MOJOK.CO – Merasa insecure dengan kondisi diri sendiri. Jadinya susah untuk mensyukuri anugerah yang Tuhan beri.
TANYA
Dear Mas/Mbak Mojok yang baik hati. Saya galau, tolong dijawab. Kalau tulisannya hancur, mohon diedit. Soalnya saya sedang galau dan nggak kepikiran buat ngedit. Semoga Masnya atau Mbaknya punya jawaban. Terima kasih
Btw, insecurity itu datang dari mana dan untuk siapa? Hal-hal yang belum tentu terjadi itu datang dari mana dan pun jika terjadi itu untuk siapa?
Pernah nggak, Mas/Mbak ngalamin pengen deketin cowok tapi takut ditolak karena kita, misalnya gendut, tidak berpenampilan menarik, tidak secantik Raisa, atau hartanya tidak selimpah Tasya Farasya? Atau misalnya, Mas/Mbak pengin kerja di sebuah perusahaan elit tapi takut nggak keterima karena misalnya IPK-nya kurang?
Nah saya sedang mengalami salah satu di antaranya. Yang pertama sih utamanya. Memang masalah cinta-cintaan nggak pernah abis buat dibahas, yes. Apalagi cerita cinta bertepuk sebelah tangan selalu menjadi cerita seksi yang nggak kalah pamor sama cerita operasi plastik boongan.
Saya gendut, iya, saya overweight. Nggak begitu cantik juga, tapi saya suka sama mas-mas yang nggak begitu ganteng juga, sih. Menurut intuisi saya, saya jatuh cinta. Akan tetapi, melihat mas-mas yang saya suka ini kayaknya suka sama yang imut-imut, berbodi aduhai nan langsing. Saya tentu bukan salah satu kriterianya. Belum juga bicara blak-blakan, saya udah insecure duluan.
Saya merasa hidup saya diambang batas. Pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban pun muncul. Apakah saya bisa memenuhi kriterianya? Apa yang terjadi jika saya bilang ke masnya dengan keadaan saya yang seperti ini? Apakah saya harus diet ketat dulu sedangkan saya nyaman dengan diri saya sendiri? Apakah masnya dengan keadaan terbuka mau menerima saya?
Kemudian pertanyaan-pertanyaan itu dijawab dengan pertanyaan juga, masih oleh diri saya yang membuat saya semakin merasa insecure. Jika pun iya saya langsing, emang masnya mau sama saya? Saya langsing sih, tapi saya nggak kaya. Saya nggak punya banyak followers, feed Instagram saya biasa aja. Saya juga nggak punya jabatan apa-apa. Kalau iya saya memenuhi kriteria masnya, lalu apa? Masuk kriteria masnya sih, lantas apakah saya akan bahagia?
JAWAB
Hai mbak-mbak yang nggak nyebutin namanya siapa. Btw, selamat bergalau ria dan merawat dengan baik insecure dalam hidup sampeyan. Petama, iya, tulisan curhat sampeyan sudah kami edit. Semoga hasil editannya ini lebih enak dibaca tapi tetap menyimpan energi sampeyan yang penuh insecure tersebut.
Mbak, langsung saja kami jawab, ya. Ngomong-ngomong, justru perasaan insecure dan tidak nyaman dengan diri sendiri lah, yang bisa bikin si Masnya bakal mikir-mikir buat ngedeketin sampeyan. Lha, kalau sampeyan saja nggak percaya sama diri sendiri, gimana orang lain bisa percaya buat nitipin hatinya buat sampeyan? Iya, nggak?
Di atas sampeyan dengan tegas bilang kalau, “Saya gendut, iya, saya overweight. Nggak begitu cantik juga”, sungguh ini pernyataan kalau sampeyan memang belum bisa menghargai dan bersyukur atas anugerah yang diberikan Tuhan pada sampeyan.
Mohon maaf nih ya, Mbak. Kalau memang sampeyan gendut dan nggak cantik, terus kenapa? Masalahnya di mana? Banyak orang yang mengharap kondisinya yang terpenting tidak kekurangan apa-apa, loh, Mbak. Lha, bukankah Mbak saat ini hidup dengan kelengkapan fisik yang dapat berfungsi dengan semestinya?
Toh sampeyan juga bilang, “Apakah saya harus diet ketat dulu sedangkan saya nyaman dengan diri saya sendiri?” Nah, poinnya: bukankah sampeyan sudah nyaman dengan diri sendiri? Lantas, lagi-lagi, masalahnya apa, Mbak? Kalau sampeyan sudah merasa nyaman, ngapain harus ngeribetin sesuatu yang belum jelas juntrungannya. Sok-sokan meraba-raba soal apa yang si Mas suka. Padahal, itu semua hanya mentok pada info yang sedang sampeyan reka-reka sendiri, kan?
Begini ya, Mbak. Kalau modal merasa nyaman dengan diri sendiri sudah sampeyan miliki. Tugas selanjutnya, sampeyan bisa menghargai apa yang ada di diri sampeyan tersebut. Lalu berani untuk mengungkapkan padanya, bahwa sampeyan memiliki rasa yang kelihatannya sih, jatuh cinta. Kalau sejauh ini hanya sibuk menebak-nebak dan merawat rasa insecure, ya buat apa? Mbak?
Lha wong, sampeyan di akhir saja sudah bilang, “Kalau masuk kriteria masnya, lantas apakah saya akan bahagia?” Nah, itu. Kalau sampeyan memilih berjuang untuk mengubah sesuatu—yang sebetulnya bikin sampeyan nyaman—demi orang lain, apakah ada jaminan sampeyan akan merasakah kebahagiaan? Lantas, kenapa terlalu ngurusin kebahagiaan orang lain? Kenapa nggak sibuk merawat kebahagiaan diri sendiri saja?
Mbak, buat apa terlalu ribet ngurusin hal-hal yang belum tentu juga bakal terjadi? Kasihan energi sampeyan yang malah habis untuk sesuatu yang nggak jelas hasilnya. Bikin bahagia aja nggak, bikin tenang apalagi….
Udah, dikurang-kuranginlah rasa insecure nya. Mending perbanyak makan gelato rasa tiramisu aja, Mbak. Enaaa~