MOJOK.CO – Paling tidak kita tahu bahwa caleg yang bakal kita coblos merupakan yang paling mending. Karena si caleg tidak termasuk dari 5 tipe caleg berikut ini.
Pemilihan presiden-wakil presiden dan anggota legislatif tingkat nasional (DPR) maupun tingkat daerah (DPRD) tinggal hitungan hari. Semakin mendekati hari pemilihan, media, baik media massa maupun media sosial semakin gencar memberitakan tentang hal ini.
Sayangnya, porsi pemberitaan untuk pemilihan presiden dan wakilnya jauh lebih banyak dibandingkan pemberitaan tentang calon anggota DPR dan DPRD. Semacam makan nasi ayam, lebih banyak nasinya daripada ayamnya.
Padahal, memilih anggota DPR dan DPRD tidak kalah penting dengan memilih presiden dan wakilnya. Sebab, jika presiden dan wakil presiden terpilih hanya akan menentukan arah pembangunan negara ini selama lima tahun ke depan, pemilihan anggota DPR dan DPRD menentukan selama 10 tahun ke depan.
Lho, lho, kok bisa?
Nah itu dia, banyak yang tidak memahami bahwa perolehan suara parpol pada pemilu 2019 ini akan menjadi dasar perhitungan untuk mereka mengajukan capres dan cawapres 2024.
Jika partai yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua pada 2019 ini nanti adalah partai itu-itu lagi, besar kemungkinan pada 2024 nanti, pemilihan presiden dan wakilnya akan berlangsung gini-gini lagi.
Sayangnya, menentukan caleg yang akan kita coblos besok bukan perkerjaan mudah. Cara paling ideal, yakni mencari tahu latar belakang tiap caleg. Masalahnya ini memang membutuhkan usaha dan waktu yang tidak sedikit.
Di Dapil saya misal, calon anggota DPR RI Dapil Jatim 1 (Surabaya-Sidoarjo) ada 135 caleg, sedangkan calon anggota DPRD Provinsi Jatim Dapil 2 (Sidoarjo) ada 120 caleg, dan calon anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo Dapil 1 (Sedati-Buduran-Sidoarjo) ada 137 caleg.
Jika ditotal, ada 392 nama yang mesti saya cari tahu kapabilitasnya, program yang diusung, skills yang dimiliki, pemahaman akan tupoksi anggota DPR dan DPRD serta permasalahan hukum yang mungkin pernah mereka hadapi.
Jika satu nama membutuhkan satu jam penelusuran, maka diperlukan 392 jam atau 16,3 hari non-stop tanpa tidur, kerja, makan, mandi, boker, dan aktivitas lainnya. Sangat tidak feasible bukan?
Nah, meskipun saya bukan ahlinya ahli, intinya inti, core of the core, saya mempunyai tips jitu dan hemat waktu untuk menyeleksi calon anggota DPR dan DPRD sehingga menemukan yang sedikit lebih baik dari yang sebagian besar kurang baik.
Meski tidak menjamin 100% keakuratan dalam memilih calong legislatif terbaik, tapi paling tidak kita nggak memilih hanya berdasarkan tampang ganteng, cantik, atau hanya karena pernah sealmamater saja.
Before we start, lakukan dulu persiapan berikut ini: print daftar calon tetap di dapil kalian masing-masing, daftar ini bisa diperoleh di website KPU (kpu.go.id). Kemudian lakukan langkah-langkah berikut:
1. Coret nama-nama caleg yang berada di urutan 1-2
Caleg yang berada di nomer urut awal bisa dipastikan merupakan petugas partai. Lihat saja, nama-nama kader asli partai, kerabat, dan anak ketum partai. Atau bisa juga jubir atau corong partai selalu ada di nomer urut awal.
Mereka ini kebanyakan lebih mementingkan masa depan partai daripada masa depan bangsa. Tidak banyak yang bisa diharapkan dari mereka.
Lagian biasanya mereka yang ada di urutan 1-2 merupakan caleg yang mengeluarkan modal paling banyak. Yah, pakai prinsip ekonomi sederhana saja. Artinya, mereka berpotensi untuk mengeruk keuntungan paling banyak juga kalau nanti terpilih.
2. Coret nama-nama caleg yang memajang poster/baliho sembarangan
Setiap perjalanan berangkat-pulang kantor, atau sekedar jalan-jalan cari angin, perhatikan poster atau baliho yang dipajang di sepanjang jalan yang kalian lewati. Catat nama caleg yang memasang poster atau baliho di pohon, baik dengan cara diikat maupun dipaku, yang kadang sampai membahayakan pengguna fasilitas umum.
Caleg yang melakukan ini bisa diartikan tidak mempermasalahkan terganggungnya fasilitas umum demi kampanyenya. Sebuah ciri bahwa si caleg sebenarnya tak peduli-peduli amat dengan publik.
Jika dengan keselamatan dan kenyamanan publik saja mereka tidak peduli, apalagi dengan keselamatan negara? Habisa lebih masa bodoh lagi.
3. Coret nama caleg yang berasal dari wilayah lain
Meneliti daftar calon tetap (DCT) anggota DPR di dapil saya, saya menemukan puluhan caleg yang berasar dari luar Jawa Timur, mayoritas berasal dari Jabodetabek.
Hei, bukan kah tiap dapil sudah ada jatuh kursinya masing-masing?
Jika orang-orang yang tinggal di Jabodetabek nyaleg lewat dapil lain, kemudian mereka menang, bisa dibayangkan kursi anggota DPR akan diisi oleh orang pusat semua.
Kalau sudah begitu, bagaimana mungkin mereka memahami permasalahan di daerah saya? Lha wong mereka tidak pernah tinggal di daerah saya sebelumnya, tapi tahu-tahu merasa pantas mewakili kepentingan daerah saya. Ini kan aneh.
Bukannya tujuan adanya jatah kursi di tiap dapil adalah agar setiap daerah memiliki wakil di kursi DPR sana? Lha kok malah yang dicalonkan orang yang tinggal di daerah lain. Blas, nggak mashoook bosque.
4. Coret nama caleg yang terlalu sepuh
Beberapa website seperti infocaleg.com atau jariungu.com memberikan informasi dasar mengenai calon anggota legislatif. Dari 38 caleg DPR RI yang tersisa di Dapil Jatim 1, saya bisa menemukan usia mereka secara cepat dengan bantuan website tadi.
Caleg yang usianya sudah memasuki usia pensiun, sebaiknya tidak dipilih. Tidak dapat dipungkiri bahwa usia senja membuatnya tidak se-aktif dan se-enerjik saat muda dulu.
Selain itu, pola pikir orang-orang yang sudah memasuki masa pensiun kebanyakan kaku dan masih suka pakai-pakai cara old dalam menjalankan tugasnya. Padahal kebanyakan pemilih pada Pileg nanti adalah generasi muda, yang butuh ide-ide dan kepentingannya ikut bisa diwakili oleh sesama generasi muda.
5. Coret nama caleg yang udah pernah menjabat anggota DPR/DPRD
Selama ini, kita merasa anggota DPR/DPRD tidak menghasilkan kontribusi yang signifikan. Bahkan pernah dirilis secara resmi kinerja DPR RI begitu buruk, tapi malah minta dimaklumi.
Kalau udah begini, lalu mengapa kita harus memilih orang yang sama? Mengapa harus memberikan kesempatan kepada mereka yang sudah menyia-nyiakan kesempatan memimpin kita?
Semacam mengajak balikan mantan yang sudah bikin kita menangis bermalam-malam, no way!
Selain itu, memilih anggota DPR/DPRD baru akan meminimalisir tindak pidana korupsi yang mungkin dilakukan oleh angggota dewan yang sudah hafal medan. Sedangkan kalau orang baru, bisa jadi belum tentu berani melakukanya.
At least, yang kita pilih saat ini memiliki peluang, opportunity, chance, possibility, probability, likelihood, untuk melalukan tindak pidana korupsi yang lebih kecil dibanding memilih mereka-mereka yang sudah berpengalaman.
Sekarang, kita bisa mulai mencari tahu latar belakang masing-masing nama caleg yang tersisa. Karena yang tersisa tidak terlalu banyak, waktu yang kita perlukan untuk meng-googling-nya tidak bikin lembur.
Namun, jika kalian merasa aktivitas malam kalian tidak bisa diambil barang semenit-dua menit, maka sebagai pengikut setia Pak Ndul sang ahlinya ahli, intinya inti dan core of the core, saya masih memiliki satu langkah jitu yang membuat kalian fokus ke satu-dua nama saja.
Berikut ini, last but not the least:
Pilih caleg dari parpol yang kamu anggap baik, atau yang kamu anggap akan bisa mengusung tokoh baik menjadi Capres di 2024 nanti. Atau yang kamu anggap paling sedikit mudhorot–nya dibanding caleg lain.
Kalau ternyata tidak ada, ya kamu tahu lah apa yang mesti dilakukan.
Golput? Ya nggak dong.
Maju aja jadi caleg-nya sendiri.