Tanya
Dear, Gus Mul.
Gus, saat ini aku sedang sangat menyukai seseorang. Dia bukan orang baru sih, dia temenku SMP. Namanya Intan. Dulu sih aku nggak pernah punya perasaan sama dia, namun ternyata perjalanan hidup memang unik. Kami dipertemukan di tempat kerja yang sama. Di tempat kerja inilah kami mulai sering berinteraksi. Pelan tapi pasti, perasaan suka itu kemudian tumbuh.
Ia sangat berbeda dengan dirinya sewaktu SMP. Mungkin karena dulu aku tidak pernah memperhatikannya. Yang jelas, sekarang, ia terlihat sangat manis dan menarik. Tutur katanya juga menyenangkan. Aku betah sekali ngobrol dengannya dalam waktu yang sangat lama.
Setelah memikirkan matang-matang, aku merasa bahwa aku harus mengejarnya. Aku berusaha melakukan apa pun demi bisa dekat dengannya atau setidaknya punya kesempatan untuk ngobrol banyak dengannya.
Salah satu cara yang sekarang selalu aku pakai untuk bisa punya kesempatan ngobrol banyak dengannya adalah menulis twit-twit puitis di Twitter. Intan memang suka dengan puisi. Aku mengetahui ini secara tak sengaja. Gara-garanya aku ketemu dengannya di salah satu acara diskusi bukunya Kharisma Lanang di Gramed. Kebetulan waktu itu aku memang sedang cari alat tulis buat adikku.
Semenjak saat itu, aku mencoba untuk menarik perhatian Intan dengan sering ngetwit puisi-puisi romantis gitu walau aku sebenarnya nggak terlalu suka puisi. Modal rombak kata-kata puitis aja sih. Kesannya biar kayak kebetulan sama-sama puisi, gitu. Dan ternyata cara itu cukup manjur.
Kalau aku ngetwit puisi gitu, dia sering suka nyamber. Tentu saja aku senang setengah mati.
Nah, masalahnya, kebiasaanku ngetwit puisi ini bikin aku sering dicengin sama temen-temenku. Dikatain anak cinta lah, anak senja, lah. Pokoknya macem-macem lah. Hal ini terkadang bikin aku muak dan kesal. Ingin aku berhenti ngetwit puisi-puisian, tapi di sisi yang lain, aku nggak bisa menemukan cara lain yang bisa aku lakukan untuk bisa menjalin komunikasi yang intens dengan Intan selain melalui twit-twit puisi.
Nah, Gus, menurutmu, apa yang harus aku lakukan saat ini, ya?
~Damar
Jawab
Dear, Damar. Jatuh cinta itu adalah hal yang sangat menyenangkan. Momen ketika dunia terasa begitu syahdu dan menggembirakan. Jatuh cinta membuat seseorang mampu melakukan banyak hal, termasuk hal-hal konyol yang kadang susah dinalar. Salah satunya ya yang kamu lakukan itu. Nggak suka puisi tapi maksa buat ngetwit puisi terus.
Apakah itu salah? Nggak. Nggak salah sama sekali. Cinta itu harus diperjuangkan. Kalau memang bentuk perjuangan yang kamu pilih adalah dengan menulis puisi-puisi romantis di twit, ya lakukan saja. Namanya juga perjuangan.
Lagipula, itu bisa bikin kamu seneng, kan? Bisa bikin Intan nyamber trus bikin komunikasimu sama dia jadi makin mulus, kan? Lalu ngapain kamu harus mikirin komentar temen-temenmu? Anggap saja komentar temen-temenmu itu angin lalu saja.
Jangan mengorbankan kebahagiaanmu hanya karena komentar dari orang lain. Toh yang kamu lalukan juga nggak merugikan emen-temenmu kok. Bahwa mungkin mereka agak geli (atau bahkan mungkin jijik) sama twit-twit puisi romantis kamu, ya itu masalah mereka. Bukan masalahmu.
Biarin dibilang anak senja, anak puisi, cah cinta, dsb. itu, yang penting kamu bahagia dengan perjuanganmu mengejar si Intan.
Kalau kamu berhenti ngetwit puisi romantis dan Intan mulai jarang mau nyamber twitmu dan berakibat komunikasi kalian jadi nggak semulus sekarang dan ujung-ujungnya bikin kalian gagal jadian, maka itu akan menjadi hal yang menyedihkan dan bakal menjadi penyesalanmu yang sangat besar.
Sedangkan kalau dengan terus ngetwit puisi romantis itu bisa bikin komunikasimu dengan Intan semakin lancar namun ujung-ujungnya kalian tetap gagal jadian juga, maka tentu saja itu menyedihkan juga, bedanya kamu tidak akan terlalu menyesal sebab kamu sudah berusaha.
Selamat berjuang, semoga beruntung, Damar.
~Agus Mulyadi