Salinan Percakapan Nomor 002 tentang Perempuan Patah Hati yang Bunuh Diri - Mojok.co
  • Kirim Artikel
  • Terminal
Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
No Result
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
Home Cerbung Berbalas Fiksi

Salinan Percakapan Nomor 002 tentang Perempuan Patah Hati yang Bunuh Diri

Ruhaeni Intan oleh Ruhaeni Intan
18 April 2019
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

Baca cerita sebelumnya di sini.

PERCAKAPAN INI DIREKAM MENGGUNAKAN KAMERA HUAWEI P30 MILIK SAUDARA SAKSI BERINISIAL L PADA AWAL APRIL 2019. SALINAN REKAMAN DIGUNAKAN SEBAGAI BARANG BUKTI KASUS DUGAAN BUNUH DIRI YANG DIALAMI SAUDARA KORBAN BERINISIAL K. ARSIP KEPOLISIAN. TIDAK UNTUK DIBACA OLEH PUBLIK.

“Buat apa direkam?”

“Tunggu-tunggu. Nah, di sini sudah pas. Apa, Kal? Mau coba kamera, lah. Handphone baru. Mahal tahu.”


“Riya itu nggak baik. Menambah dosa masuk neraka.”

Baca Juga:

Kerasukan: Menjadi Medium, Tentang Trauma, dan Luka Ingatan

Rusunawa Berdarah dan Nyaring Suara Gamelan

Novia Widyasari Dibunuh oleh Mereka yang Menolak RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

“Aku mati masih lama, jadi bisa bertaubat dulu.”

*Saudara saksi tertawa*

“Heh, kamu itu ke mana saja, Kal? Tiba-tiba hilang. Coba hitung deh. Sudah nggak masuk kerja berapa hari? Orang kantor bingung semua mencari kamu. Handphone juga mati. Aku cari di rumah juga nggak ada. Pak Robby sampai mau lapor polisi tahu. Kami kira kamu hilang. Ke mana saja sih?”

*Saudara korban tertawa pelan*

“Nggak ke mana-mana. Hanya berlibur sebentar. Menyegarkan pikiran.”

“O, bocah sinting. Liburan kok nggak izin, nggak kasih kabar ke siapa pun. Kasihan mama kamu, tahu. Dia pikir kamu lagi ada liputan ke luar kota. Untung kami nggak ada yang bilang.”

“Jangan marah-marah dong.”

*Saudara saksi menarik napas panjang*

“Jadi tiga hari ke mana saja? Liburan ke mana? Sama siapa?”

*Seorang perempuan datang ke meja membawa satu piring ayam goreng, satu piring nasi goreng, dua gelas es teh*

“Makan dulu, lah. Aku lapar.”

“Aku cuma takut kamu kenapa-kenapa, Kal. Untung kamu sehat-sehat saja. Ya Tuhan, andai kamu tahu perasaanku, Kal. Lega banget aku. Kamu sehat, kan?”

“Sehat, Len. Seperti yang kamu lihat. Aduh, ini ayam goreng paling enak di dunia. Mau coba?”

“Nggak usah, makasih. Ayam tiren itu hiiii.”

“Hus, pelan-pelan. Nanti kalau Mbak Darmi dengar, bisa ditabok kamu.”


*Saudara saksi tertawa*

“Handphone kamu kenapa mati?”

“Oh, itu. Handphone aku hilang. Nggak tahu hilang di mana.”

“Lah, gimana bisa hilang? Kamu kecopetan apa gimana?”

“Nggak, bukan. Ya, tiba-tiba saja hilang. Kayaknya jatuh atau ketinggalan. Nggak mungkin kalau dicuri orang.”

“Ketinggalan di mana? Kamu liburan di mana sih?”

*Saudara korban terkekeh*

“Di Bukit Bintang.”

“Bukit Bintang? Baru dengar aku. Tempat apa itu? Bagus nggak?”

“Ya bukit. Ada kursi-kursi jadi kamu bisa duduk-duduk di sana sambil memandangi kota dari atas. Rumahmu saja kelihatan kalau dari sana. Bagus, sih, tempatnya. Tapi kalau ke sana lagi, kayaknya aku sudah lupa jalan.”

“Kamu ke sana sama siapa?”

“Aku ke sana bareng Suharto.”

“Hah? Suharto? Suharto siapa?”

*Saudara korban terkekeh*

“Temanku.”

“Kamu temenan sama Suharto? Bukannya Suharto sudah mati?”

*Saudara korban terkekeh lagi. Pada menit ke 00:08:55 handphone Huawei P30 berbunyi. Baterai handphone hampir habis*

“Suharto nama temanku, Len. Pedagang sepatu Kodachi. Aku pergi ke Bukit Bintang bareng dia. Anaknya asyik.”

“Aku baru tahu kamu punya teman namanya Suharto. Baru, ya? Kenal di mana? Eh, ganteng nggak?”

“Lumayan. Kepalanya plontos. Kami kenalan di bar. Tapi sejauh ini, anaknya baik. Nggak aneh-aneh.”

“Ya Tuhan, jadi kamu menghilang tiga hari itu kencan? Hmmm, bagus.”

“Kami nggak kencan atau apalah. Nggak seperti yang kamu bayangkan.”

“Ciye.”

“Percaya deh, nggak seperti yang kamu bayangkan.”

“Terus kalian ngapain aja?”

“Dasar otak mesum. Padahal kami nggak melakukan apa pun selain makan bareng dan ngobrol.”

*Saudara saksi tertawa. Kali ini lebih keras*

“Iya deh. Aku percaya. Terus sekarang kamu gimana? Maksudku, nggak mau beli handphone lagi? Beli Huawei P30 saja kayak aku. Ada diskon, loh. Oh ya, kapan kamu mau ke kantor? Pak Robby sudah menunggu. Sebetulnya kami semua menunggu. Pekerjaan sudah menumpuk. Liburan telah usai. Sekarang saatnya kembali menghadapi realita. Oke?”

“Oke. Besok aku mulai ker…”

*Handphone Huawei P30 mati*

***

Bagian 1 Dugaan Kasus Bunuh Diri Saudara Korban Berinisial K: Petunjuk Pertama

Sejak terakhir kali bertemu dengan sahabatnya di kantin Mbak Darmi, Korban dikabarkan tidak pernah terlihat lagi, baik di kantor, rumah, kantin Mbak Darmi, ataupun tempat-tempat lain yang sering ia kunjungi. Jasadnya ditemukan tujuh hari kemudian dalam keadaan membusuk di sebuah penginapan di wilayah perbukitan Kaokasoa. Salinan percakapan nomor 002 adalah petunjuk pertama untuk mengungkap motif di balik kasus bunuh diri yang dialami Korban berinisial K. Kasus ini ditangani oleh Tim Reserse Kriminal Wilayah Kaokasoa dengan bantuan tiga orang anggota: Inspektur Polisi Satu Anton Cherliyan, Ajun Inspektur Polisi Dua Komang Adiyatama, dan Ajun Inspektur Polisi Tiga Wawan Hidayat.

Ketiganya berkumpul di ruang pemeriksaan pada pukul 10.00 WIB dan langsung membahas sasaran pertama mereka: Suharto.

Ajun Inspektur Polisi Dua yang membaca salinan percakapan itu langsung berniat membuat surat panggilan. Sambil mengisap rokoknya, ia bersiap membuat dokumen baru di Microsoft Word 2007.

“Pasti ada hubungannya dengan Suharto-Suharto ini. Kok mirip namanya dengan mantan presiden,” kata Inspektur Komang.

“Sudah, tulis saja segera, Mas, biar kami bisa pergi. Bosan aku di kantor terus. Benar tidak, Pak?” ujar Inspektur Wawan. Inspektur Polisi Satu Anton Cherliyan hanya berdeham. Ia sibuk membersihkan kukunya yang kotor.

Mereka bertiga dikenal sebagai anggota yang paling malas di wilayah Kaokasoa. Ketiganya tidak tahu dan sepertinya memang tidak akan pernah tahu kalau bunuh diri terjadi bukan hanya karena masalah putus cinta atau apalah.

Sementara itu, nasib buruk mungkin sedang memburu Suharto, si pria plontos yang berhasil menyelamatkan nyawa korban satu kali, tetapi tidak untuk yang kedua kali. Kenyataannya, Bukit Bintang, atau lagu-lagu The Doors, atau film Wong Kar Wai, atau alkohol, atau bahkan hubungan baik yang terjadi di antara keduanya, tidak mampu menyelamatkan apa pun.

Tidak ada yang benar-benar tahu mengapa seseorang bisa sampai sebegitu beraninya menghilangkan nyawanya sendiri. Tidak polisi, tidak si Plontos, bahkan tidak si penulis sekalipun yang menciptakan cerita ini.

Terakhir diperbarui pada 18 April 2019 oleh

Tags: ayam tirenBukit Bintangbunuh diritim reserse kriminal
Ruhaeni Intan

Ruhaeni Intan

Ruhaeni Intan Hasanah tinggal di Yogyakarta. Novela pertamanya berjudul Arapaima diterbitkan oleh Buku Mojok.

Artikel Terkait

Kerasukan: Menjadi Medium, Tentang Trauma, dan Luka Ingatan MOJOK.CO

Kerasukan: Menjadi Medium, Tentang Trauma, dan Luka Ingatan

19 Mei 2022
Rusunawa Berdarah dan Nyaring Suara Gamelan MOJOK.CO

Rusunawa Berdarah dan Nyaring Suara Gamelan

9 Desember 2021
Novia Widyasari Dibunuh oleh Mereka yang Menolak RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

Novia Widyasari Dibunuh oleh Mereka yang Menolak RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

8 Desember 2021
Dunia Novia Widyasari, Dunia yang Sesak oleh Keterpaksaan MOJOK.CO

Dunia Novia Widyasari, Dunia yang Sesak oleh Keterpaksaan

4 Desember 2021
ilustrasi Kesan Menonton House of Secret: The Burari Deaths, Film Dokumenter Kematian 11 Anggota Keluarga mojok.co

Kesan Menonton House of Secrets: The Burari Deaths, Film Dokumenter Kematian 11 Anggota Keluarga di India

13 Oktober 2021
Hari Kesehatan Mental Sedunia yang Sepi MOJOK.CO

Hari Kesehatan Mental Sedunia yang Sepi

11 Oktober 2021
Pos Selanjutnya
penyambutan anggota DPR baru

Biar Kinerja Ngebut, Yuk Sambut Anggota DPR Baru dengan 4 Cara Ini

Komentar post

Terpopuler Sepekan

Salinan Percakapan Nomor 002 tentang Perempuan Patah Hati yang Bunuh Diri

Salinan Percakapan Nomor 002 tentang Perempuan Patah Hati yang Bunuh Diri

18 April 2019
Sinar Mandiri melaju di Pantura MOJOK.CO

Melintasi Pantura Bersama Roda Lusuh Bus Sinar Mandiri

21 Mei 2022
Horor Apartemen Tertua di Jogja yang Menghilang dari Ingatan MOJOK.CO

Horor Apartemen Tertua di Jogja yang Menghilang dari Ingatan

26 Mei 2022
makam giriloyo mojok.co

Makam Giriloyo, Rumah Peristirahatan Terakhir Sultan Agung yang Dibatalkan

26 Mei 2022
mie ayam om karman mojok.co

Mie Ayam Om Karman, Filosofi Meja Terisi, dan Semangat Perantau Wonogiri

22 Mei 2022
Rumah milik Mbah Ngadiyo yang jadi tempat syuting KKN di Desa Penari

Cerita Sebenarnya di Rumah Tempat Syuting Film KKN di Desa Penari

25 Mei 2022
gelanggang mahasiswa ugm mojok.co

UGM akan Bangun GIK, Pengganti Gelanggang Mahasiswa

24 Mei 2022

Terbaru

buya syafii maarif mojok.co

Melepas Kepergian Buya

28 Mei 2022

Jokowi: Buya Syafii Maarif Sosok yang Menyuarakan Toleransi 

27 Mei 2022
Buya Syafii Maarif

Haedar Nashir Sempat Menemui, Buya Syafii Maarif Ditangani Tim Dokter Kepresidenan

27 Mei 2022
Indonesia Berduka, Buya Syafii Maarif Wafat Jelang Usia ke-87

Indonesia Berduka, Buya Syafii Maarif Wafat Jelang Usia ke-87

27 Mei 2022
Rekap 11 Tahun Perjalanan AC Milan Menunggu Scudetto

Rekap 11 Tahun Perjalanan AC Milan Menunggu Scudetto

26 Mei 2022

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
DMCA.com Protection Status

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

No Result
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Kilas
    • Susul
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Podcast
  • Mau Kirim Artikel?
  • Kunjungi Terminal

© 2022 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In