Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

PS TNI: Ketika Tentara Masuk Stadion

Cepi Sabre oleh Cepi Sabre
31 Januari 2016
A A
PS TNI: Ketika Tentara Masuk Stadion

PS TNI: Ketika Tentara Masuk Stadion

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Saya kira, di negara ini tidak ada kaum yang suka mbingungi karepe dhewe lebih daripada ibu-ibu dan tentara. Yang pertama bukan saja karena suka menyalakan lampu sein kiri motormatic-nya ketika mau belok kanan, tapi juga karena mereka suka membabat habis alisnya, pergi ke salon, lalu minta dibuatkan—di tempat yang sama—tato bergambar… alis! Yang kedua lebih rumit lagi, mereka selalu bingung dengan posisinya dalam kehidupan bernegara, terutama ketika negara dalam keadaan damai. Sudah belajar baris-berbaris, berlatih fisik setiap hari, latihan perang—bahkan bersama negara-negara tetangga—tapi tidak kunjung dikirim ke medan tempur.

Situasi tersebut mirip dengan para jomblo yang setiap akhir pekan sudah persiapan—sisiran dan mandi kembang—tapi tetap saja tak ada yang mengajak malam mingguan. Sama seperti tentara, mereka juga galau dengan keberadaannya sendiri di negara ini. Mereka selalu ingin keluar barak, tapi setiap enggak bisa, malah orang yang diajak masuk.

Pada bulan Juni 2010 silam, misalnya, Irfan Bachdim dan kawan-kawannya sesama atlet dikirim oleh Andi Mallarangeng –Menteri Olahraga kala itu—ke Markas Pusdikpassus Kopassus di Batujajar untuk bersiap menghadapi Asian Games 2010 dan Sea Games 2011. Hasilnya tidak terlalu mengecewakan, walaupun masih belum bisa berbicara banyak di tingkat Asia, setidaknya mereka bisa jadi juara di ajang Sea Games.

Lalu pada April 2013, formula yang sama dicoba lagi oleh Roy Suryo yang menggantikan Mallarangeng, atlet-atlet yang akan berlaga di Sea Games 2013 kembali dikirim ke Batujajar, tentu bukan buat melototin gambar telanjang di internet dan memvalidasi keabsahannya. Hasilnya, Indonesia cuma mentok di peringkat empat di ajang yang digelar di Myanmar itu. Rumus yang sama tidak selalu berhasil di situasi yang berbeda, atau dalam hal ini, di tuan rumah yang berbeda.

Contoh yang lain? Lha itu, program Bela Negara gimana?

Tercatat pada tahun 1958, Nasution pernah melemparkan ide ‘Jalan Tengah’—melupakan pesan panglima besarnya, Sudirman, supaya tentara jangan sampai dikuasai parpol—yang membuka jalan bagi tentara untuk keluar barak dan berpolitik. Hasilnya: berantakan, tentara pada berantem sendiri-sendiri.

Dua dasawarsa setelahnya, tepatnya pada tahun 1980, Bapak Penak-jamanku-tho? memodifikasi ide tersebut dan menyebutnya ‘Dwifungsi’. Kita tahu bagaimana kemudian: hampir semua posisi pemimpin daerah dijabat oleh tentara, sementara parlemen sendiri waktu itu ditongkrongin oleh tentara dalam bentuk fraksi tersendiri. Negara sempat aman sebentar, kecuali buat mereka-mereka yang terlalu ke kiri atau condong ke kanan.

Ditongkrongin tentara, DPR bisa apa selain berpikir yang penting selamat? Fahri Hamzah, Fadli Zon, bahkan Adrian Napitupulu, kalau waktu itu sudah jadi anggota DPR, saya yakin pasti juga cuma bisa diam saja di pojokan ruang sidang paripurna.

Nah, saya pikir, salah satu usaha tentara untuk kembali membasmi kegalauannya di masa damai adalah dengan membentuk PS TNI. Jangan salah lho, penampilan kesebelasan mereka itu enggak jelek-jelek amat, moncer malah, bahkan bisa lolos sampai ke delapan besar. Sampai-sampai sempat terpikir oleh saya, kalau ide pembentukan angkatan ke-5 di masa lalu ditolak mentah-mentah oleh para kumendan tentara, mungkin ide pembentukan timnas ke-2 bisa diterima Menpora.

Catatan pertandingan PS TNI memang enggak main-main, mereka berhasil menggilas tim-tim besar seperti Persib, Persela, Pusamania, dan Surabaya United. Bahkan keberhasilannya memenangi babak tos-tosan dengan Pusamania memaksa pelatih tim lawan untuk mengundurkan diri. Mereka memang bisa diterkam Macan Kemayoran,tapi  bisa dibilang itu karena sial saja. Bagaimana tidak, menghadapi lawan yang tinggal sepuluh orang, menguasai jalannya pertandingan, lha kok ndilalah Persija dapat penalti.

Tapi itu wasitnya masih aman ‘kan pulang ke rumah? Coba kalau masih zaman Bapak yang “itu”, bisa-bisa wasitnya enggak pulang ke rumah, tapi ke Guntur.

Masuk stadion memang bisa jadi alternatif lain bagi tentara setelah mereka pernah mencoba masuk kampus paska meletusnya demonstrasi mahasiswa tahun 1974 dan 1978. Momen yang kemudian melahirkan Penataran P4 yang membosankan tiap ospek dan kakak-kakak senior yang galak ampun-ampunan. Mereka juga sempat mencoba masuk mushola yang berujung munculnya kasus Tanjung Priok dan Talangsari. Atau mencoba masuk desa lalu berhadap-hadapan dengan para petani seperti di Mesuji dan Urut Sewu.

Kalau tentara masuk yayasan atau perusahaan asing, itu sih jatah para kumendan, enggak usah dibahas. Lagipula, jarang sekali terjadi keributan dari sini, kecuali kalau mereka reko-reko merekam pembicaraannya dengan pejabat negara yang lain. Butuh prostitusi daring yang melibatkan artis ibukota untuk mengalihkan isunya.

Masuknya tentara ke dalam stadion juga bisa jadi ajang pembelajaran, baik buat para suporter sepakbola maupun untuk tentara sendiri. Siapa bilang kalau petugas keamanan yang ikut menonton pertandingan (konon di luar negeri petugasnya menghadap penonton) adalah salah satu faktor yang menyebabkan seringnya terjadi kerusuhan antar suporter? Tiap PS TNI bertanding, mata semua petugas keamanan tertuju ke lapangan, tapi tidak terjadi apa-apa ‘tuh. The Jak, Viking, Aremania, dan Bonek bahkan menjadi kompak damai sentosa.

Iklan

Cuma ya gitu, petugas keamanannya memang setengah stadion, sih.

PS TNI juga membuat tentara dapat belajar semangat sportivitas olahraga. Kalau rakyat tidak bersenjata, ya jangan dibedil atau dihantam pakai popor senapan. ‘Kan katanya tentara lahir, tumbuh, dan kuat bersama rakyat. Kalah-menang itu biasa, menang dapat bonus, kalah juga enggak dipecat. Asal jangan ditambahi ‘kalah-menang itu biasa, yang penting juara’. Cilaka kita kalau gitu.

Begitulah, dengan masuk stadion, tentara tidak perlu bingung lagi mencari jalan untuk melampiaskan kegalauannya karena enggak bisa keluar barak. Yang penting tidak harus berkuasa, rakyat nerimo kok kalau tentara kepingin jadi rakyat juga. Kalau sudah begitu ‘kan bapak-bapak tentara enggak perlu ngajak kita-kita lagi untuk masuk ke markasnya, entah dengan dalih persiapan Sea Games atau menjalankan program Bela Negara.

Terakhir diperbarui pada 11 Agustus 2021 oleh

Tags: Bela Negarapiala jenderal sudirmanPS TNIsepakbolaTentara
Cepi Sabre

Cepi Sabre

Artikel Terkait

pam swakarsa, militer.MOJOK.CO
Mendalam

Riwayat Pam Swakarsa, Tukang Gebuk Bayaran Tentara yang Berupaya Dihidupkan Kembali. Ancaman Serius bagi Demokrasi

5 September 2025
Pemerintah Tolak Uji Formil UU TNI, Bukti Suara Rakyat Tak Dianggap dan Cuma Fasilitasi Kepentingan Kekuasaan.MOJOK.CO
Esai

Humor Gelap Tentara vs Sipil yang Menghantui Indonesia

17 Maret 2025
Nestapa Calon Abdi Negara di Nganjuk yang Harus Mengubur Mimpi: 4 Kali Gagal Lolos Seleksi, Gugur Gara-gara Makan Mie.MOJOK.CO
Ragam

Nestapa Pemuda Nganjuk 4 Kali Gagal Lolos Seleksi TNI-Polri, Gugur Gara-gara Makan Mie

20 Agustus 2024
Ketika Tangan Seribu Tentara Membatik di Tugu Yogyakarta MOJOK.CO
Kilas

Ketika Tangan Seribu Tentara Membatik di Tugu Yogyakarta

2 Oktober 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.