Tanya
Cik Prim yang asu jawabannya,
awalnya saya ragu, Cik, apakah harus menceritakan curhatan saya yang tidak jelas apakah aib atau suatu kebanggaan ini di depan publik Mojok. Sebab, jika di tahun 2016 ini air mata menjadi trade mark para jomblo, ustad, dan gubernur, saya justru merana karena menjadi pria yang terlalu laku. Ya, saya sedang tidak menyombongkan diri, ini kenyataan apa adanya. Saya sedang dalam dilema karena memiliki dua kekasih.
Awal mula percintaan yang mbulet itu berawal dari awal tahun ini. Sebenarnya saya sudah punya kekasih yang menerangi hari-hari sekaligus dompet saya (kebetulan si pacar adalah anak orang berada). Kami bertemu di acara ospek kampus, dia berasal dari jurusan lain walau masih satu fakultas. Walau ketika marah dia mirip Dijah Yellow, di pandangan pertama bagi saya dia seperti Ladya Cheryl buatan Cina. Mirip banget.
Saat saya dekati, ternyata gayung bersambut sekalian dengan ember-embernya. Hanya butuh waktu satu bulan bagi kami untuk menyirami kebun bunga cinta kami. Suka duka kami jalani bersama, mulai dari mengerjakan tugas hingga naik bianglala di sekaten, dari kurus bersama menjadi gemuk bersama–tentu dengan modal dari dia. Singkat kata, saya bahagia bersama dia.
Di tahun kedua, pasukan negara api mulai menyerang. Ia adalah teman sekelas saya, seorang wanita yang tidak begitu manis tetapi cerdas dan nyaman diajak bicara. Satu mata kuliah membuat kami satu kelompok sehingga menjadi lebih akrab. Hingga suatu ketika ia bilang seperti sedang curhat aja bahwa dia suka saya. Dia tidak nembak, Cik, cuma cerita. Tapi, itu sudah bikin hati saya dilanda meriang, merindukan kasih sayang doi.
Sebab, dia datang ketika saya sedang bosan dengan hubungan saya dengan pacar. Ternyata, Cik, pacaran agak lama itu lumayan bosan. Tidak ada yang salah dengan pacar saya, hanya saya yang merindukan zaman deg-degan kala PDKT zaman dulu. Dan teman sekelas yang datang belakangan ini mengisi kerinduan tersebut.
Akibatnya, meski dalam batin saya merasa bersalah kepada pacar karena menjalin hubungan diam-diam, saya kembali semangat. Setelah sekian lama, karena bosan, saya kembali punya rutinitas wakuncar. Dengan pacar, kami sudah tidak terikat dengan yang begitu-begituan lagi. Wis tau, kata orang Jawa. Saya juga jadi lebih gembira dan bersemangat, tapi juga terus-menerus merasa berdosa.
Cik Prim yang baik, apa yang harus saya lakukan? Saya tidak tahan jika harus terus begini, tapi saya juga mampu jika diminta memilih. Berilah pencerahanmu pada hamba yang terkutuk charming ini.
Wassalam,
Boy di Kota J.
Jawab
Boy yang playboy,
Surayah Pidi Baiq penulis idola saya pernah bilang, enaknya punya istri banyak, nanti dapat uang jajannya juga banyak. Saya tak tahu apakah itu berlaku juga untuk kamu, yang mana kedua kekasih kamu, yang nyata maupun yang bayang-bayang itu, juga rutin ngasih makan (harfiah) ke kamu.
Tapi, itu bukan sesuatu yang baik. Kamu tidak akan terlatih untuk mandiri, walau di sisi lain mahir dalam permainan petak umpet, mengingat kedua pacar ada di fakultas yang sama. Namun, berhubung petak umpet belum diperlombakan di PON maupun olimpiade, kita anggap ini kemahiran yang tak ada manfaatnya.
Saran saya yang utama hanyalah, pilih salah satu. Yang mana? Saya tidak berani jawab karena kamu yang mengalami. Saya hanya akan mengulas beberapa hal mudharat dari memiliki dua kekasih.
Pertama, jika alasanmu adalah bosan, mari bayangkan kamu yang ada di posisi korban. Kata Konfusius, jangan lakukan kepada orang lain apa yang kamu nggak pengin orang lain lakukan ke kamu. Memang sudah takdir manusia untuk mudah bosan. Kalau manusia tidak bosenan, peradaban nggak jalan. Nggak akan ada sains, teknologi, internet, atau 9gag; AwKarin mungkin masih jadi anak teladan di sekolah, Agus Mulyadi masih main karambol di pos ronda kampungnya.
Tapi, bosan karena setia sama pasangan juga bukan alasan untuk menguasai dua perempuan sekaligus. Berbagi rezekilah kepada para jomblo. Walau saya juga tidak menyarankan kamu beralih dari menguasai dua perempuan sekaligus menjadi menguasai dua lelaki sekaligus. Kasihan ibumu kalau kaget.
Kalau seandainya semua manusia menuruti semua kebosanannya, bisa kamu bayangkan jika bapakmu sendiri bosan punya anak seperti kamu. Apa dia jadi boleh punya anak simpanan? Sebagai seorang anak, tentu itu menyakitkan. Terasa tidak manusiawi.
Ingat, pacar-pacarmu juga manusia, bukan majalah Bobo yang teman bermain dan belajar. Dalam status quo seperti saat ini, pasti akan tiba saat ketika pacar bayangan ini menuntut kejelasan statusnya, pengakuan di depan publik. Tentu kamu masih ingat kasus Kiswinar.
Cinta, di titik ia menjadi sebuah komitmen dengan satu orang yang tetap, bukan melulu masalah keindahan masa remaja. Kalau mau indah, pacaran saja sama guru TK karena taman kanak-kanak adalah taman yang paling indah. Kecuali kamu di Madura. Di Madura tidak ada TK. Yang ada hanya TN.
Semoga Boy tak lagi jadi playboy.
Salam sayang,
Cik Prim
Disclaimer: #CurhatMojok menerima kiriman curhat asmara pembaca yang akan dijawab oleh dua redaktur Mojok, Agus Mulyadi dan Cik Prim. Tayang tiap malam Minggu pukul 19.00, setiap curhat yang dimuat akan mendapat bingkisan menarik. Kirimkan curhatmu ke redaksi@mojok.co dengan subject “Curhat Mojok”.