#3 Jangan mampir kalau uap di panci nggak terlihat ngebul
Waktu itu, ketika pulang dari kampus, posisinya sudah malam. Saya memutuskan membeli wedang ronde Jogja ketika kebetulan baru berhenti juga.
Awalnya saya ragu mau mampir karena dari jauh saja nggak melihat ada kehangatan di panci kuahnya. Belum lagi, nggak terlihat uap juga. Sebab ada yang beli juga, saya juga tertarik nih. Akhirnya, saya membungkus satu porsi.
Ternyata itu memang jadi hari sial saya bersama wedang ronde Jogja untuk kesekian kalinya. Semua orang tahu kalau kuliner ini lebih nikmat kalau disajikan selagi hangat atau panas.
Celakanya, wedang ronde Jogja saya kali itu jangankan panas, hangat kuku saja nggak. Saya nggak tahu, apakah gasnya habis atau bagaimana. Tapi, ini benar-benar jadi pelajaran sih buat saya kalau mau beli wedang ronde lagi.
#4 Wedang ronde Jogja yang pakai pemanis buatan
Saya kira cukup di tiga perkara itu saja kesialan saya bersama wedang ronde Jogja. Ternyata yang terakhir ini yang paling bikin kecewa, sih.
Pengalaman saya selama tenggorokan gatal atau merasa kurang nyaman, pasti beli wedang ronde langsung merasa lebih baik. Berhubung wedang ronde keliling biasanya nggak lewat, saya memutuskan beli di tempat lain.
Saya sudah siap menghadapi tiga perkara sebelumnya kalau beli di tempat baru. Saya memutuskan berhenti di penjual yang buka tenda di pinggir jalan. Sambil mengamati penjualnya menyiapkan pesanan saya, saya sambil mengurai trauma.
Dari segi aroma, oke banget. Cuma nggak tahu rasanya. Lalu, kalau melihat komposisi kondimennya, aman juga. Nah, kemungkinan yang terjadi paling mahal, sih. Ketika bayar, harganya juga normal kok, Rp10 ribu per porsi. Saya jadi tenang.
Sampai di kos, saya langsung menyantapnya. Namun, kok ada yang aneh. Manisnya itu terlalu lekat. Maklum, kalau dalam kondisi agak flu, jadi makin sensitif.
Nah, kalau saya pikir lagi, wedang ronde Jogja waktu itu kuahnya bening sekali. Beda dengan biasanya yang agak kekuningan kalau pakai gula merah barang sedikit.
Saya jadi yakin wedang ronde itu pakai pemanis buatan. Alhasil daripada mengorbankan tenggorokan, saya cuma makan ronde, roti, dan kolang-kalingnya saja.
Dari satu mangkuk wedang ronde Jogja ke mangkuk lainnya, saya jadi belajar banyak. Ini juga bisa menjadi tips buat kamu yang menjadikan wedang ronde sebagai andalan di kala musim penghujan datang. Semoga kalian tidak menemukan kesialan dan berujung kecewa seperti saya.
Penulis: Karisma Nur Fitria
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA 3 Cara Licik Pedagang Es Kelapa Muda yang Membuat Mereka Cepat Meraup Keuntungan, tapi Membahayakan Kesehatan Pembeli dan catatan menarik lainnya di rubrik ESAI.












