MOJOK.CO – Kesimpulan dari esai panjang ini disampaikan D.N. Aidit pada 22 November 1962 di hadapan lebih kurang 570 mahasiswa Universitas Setya Wacana, Salatiga. Versi lengkapnya dengan judul Pengantar Etika dan Moral Komunis diterbitkan Akademi Sosial Aliarcham, sebuah akademi ideologi yang didirikan PKI untuk menggembleng pengetahuan kader-kader terpilih. Di akademi ini, Aidit adalah ketua Dewan Kurator dan dosen luar biasa.
Etika Kaum Komunis Tidak Memaksa Mereka yang Beragama Meninggalkan Kepercayaannya
Oleh D.N. Aidit
Pengabdian kepada Revolusi Indonesia yang bertujuan mendirikan masyarakat Sosialis Indonesia merupakan sumber pokok dan utama dari nilai-nilai etis dan sekaligus merupakan tujuan hidup dan moral kaum Komunis Indonesia. Apa yang baik bagi Revolusi Indonesia adalah juga baik bagi kaum Komunis Indonesia, dan segala yang tidak baik bagi perkembangan Revolusi Indonesia juga tidak baik bagi kaum Komunis Indonesia.
Orang Komunis menyadari bahwa tempat serta kepentingannya sebagai individu hanya sebagai bagian dari klas buruh dan sekaligus Rakyat pekerja serta kepentingannya. Dari sini dapat dipahami bahwa nilai-nilai etis kaum Komunis bersendi dan berlandaskan pada realitet sosial tentang kepentingan massa Rakyat pekerja yang tertindas, terhisap dan yang menderita, dan bertujuan mendorong maju perkembangan masyarakat sesuai dengan hukum-hukum perkembangan yang objektif.
Nilai-nilai etis kaum Komunis mencerminkan pengabdiannya yang tulus ikhlas dan konsekwen kepada Amanat Penderitaan Rakyat, kepada Revolusi Indonesia.
Jadi benarkah kaum Komunis tidak mempunyai moral seperti biasa dikatakan oleh kaum imperialis dan kaum reaksioner lainnya, apabila sudah terbukti pada praktek dan sejarah bahwa jumlah kaum Komunis terus makin besar sehingga sekarang sudah kurang lebih 40 juta di seluruh dunia dan sudah berhasil membebaskan kira-kira 1000 juta rakyat di 12 negara di Eropa dan Asia dari penghisapan dan penindasan, dengan mendirikan masyarakat-masyarakat Sosialis?
Benarkah kaum Komunis tidak mempunyai moral seperti difitnahkan oleh kaum imperialis dan kaum reaksioner lainnya apabila sudah terbukti dari kenyataan sejarah bahwa partai-partai Komunis, sekalipun selalu dikejar-kejar dan dihantam, tetap tumbuh dan makin menjadi besar?
Partai Komunsi Indonesia sendiri, dalam masa kira-kira 10 tahun telah tumbuh dari keanggotaan kurang dari 10.000 orang menjadi lebih dari dua juta orang dewasa itu, suatu kenaikan lebih dari 200 kali lipat.
Kehidupan telah membuktikan bahwa sejarah telah berkembang menurut konsepsi kaum Komunis, dan tidak menurut konsepsi kaum imperialis dan kaum reaksioner lainnya.
Akhirnya, mungkin ada baiknya untuk secara singkat menjelaskan sikap kami kaum Komunis terhadap masalah agama.
Ideologi dan etika Komunis mengharuskan kaum Komunis untuk tidak mengadakan intervensi atau campurtangan dalam urusan kepercayaan agama dari seseorang, apalagi untuk memaksakan mereka yang beragama untuk meninggalkan kepercayaannya.
Anggaran Dasar PKI tidak mengharuskan seseorang meninggalkan agamanya untuk diterima menjadi anggota PKI.
Tetapi kaum Komunis tidak menyetujui dan menentang orang-orang atau golongan yang menggunakan ajaran dan otoritet agama untuk tujuan-tujuan politik reaksioner, untuk menghambat dan menentang kemajuan perkembangan masyarakat.
Kaum Komunis mempunyai moral menghormati hak setiap orang untuk memeluk suatu kepercayaan dan agama.
Menurut kaum Komunis, masalah kepercayaan dan agama adalah hak masing-masing orang, untuk menganutnya atau untuk tidak menganutnya. Moral ini kami anggap paling tepat dan sesuai dengan penerimaan kami terhadap Pancasila.
Menerima Pancasila menurut paham kami berarti menerima ketentuan bahwa tidak boleh mengadakan propaganda anti-agama dan tidak boleh melakukan paksaan beragama. Sebagaimana orang tidak bisa dipaksa untuk tidak menganut suatu agama, orang juga tidak boleh dan tidak bisa dipaksa untuk menganut sesuatu agama.
Bagaimana keadaan moral di masyarakat Indonesia sekarang? Sebagaimana kita semua mengetahui, perjuangan rakyat Indonesia didalam menggalang persatuan nasional yang berporoskan NASAKOM untuk melaksanakan MANIPOL dan menyelesaikan tuntutan-tuntutan Revolusi Indonesia, sekarang sedang berlaku dengan hebatnya dan mulai mencapai kemenangan-kemenangan penting.
Dalam rangka perjuangan melaksanakan MANIPOL ini, sedang pula tumbuh dengan pesatnya nilai-nilai dari MANIPOL yang mengajarkan kesetiaan kepada Revolusi Indonesia, kesetiaan kepada Amanat Penderitaan Rakyat, cinta kepada persahabatan antara bangsa-bangsa dan perdamaian dunia, yang amat membenci kepada imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, feodalisme dan kaum kontra-revolusioner, tetapi yang amat menyayangi dan mengasihi kaum seperjuangan, yang percaya kepada kekuatan bangsa sendiri dan bebas dari penyakit komunisto-phobia yang sangat merusak persatuan nasional.
***
Penulis: D.N. Aidit
Editor: Agung Purwandono
Sumber naskah: Warung Arsip
BACA JUGA Soedjatmoko: Pemuda, Jalan Keluar dari Jalan Buntu Pembangunan dan tulisan lain di Rubrik ESAI.