MOJOK.CO – Jika kita ingin tahu alasan orang tidak selingkuh, kita harus menyingung terlebih dahulu mengapa orang selingkuh.
Kita semua sepakat perselingkuhan adalah kesalahan dalam hubungan. Di saat yang sama kita mempunyai beberapa definisi selingkuh dengan beragam batas toleransi; tentang apa yang dianggap selingkuh; apa yang diasosiasikan sebagai bukan selingkuh.
Tetapi, poin dalam perselingkuhan yang menyebabkan rasa bersalah tetap sama pada semua orang. Juga, metode pendekatan untuk selingkuh hampir-hampir tidak berubah dari dulu. Sebagian besar apa yang disebut di zaman dulu sebagai selingkuh masih disebut selingkuh di zaman sekarang. Lalu timbul pertanyaan, mengapa metode pendekatan selingkuh yang tidak banyak berubah tidak mengurangi alasan orang untuk berselingkuh?
Metode pendekatan selingkuh dalam hubungan heteroseksual selamanya diawali dengan pertemuan pria dan wanita yang dilanjutkan menjadi kunjungan pribadi. Pertemuan pria dan wanita tidak mendatangkan kunjungan pribadi jika tidak ada ketertarikan yang dikembangkan. Jadi, bukan pertemuan yang harus disesali, tetapi ketertarikan yang dikembangkan yang harus dipertanyakan: Ada apa dan mengapa dilakukan orang yang telah memiliki pasangan?
“Seks bukan alasan utama orang selingkuh,” kata Paul Hokemeyer, Ph.D., psikoterapis dan penulis Fragile Power: Why Having Everything Is Never Enough. Alasan utama adalah ada kekurangan dalam hidup mereka dan khususnya, dalam ego mereka. Mereka merasa tidak lengkap.
Perasaaan tidak lengkap tampaknya membuat orang mudah merasa kekurangan. Saya jadi teringat drama Korea berjudul Faith/The Great Doctor ketika Ki Cheol mengeluhkan penyakitnya kepada Dokter Yoo Eun Soo. Ki Cheol menyebut penyakit itu ada pada hatinya, dia tidak pernah puas sehingga ingin memiliki apa pun yang dia lihat dan itu membuat dia merasa selalu kekurangan dan menjadi tamak.
Penyakit ini pada puncaknya menyedihkan dirinya. Bagaimanapun, dia tahu dia telah melakukan hal-hal tidak baik hanya untuk memenuhi ego. Kerugian untuk dirinya sangat menyedihkan bahkan saat dirinya sendiri yang melihat.
Kekurangan yang seperti itu mengingatkan kita pada pepatah, “Once a cheater, always a cheater”, sekali peselingkuh, tetap peselingkuh. Sebuah studi tahun 2017 mengevaluasi kebenaran pepatah ini. Dalam penelitian itu, peselingkuh yang telah 3 kali berselingkuh lebih mungkin melakukan hal yang sama dalam hubungan mereka di masa depan.
Sayangnya, hubungan semacam itu semakin mudah dilakukan karena ketika orang selingkuh, mereka kemungkinan besar melakukannya dengan seseorang yang mereka kenal, mulai dari teman hingga rekan kerja. Alasannya, dengan orang yang mereka kenallah mereka memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukannya. Juga karena mereka sedang mencari lebih dari sekadar seks. Banyak orang berselingkuh karena terbiasa mencari keintiman atau koneksi emosional yang umumnya lebih mungkin diberikan oleh orang yang berada di sekitar mereka.
Definisi seseorang tentang perselingkuhan adalah yang paling penting. Setiap orang dan setiap hubungan adalah unik, dan beberapa pasangan bisa berbeda cara mereka memandang perselingkuhan. Dalam survei yang dilakukan oleh Elite Daily pada 2016 terhadap 100 responden, semua responden setuju interaksi fisik atau seksual disepakati sebagai selingkuh. Sebanyak 61% setuju perasaan intim atau seksual untuk orang lain sudah disebut selingkuh.
Sayangnya, banyak orang yang menganggap mereka memiliki hak tertentu untuk mendapatkan hubungan yang baru dan hak semacam itu mereka yakini membenarkan mereka memiliki perasaan intim atau seksual untuk orang lain. Hak prerogatif ini datang dari persetujuan agama dan budaya dan umumnya diberikan kepada pria dalam bentuk poligini. Jika hak semacam ini tidak diiringi dengan moral dan kesadaran untuk memiliki empati, perselingkuhan akan dilakukan tanpa rasa bersalah bermodal tameng poligini.
Seorang pria yang sudah menikah menjadi memandang selingkuh sebagai hal biasa karena dia meyakinkan dirinya, adalah haknya mengejar pernikahan lain jika dia mau. Kita, yang setuju perselingkuhan itu salah, dapat melihat cara mereka berpoligini telah memberi pengertian bahwa perselingkuhan dapat dibenarkan. Saya yakin hak poligini tidak termasuk hak untuk selingkuh. Tapi metode pendekatan mereka dalam mencapai poligini adalah metode pendekatan selingkuh sehingga cara poligami mereka telah membenarkan perselingkuhan.
Dari penjabaran di atas, sekarang kita dapat melihat sudut di seberang peselingkuh secara jelas, yang menjadi alasan orang melakukan hal yang sebaliknya, yaitu tidak selingkuh.
Alasan Orang Tidak Selingkuh
1. Persepsi monogami
Saya yakin orang-orang yang tidak mendukung poligami sangat jelas dengan diri mereka sendiri ketika mereka selingkuh, ini terutama pada pria. Saat mereka dengan jelas memandang mereka telah melakukan perselingkuhan, rasa bersalah akan membuat mereka menghentikan hubungan atau menghindari hubungan lebih jauh.
Mereka akan membatasi pertemuan mereka dengan orang lain untuk tidak berlanjut pada kunjungan pribadi. Sedangkan mereka yang mendukung poligami tidak menunjukkan banyak rasa bersalah karena mereka meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka tidak berselingkuh, tapi hanya sedang menggunakan hak-hak mereka. Mereka tidak menyembunyikan hubungan semacam itu, bahkan sering merasa mendapatkan keistimewaan saat memamerkannya.
2. Definisi jelas tentang batas-batas hubungan
Pada perempuan yang masuk ke suatu hubungan orang lain alias menjadi pelakor. Umumnya dia tahu niat dan perannya, tapi lupa pada kesalahan tindakannya. Pada pria, pembenaran poligini mereka gunakan untuk menjadi peselingkuh dengan anggapan menambah istri adalah hal yang wajar. Sekalipun niatnya bukan untuk membuat sebuah pernikahan baru, tapi situasi menjadi samar antara berselingkuh atau hanya berteman. Batas-batas suatu hubungan menjadi abu-abu dan mereka membuat definisi yang menyokong apa yang mereka lakukan.
Kondisi seperti ini tidak terlihat pada mereka yang tidak selingkuh. Mereka konsisten memegang definisi yang jelas tentang batas-batas hubungan. Batas-batas hubungan yang jelas sangat membantu seseorang tidak jatuh dalam perselingkuhan.
3. Tidak memiliki potensi selingkuh
Apa yang dimaksud dengan potensi selingkuh? Pandangan pro-poligami membuka peluang orang untuk tidak memegang pemikiran tentang bertahan pada satu pasangan. Ini adalah potensi selingkuh. Potensi selingkuh terbesar datang dari bagaimana pemikiran seseorang tentang pola hubungan yang dia pakai. Mereka yang berorientasi pada poligini harus berhati-hati terhadap pembenaran yang mereka gunakan agar tidak menjadi peselingkuh saat menambah istri.
4. Memiliki kepribadian yang sehat
Masalah psikologis atau sifat kepribadian tertentu memiliki peran seseorang selingkuh atau tidak. Dalam sebuah studi tahun 2018 yang mengamati sifat-sifat kepribadian, wanita yang berada di peringkat tinggi dalam “neurotisme” dan pria yang peringkatnya lebih tinggi dalam “narsisme” lebih cenderung untuk selingkuh. Perselingkuhan umumnya didorong oleh ego dan rasa memiliki hak. Selain mementingkan diri sendiri, orang sering kali tidak memiliki empati sehingga mereka tidak menghargai dampak tindakan mereka terhadap pasangan mereka.
Sebaliknya, pada mereka yang memiliki kepribadian yang sehat, tindakan yang dia pilih dalam hidup lebih mengutamakan empati dan rasa peduli tentang perasaan orang lain. Mereka akan berhati-hati untuk melakukan tindakan yang menyakiti orang yang mereka akui mereka cintai.
BACA JUGA Biar Layangan Putus Nggak Terulang, Kira-kira Gini Ciri Cowok Setia atau esai ESTIANA ARIFIN lainnya.