Tanya
Dear, Mojok. Salam kenal.
Langsung saja, ya. Begini, Jok. Saya punya masalah yang mungkin banyak dialami oleh banyak orang. Saya punya kawan dekat, namanya Santo. Ia kawan dekat saya sejak kecil. Kawan dekat dalam arti yang sebenarnya, sebab rumah dia memang hanya berjarak dua rumah dari rumah saya.
Nah, dalam beberapa hari terakhir ini, kami berdua berdebat sangat hebat. Tema debat kami adalah isu yang sedang sangat hangat di masyarakat, yakni tentang pemulangan 600 WNI eks ISIS ke tanah air.
Saya, tentu saja merujuk berbagai pendapat para ahli, menyatakan bahwa pemerintah seharusnya tak perlu memulangkan 600 WNI eks ISIS tersebut, langkah yang paling rasional menurut saya adalah perbaikan program deradikalisasi, sebab dari data yang saya baca, keberhasilan program deradikalisasi di Indonesia saat ini bahkan kurang dari 30 persen. Itu artinya, jika 600 WNI eks ISIS tadi dipulangkan, maka akan ada banyak potensi teror yang mungkin bisa timbul karena mereka.
Sementara kawan saya, Santo, sangat meyakini bahwa 600 WNI eks ISIS tersebut layak untuk mendapat tempat dan layak untuk diberi kesempatan. Santo menganggap bahwa mereka adalah juga korban, maka tak selayaknya pemerintah menutup pintu.
Saya ingin sekali mendebat Santo, tentu saja dengan data-data komperehensif yang saya punya. Namun ternyata, Santo orangnya ngeyel, dan tetap kekeh pada pendapatnya. Nada bicaranya bahkan menjadi sangat keras ketika saya mencoba mendebatnya. Kami jadi tegang dibuatnya. Saking tegangnya, kami sampai tidak bertegur sapa dua hari belakangan ini.
Menurut Mojok, apa langkah terbaik yang harus saya ambil agar saya bisa meyakinkan Santo bahwa pendapatnya itu salah dan berbahaya. Barangkali Mojok punya saran.
~Yudi.
Jawab
Dear Yudi.
Sebelum jauh membahas tentang langkah apa yang sebaiknya Anda lakukan untuk meyakinkan Santo, tampaknya lebih baik jika kita memulai dengan pertanyaan berikut: “Apa urgensinya sampai Anda merasa harus meyakinkan Santo?”
Ini pertanyaan penting menurut saya. Begini, dalam setiap isu, akan selalu ada pertentangan pendapat. Ini biasa dan memang seharusnya begitu. Nah, dalam kasus pemulangan WNI eks ISIS, pendapat Anda bisa jadi benar dan bisa jadi salah. Begitu pula pendapat Santo.
Nah, yang kemudian menjadi pertanyaan lanjutan yang patut untuk direnungkan adalah, seberapa penting isu ini dibandingkan dengan hubungan baik Anda dengan Santo sebagai kawan?
Begini, kadang kita ini terlalu fokus memikirkan masalah yang sebenarnya berada di luar jangkauan kuasa kita. Sialnya kita memikirkannya sembari mengorbankan hal-hal yang sebenarnya dekat dengan kita. Contohnya ya perdebatan antara Anda dengan Santo ini.
Kalau dengan perdebatan tentang pemulangan WNI eks ISIS ini justru membuat hubungan baik antara Anda dengan Santo, kenapa tidak diakhiri saja debat itu? Apakah susah bagi Anda untuk mengiyakan pendapat Santo? Mengiyakan pendapat Yanto, atau setidaknya tidak mendebatnya, bukankah adalah hal yang sangat mudah?
Kita kadang harus sadar, bahwa tidak semua perdebatan harus dimenangkan. Kadang, perdebatan memang cukup dibiarkan mengambang saja agar tetap menjadi perdebatan.
Yang jelas, hubungan baik antara Anda dengan Santo, itulah yang harus Anda perjuangkan dan Anda menangkan. Sebab, mau warga eks ISIS pulang ke Indonesia atau tidak, tetap saja Santo yang bakal menengok Anda kalau Anda sakit. Santo-lah yang bakal menolong Anda kalau Anda terkena musibah, bahkan pada titik yang paling hitam, Santo-lah yang mungkin bakal ikut menggotong keranda mayat juga menyolatkan Anda kalau Anda meninggal.
Permasalahan tentang ISIS, biarlah itu menjadi urusan pemerintah. Kita pasrah saja sama mereka. Yah, walau kadang mereka sering tidak becus kerjanya, tapi setidaknya, mereka pasti jauh lebih kompeten soal ini ketimbang kita.
Urusan kita sederhana. Menjaga sahabat-sahabat dekat kita agar tetap dekat. Membangun pagar kenyamanan agar mereka tidak menjauh dari kita.
ISIS memanglah organisasi teror yang mengerikan. Namun percayalah, merusak hubungan perkawanan gara-gara berdebat tentang hal yang tak perlu adalah juga bentuk teror yang tak kalah mengerikan.
Semoga hubungan Anda dengan Santo baik-baik saja.