MOJOK.CO – Sudah sejak lama La Cikulu ingin jadi tentara. Itu cita-citanya sejak kecil, setelah melihat da pu Om yang sudah duluan jadi tentara. Berhasilkah dia?
Tentara kok ompong?
Sebelum memutuskan untuk kuliah, La Cikulu pernah bercita-cita jadi tentara. Da bercita-cita sebagai tentara karna da lihat da pu Om yang sudah duluan jadi tentara. “Gagah sepertinya kalo sa jadi tentara”, pikir La Cikulu.
Karena kesungguhannya, La Cikulu da mulai lakukan latihan fisik supaya kuat nanti kalo ikut tes penerimaan tentara. Setiap hari, La Cikulu da lari-lari pagi, siang, dan sore hari. Kurang lebih da lari lima kilometer setiap hari.
Selain lari, La Cikulu juga da sering lakukan push up, sit up, pull up, dan berbagai jenis latihan fisik yang lainnya. La Cikulu da sangat semangat latihan demi da raih cita-citanya jadi tentara. Tapi La Cikulu da sial betul siang itu. Waktu da lagi lari-lari, La Cikulu da tidak sengaja tersandung di batu. Da jatuh. Akibatnya gigi depannya da patah. Alhasil jadilah La Cikulu da cipe (ompong).
Saat pendaftaran penerimaan tentara, La Cikulu da tetap mendaftarkan diri. Setelah lulus berbagai tes jadi tentara, tibalah saatnya untuk tes kesehatan. Saat lagi tunggu giliran untuk tes kesehatan, La Cikulu ditanya-tanya sama komandannya.
“Woi Cikulu, ko pernah sakit sakit ka?” Tanya sang komandan kepada La Cikulu.
“Tenang Bapak Komandan, saya tidak pernah sakit. Saya ini kuat bapak komandan”, jawab La Cikulu dengan semangat.
Saat La cikulu menjawab pertanyaan dari komandan ini, ternyata komandannya da jadi tau kalau ternyata La Cikulu ini ompong giginya.
“Aduh Cikulu, sepertinya ko tidak bisa jadi tentara bela,” kata komandan kepada La Cikulu.
“Kenapa bapak komandan? Saya ini kuat. Tidak sakit sakit. Sa bisa lindungi negara ini Bapak Komandan,” protes La Cikulu.
“Iya sa tau ko itu kuat Cikulu. Tapi gigimu da cipe. Ko ompong. Tidak bisa orang ompong jadi tentara!”
Dengan nada kesal, La Cikulu da protes komandannya.
“Bapak komandan ini bagaimana. Kenapa hanya gara gara itu saya tidak bisa jadi tentara. Kita ini jadi tentara, mau lindungi negara. Saya mau tanya sama Bapak Komandan. Kita ini kalo mo perang, kita mo baku tembak ka atau mo baku gigit?”
Bapak Komandan tidak bisa jawab. Tapi La Cikulu tetap tidak lolos jadi tentara.
Jangan masuk Alfamart
La Puntio ini betul-betul anak desa. Dia belum kenal dunia luar. Jadi, La Puntio ini bertekat untuk belajar lebih banyak. Maka da putuskan untuk pergi merantau. Bali menjadi tempat tujuannya.
Da pergi ke Bali dengan temannya yang kebetulan bekerja di sana. Namanya La Pokea. Da sudah mengenal Bali dengan baik.
Begitu dorang sampe di Bali, dengan senang hati, La Pokea da coba perkenalkan Bali kepada La Puntio. Dorang pergi ke pantai, keliling kota, dan sebagainya. Dengan begitu, La Puntio jadi tau bagaimana keadaan di kota. Da jadi tau juga kalo di Bali itu banyak bule. Banyak orang luar negeri yang datang berlibur ke Bali. Dan biasanya mereka dipanggil dengan sapaan Mister.
Suatu malam, La Puntio bermaksud untuk keluar sendirian tanpa ditemani oleh La Pokea. Dia mau berkeliling sendirian sepuasnya. Saat sedang asik memperhatikan sekitar, da lihat banyak orang keluar masuk gedung, yang ternyata adalah Alfamart.
La Puntio kaget melihat tulisan yang ada di pintu Alfamart.
“Cukimai, kalo di kota ada “open” yang besar sekali ternyata,” kata La Puntio kaget da lihat tulisan “open” yang tergantung di pintu.
“Mister, Mister, jangan masuk dalam “open”! Bahaya!” Teriak la cikulu memperingatkan seorang bule berkulit putih yang hendak masuk Alfamart. Bule tersebut tidak mengerti dan mengabaikan La Puntio.
Tidak lama kemudian, keluar seorang bule yang berkulit gelap. Dengan nada kesal La Puntio berteriak.
“Tobat ko! Sa kasi tau, ko tidak dengar. Sa sudah bilang jangan masuk open (oven), ko hangus mi!”