MOJOK.CO – Euro 2020 Grup A | Swiss vs Turki | Pertandingan perpisahan untuk anak asuh Erdogan. Apakah masih akan mengecewakan atau memberi kejutan?
Farras: “Swiss lebih matang, sementara Turki sungguh mengecewakan.”
Swiss vs Turki nanti malam menjadi laga penentuan negara mana yang bakal menemani Italia lolos ke babak sistem gugur sekaligus penentuan juru kunci Grup A. Jika dilihat dari posisi klasemen dan hitungan agak nggak realistis, Turki dan Swiss masih bisa berebut peringkat 3 terbaik.
Maksudnya begini. Swiss bisa merebut peringkat 3 terbaik dengan syarat Wales yang ada di peringkat 2 kalah minimal tiga gol tanpa balas lawan Italia. Swiss harus menang tiga kosong tanpa balas lawan Turki. Sebuah syarat yang memang nggak realistis. Berharap Italia kalah 3 gol tanpa balas adalah kegiatan sia-sia.
Oleh sebab itu, lantaran nggak realistis, semuanya cuma seperti menunggu keajaiban saja. Laga Swiss vs Turki sendiri, menurut saya, jatuhnya cuma sebatas laga yang harus digelar sesuai jadwal.
Nah, Jika dilihat dari catatan sejarah, kedua tim ini sering ketemu terutama di kompetisi besar kayak Piala Dunia dan Piala Eropa. Dari 5 pertemuan terakhir, Turki menang 3 kali, sisanya milik Swiss. Kekuatan keduanya memang berimbang.
Swiss sendiri, untuk Euro 2020, punya skuat yang lebih berpengalaman dibandingkan Turki. Hanya ada 4 pemain yang berasal dari Liga Swiss. Selebihnya bermain di luar negeri. Sementara itu, Turki memanggil 11 pemain yang bermain di liga lokal.
Kondisi ini memberatkan Turki ketika berada dalam tekanan. Beberapa pemain lokal ternyata belum sanggup mengatasi tekanan internasional, terutama ketika kondisi tidak menguntungkan dan membawa panji negara. Mentalnya mudah ambruk.
Saya bukan ingin merendahkan Liga Turki. Masalahnya begini. Di kualifikasi Euro 2020, Turki adalah salah satu tim dengan pertahanan terkuat. Namun, begitu ketemu Italia dan terjadi gol bunuh diri, tim ini tidak sama lagi. Setelah dibantai 3-0 oleh Italia, mereka kalah 0-2 dari Wales.
Sementara itu, Swiss memang disikat Italia dengan skor 3-0. Namun, mereka masih bisa berjuang mengamankan 1 poin ketika melawan Wales. Oleh sebab itu, peluang Swiss untuk lolos sebagai peringkat 3 terbaik masih ada, meski dianggap kurang realistis.
Saya memang kebagan mendukung Swiss. Namun, saya sempat berharap Turki bisa seperti Belgia yang mengejutkan. Skuat mereka, di atas kertas, itu bagus. Namun, yah, berhenti sebatas coretan di atas kertas saja. Di dalamnya, mental mereka tak benar-benar masak pohon.
Nuran Wibisono: “Kelak, timnas Turki akan semakin kuat.”
Turki adalah sebenar-benarnya tim antiklimaks Euro 2020. Digadang-gadang jadi tim yang bisa memberikan kejutan besar, lha kok di turnamen sebenarnya malah kayak kebab nget-ngetan kemarin. Alias nggak menarik.
Dua pertandingan dan dua kekalahan jadi kesimpulan kalau Turki dengan skuat mudanya masih belum matang betul. Marinasinya kurang lama. Pas disajikan jadi kurang mantap. Tapi dengan rata-rata usia muda, Turki masih punya waktu panjang untuk jadi tim yang solid.
Sebagai juru kunci sementara Grup A dan sudah pasti tak lolos, jelas Turki tak perlu ngotot mengejar apa-apa lagi. Tapi apa iya nggak perlu ngejar apa-apa lagi?
Turki paling tidak harus menang sekali, lah. Biar pulang dengan dada agak membusung, agar tak memalukan Pakdhe Erdogan. Tim yang dihadapi juga tidak setangguh Italia atau segesit Wales. Kali ini musuhnya Swiss, yang sebenarnya tak punya sejarah panjang di dunia sepak bola.
Lha iya, selama ini kebanyakan orang mengenal Swiss karena ekonominya yang moncer, gaji tinggi, produk Army Swiss yang kuat sampai pergantian abad, tempat kelahiran Palang Merah, Roger Federer dan Martina Hingis, fondue dan raclette, perbankannya, juga pemandangan yang seperti di lukisan-lukisan mooi. Meski FIFA bermarkas di sini, Swiss tidak punya prestasi moncer di bidang sepak bola. Pemain andalan Swiss yang benar-benar mendunia hanya duo Xherdan Shaqiri dan Granit Xhaka.
Jadi sebenarnya tak susah-susah amat mengimbangi permainan Swiss. Juga seharusnya tidak perlu banting tulang untuk bisa menang. Asal bisa kembali ke level permainan mereka selama kualifikasi, Turki harusnya akan baik-baik saja.
Cuma ya gitu, karena dua kali dikecewakan, dan dua kali pula salah prediksi, maka saya tak mau pamali. Kalau saya prediksi Turki bisa menang, tapi ternyata kalah, bisa-bisa nasib saya di-Jokowikan atau di-Coach-Justinkan: pilih tim yang tidak dipiih oleh saya. Berabe.
Jadi dalam bayangan saya, di turnamen ini, Turki tetap bisa jadi tim yang mengejutkan meski hanya di satu laga terakhir. Lagi-lagi, di atas kertas tim Turki ini punya segalanya, kok. Kesolidan, stamina panjang, kualitas merata, dan pemain veteran yang bisa diandalkan.
Perkara mereka kalah di dua laga sebelumnya, anggap saja itu bagian dari turnamen. Kalah menang itu biasa. Dan sepak bola memang tidak selamanya bisa diprediksi.
Karena dari itu, saya cuma bisa mengucapkan selamat berjuang sebaik-baiknya, Tur. Menang atau kalah itu biasa saja. Tapi ya jangan kalah terus-terusan, to.
BACA JUGA Italia dan Wales Santai Makan Pizza Sambil Ngetawain Turki dan Swiss dan ulasan Euro 2020 lainnya.