Kehidupan dan cinta jika dilihat dari jarak jauh tampak datar dan bersifat ritual. Dalam bahasa penyair Chairil Anwar, “Kau kawin, beranak dan berbahagia.” Tapi, lihatlah dari dekat, detail-detail kisah keseharian manusia justru kerap membuat terpana.
Ambil contoh candaan milenial “Jangan-jangan kamu jomblo karena jodohmu belum lahir”. Daripada sebagai sebuah ramalan, candaan begini lebih dimaksudkan sebagai hinaan pedih lahir batin buat para jomblo yang meski usia tembus 25, mantan belum kunjung punya.
Mirip candaan itu, Pidi Baiq pernah membuat lagu berjudul “Cinta Kandas Beda Usia” yang makin menggarami luka hati para jomblo. Dari judulnya, sudah bisa ditebak isi lagu ini.
Sayang engkau masih di TK
Sedang aku S2
Sudut pandang kita berbeda
Usia kita jelas tak sama
Cinta kandas karena usia
Mengapa kita berjumpa
Selamat tinggal kekasihku
Tak mungkin ku menunggumu
Kelak engkau tambah usia
Sedang aku semakin tua
Mungkinkah kau akan terima
Sedang aku si tua bangka
Separuh dari tahun 2017 yang telah berjalan membuktikan candaan itu telah kehilangan elemen candaannya dan dunia ini tak sepesimis lagu Haji Pidi. Empat kisah ini membuktikannya.
Pernikahan Selamat dan Rohaya
Kisah ini baru lima hari lalu terjadi. Selamat (16 tahun) menikahi Rohaya (ada yang menyebut berusia 71 tahun, ada yang menyebut 67 tahun) di Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatra Selatan. Menurut cerita kepala desa setempat, keduanya sempat mengancam akan bunuh diri jika tidak diizinkan menikah.
Bersatunya generasi telegram dan generasi Facebook ini bermula sejak tiga tahun lalu, kemudian menguat ketika Selamat kena malaria empat atau lima bulan lalu. Karena sakit yang dideritanya, pemuda broken home ini pindah dari kediamannya di rumah orang tua angkatnya ke rumah Rohaya—dengan sebab yang tidak jelas.
Cinta beda usia sih tidak jadi soal, yang jadi masalah Selamat masih terhitung di bawah umur menurut UU Perkawinan yang mensyaratkan pengantin pria minimal berusia 19 tahun. Masalah umur ini yang membuat keduanya menikah siri: pernikahan pertama untuk Selamat, ketiga untuk Rohaya.
Pernikahan Rokim dan Tampi
Kisah serupa terjadi di Madiun, 15 Maret 2017. Rokim (ada yang menulis Rokhim), 24 tahun, menikahi Tampi, 67 tahun. Kedekatan keduanya bermula dari kebiasaan Rokim pijat di tempat Tampi, yang memang tukang pijat, sejak delapan tahun lalu. Rokim yang belum pernah pacaran ini kemudian jatuh cinta pada janda Tampi.
Sebelum berhasil melaksanakan akad, Rokim sempat mengancam akan menabrakkan diri ke kereta api jika keinginannya meminang Tampi dihalang-halangi. Astaga, mz.
Pernikahan Sofian dan Martha
Kisah lebih dahsyat terjadi di Minahasa, Sulawesi Utara. Gara-gara telepon nyasar, Sofian Lohodandel (atau Sofyan, 28 tahun) jadi ketagihan ngobrol via telepon dengan Martha Potu (82 tahun). Ketika akhirnya kopdar, Sofian yang seumur-umur belum pernah pacaran sempat kaget Martha setua itu—lebih tua dari ibu Sofian yang baru 60 tahun. Tapi, malaikat juga tahu, cinta mereka yang jadi juaranya.
Sayangnya, setelah menikah 18 Februari lalu, pasangan yang saling panggil mami papi ini masih harus menjadi sorotan media. Pasalnya, dua bulan kemudian Sofian ditikam seseorang yang mengolok-oloknya karena menikah dengan oma-oma. Ini siapa yang ngejek, siapa yang nikam coba.
Pernikahan Irfan dan Rubiyem
Sebenarnya kisah nikah beda usia pernah pula terjadi pada Oktober 2013. Di Yogyakarta, Irfan (27 tahun) mengawini Rubiyem (53 tahun) pada perhelatan nikah massal. Keduanya bertemu enam tahun sebelumnya kala sama-sama kursus sebagai tukang pijat. Ketika ditanya wartawan, Irfan yang tunanetra mengaku ingin segera punya momongan. “Ya nanti pengin cepet pijat-pijatan,” ucapnya sambil tertawa ketika ditanya tentang rencana malam pertama.
Kisah-kisah cinta seperti tiga cerita di atas tentu mengundang tawa. Cuma, bakal lain soal jika pasangannya adalah kakek-kakek menikahi gadis, apalagi jika di bawah umur. Tidak mau tidak orang teringat kepada Sitti Nurbaja atau R.A. Kartini.
Yang jelas, pertama, selama tidak melanggar aturan batas umur, cinta beda generasi sah-sah saja. Ini yang ditulis Soe Hok Gie dalam puisi “Sebuah Tanya”: Kita begitu berbeda dalam semua. Kecuali dalam cinta.
Disclaimer: kalau kamu punya kisah atau foto tentang hal-hal unik sehari-hari yang sulit dipercaya tetapi benar-benar terjadi? Jangan ragu untuk mengirimkannya ke redaksi@mojok.co. Satu cerita sepanjang 100 kata atau satu foto dengan caption pendek sudah cukup, lebih juga boleh, sepanjang masih karya sendiri. Btw, sebelum ngeklik “kirim” di email, tolong ketikkan “WAINI” di subject email-mu ya. Cerita atau foto dimuat akan diganjar honor yang lumayanlah buat beli paket data.