf. Atas perjuangan yang pantang mundur ini, lambat laut disadari oleh masyarakat, jika sebetulnya sudah tidak pada tempatnya membiarkan kaum wanita hidup terbelakang dan menderita sebagai budak belian.

Bantu atasi keruwetan rumahtangga

Ketika kami tanyakan mengenai sifat organisasi Gerwani serta aktivitas-aktivitasnya yang dapat menarik kaum wanita sebagai banyak kedalam barisannya. Ny. Umi Sardjono menjelaskan bahwa Gerwani bukannya suatu organisasi politik tetapi adalah suatu organisasi massa wanita yang berpolitik.

Berbicara tentang aktivitas Gerwani, Ny. Umi Sardjono menerangkan bahwa dalam gerakan selama masa kongres kedua sampai ke tiga itu, ciri khusus dari aktivitas yang sangat luas dan mempunyai pengaruh baik bagi kaum wanita ialah mengenai pembelaan hak-hak wanita, seperti pembelaan terhadap Maesuri, aksi mengutuk Atamimi, Nyi Gusti Rai Ari, Siti Nasiah dan lain-lain.

Dan banyak lagi keruwetan-keruwetan rumah tangga yang atas bantuan-bantuan Gerwani dapat diselesaikan dengan damai dan baik. Sudah barang tentu aksi-aksi yang lain juga tak kurang pentingnya, umpamanya soal-soal pendidikan anak-anak mendirikan rumah-rumah sekolah gotong-royong, taman kanak-kanak, mengadakan kerjasama untuk mengirimkan lauk-pauk ke garis depan di mana prajurit-prajurit kita sedang bertugas membasmi pemberontak-pemberontak PRRI/Permesta, DI/TII, dan lain-lain.

Perkembangan ini terlihat sekali sesudah pemilihan umum. Kader-kader Gerwani bertambah pengalamannya, seperti yang aktif dalam pemilihan umum tidaklah kurang dari 23.000 orang yang menjadi anggota P3S. Sebagai hasilnya Gerwani telah mempunyai anggota-anggota yang duduk dalam Konstituante enam orang, DPR lima orang, DPRD ada 62 orang. Bahkan seorang telah dipilih menjadi Ketua DPRD, dan seorang lagi terpilih menjadi anggota DPD.

Usaha-usaha sosial lainnya seperti Koperasi-koperasi, poliklinik, kursus dukun bayi, dan lain-lain, bolah dikatakan belum berkembang biak seperti perkembangan Taman kanak-kanak yang sudah berjumlah 326 itu. Tetapi Gerwani dalam kongresnya yang ketiga telah mendiskusikan bahwa usaha-usaha sosial harus menjadi kegiatan untuk sekedar meringankan beban anggota.

Bagaimana Gerwani membuat anggota-anggotanya memperoleh dan menambah militansinya, kami tanya selanjutnya. Untuk ini, kata Ny. Umi, di samping pengalaman-pengalaman dalam perjuangan itu sendiri yang meningkatkan militansi anggota kami, juga dengan jalan pendidikan wajib bagi yang bermata pelajaran pokok empat, yaitu Sejarah Gerakan Nasional, Sejarah Gerakan Wanita Nasional dan Internasional, Organisasi dan perkembangan Gerwani, dan sejarah GWDS dan soal-soal perdamaian.

Usaha-usaha pendidikan ini telah dilangsungkan bertingkat-tingkat, pusat, dan daerah-daerah kabupaten kecamatan. Sekalipun belum merata, tetapi hasil-hasil yang sudah dicapai ternyata dapat memajukan perkembangan Organisasi, karena kader-kader Gerwani menjadi tambah pengetahuannya yang membuat lebih militansinya.

Perlu persahabatan wanita sedunia

Atas pertanyaan selanjutnya Ny. Umi menerangkan bahwa disamping Gerwani menjadi anggota dari Kongres Wanita Indonesia yang untuk mengusahakan persatuan dan kerjasama dari segenap wanita tanahair kita guna kemajuannya, Gerwani juga menjadi anggota dari Gabungan Wanita Demokratis Sedunia. Ini adalah karena Gerwani berperan dapat pula bahwa setiap itu, setiap wanita dimanapun ia berada di dunia ini pada hakekatnya mempunyai cita-cita yang sama, ialah untuk mencapai emansipasi sepenuhnya, untuk mencapai kebahagiaan kekeluargaan dan ini hanya mungkin bilamana penindasan dari manusia atas manusia sama sekali dilenyapkan, bilamana tak ada lagi ancaman peperangan dan perdamaian dunia tetap terpelihara. Maka untuk ini pun perlu diusahakan persatuan dan persahabatan antara kaum wanita disemua negeri didunia agar bersama-sama memperjuangkan apa yang menjadi cita-cita yang bersama pula.

Sesuaikan kegiatan organisasi dengan kepentingan rumahtangga.

Satu soal yang juga mendapat perhatian sepenuhnya dari Gerwani, kata Ny. Umi Sardjono akhirnya, adalah soal menyesuaikan kegiatan organiasi dengan kepentingan rumahtangga. Ia menunjukkan pada salahsatu pidatonya dimana ditekankan soal membina sifat kewanitaan dalam perjuangan emansipasi”. Ini dimaksudkan bahwa berbeda dengan kaum lelaki, kaum wanita mempunyai tanggungan khusus terhadap rumahtangga, melahirkan dan memelihara anak-anaknya.

Walaupun sebetulnya hal-hal kerumahtanggaan tidaklah berarti sepenuhnya menjadi tanggungan kaum ibu sedang para bapak hanya berdiri sebagai penonton. Tidaklah demikian. Dengan demikian kita menyadari bahwa sekalipun kita aktif dalam organisasi kewajiban rumahtangga tidak bisa kita abaikan. Pendapat ini telah menjadi pedoman para aktivis-aktivis Gerwani. Karena itu pada umumnya aktivis-aktivis kita dapat menunaikan tugasnya dengan baik dan mendapat bantuan baik dari para suaminya. Sehingga pekerjaan organisasi bisa lancar dan mencapai sukses baru yang menggembirakan.

Dan dengan ini kami tinggalkan bukanya pameran tetapi juga kesan-kesan perjuangan yang sangat berkesan itu.

 

Penulis: Sulami

Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA AR Baswedan: Sesal Pedih Seorang Sarjana dan tulisannya di Rubrik ESAI.

Exit mobile version