MOJOK – Boleh dibilang, Julen Lopetegui adalah “akamsi” bagi anak-anak Real Madrid. Akamsi? Kependekan dari “anak kampung sini”.
Sebelum Piala Dunia 2018 resmi sepak mula, berbagai kabar transfer menjadi yang paling banyak diburu. Tak hanya soal pemain saja, namun juga pelatih. Jika berbicara pelatih baru, tentu saja Real Madrid memuncaki daftar tersebut. Terutama ketika si pelatih baru akan menggantikan Zinedine Zidane, sosok sentral dari masa keemasan Real Madrid.
Ketika Zidane memutuskan untuk mundur, banyak nama pelatih besar yang dihubungkan dengan Real Madrid. Mulai dari Max Allegri, Antonio Conte, Mauro Pochettino, hingga Arsene Wenger yang baru saja mundur dari jabatannya sebagai pelatih Arsenal.
SkyBet bahkan langsung membuka hitung-hitungan potensi pelatih baru Madrid. Bursa lengkap taruhan SkyBet saat ini diisi oleh enam nama, yakni Antonio Conte (odds 4/1), Guti (4/1), Arsene Wenger (6/1), Massimiliano Allegri (8/1), Maurizio Sarri (8/1), dan Mauricio Pochettino (10/1). Namun, pada ujungnya, satu nama yang tidak diperhitungkan justru dipilih manajemen Los Blancos.
Ia adalah Julen Lopetegui, pelatih timnas Spanyol yang bersedia untuk mengemban misi sungguh berat, menggantikan Zidane. Saya pernah menulis bahwa menggantikan Zidane akan menjadi momok bagi siapa saja, terutama para pelatih dengan nama besar. Mengapa? Jika gagal, catatan manis para pelatih besar akan tercoreng. Maklum, manajemen Madrid sungguh galak dengan pelatih yang tak mampu mengatasi tekanan public Bernabeu.
Kesulitan kedua adalah menghadapi status yang ditinggalkan Zidane. siapa saja, entah pelatih anyaran, atau dengan kaliber besar, harus siap berhadap-hadapan secara langsung dengan status “menggantikan pelatih yang bisa memenangi Liga Champions tiga kali berturut-turut”. Sungguh tantangan yang mengerikan. Tanpa mental dan bakat manajemen yang baik, pelatih baru bisa dibuat gila.
Salah satu kawan saya di Twitter, seorang pegiat literasi di Sleman mengatakan bahwa tidak akan banyak pelatih yang mau mengajukan diri menggantikan Zidane. Situasinya sama ketika Sir Alex Ferguson mundur dari jabatannya sebagai manajer Manchester United. Sosok yang digantikan terlalu besar. Terlalu tinggi gunung itu untuk didaki.
Di luar segala kesulitan yang akan dihadapi Julen Lopetegui, Mojok Institute berusaha meraba dua alasan manajemen membuat keputusan ini.
Julen Lopetegui dekat dengan (beberapa) pemain muda Madrid
Julen Lopetegui adalah pelatih asal Spanyol. Ia pernah menukangi beberapa pemain muda Madrid, yang saat ini sudah memasuki usia emas, dan menjadi andalan di timnas Spanyol. Mereka adalah Isco Alarcon, Dani Carvajal, Lucas Vazquez, Jesus Vallejo, Nacho, dan Marco Asensio, inilah nama-nama yang memang akan menjadi tulang punggung Madrid untuk masa depan.
Isco adalah kapten timnas Spanyol U-21, bersama Carvajal, di bawah asuhan Lopetegui, yang berhasil menjuarai Piala Eropa U-21. Lucas Vazquez selalu dipercaya Lopetegui di timnas Spanyol ketimbang nama-nama besar lainnya. Nacho, adalah bek yang Lopetegui poles sejak keduanya bekerja sama di Real Madrid B. Asensio? Pemain muda ini adalah andalan Lopetegui di babak kualifikasi Piala Dunia 2018.
Selain enam nama di atas, masih ada dua pemain lagi yang punya kedekatan dengan Lopetegui. Mereka adalah Sergio Ramos, bek tengah sekaligus kapten timnas Spanyol dan Real Madrid. Nama kedua adalah Casemiro. Lopetegui dan Casemiro sudah menjalin kedekatan ketika keduanya masih memperkuat FC Porto. Perlu dicatat, bergabungnya Casemiro ke FC Porto adalah permintaan pribadi Lopetegui kepada manajemen.
Dekat dengan para pemain muda, yang akan menjadi titik vokal Madrid di masa depan jelas memudahkan kerja Lopetegui. Memegang kepercayaan, paling tidak, membuat pelatih berusia 51 tahun tersebut punya cara untuk menuntut para pemain untuk selalu bermain di level tertinggi. Modal penting untuk menyongsong keperjaan berat menggantikan Zidane.
Lopetegui bukan orang asing bagi Madrid
Lopetegui bukan orang asing bagi kehidupan di belakang layar Real Madrid. Pada musim 2008/2009, ia pernah menangangi tim kedua Madrid, yaitu Real Madrid B. Meski tidak menunjukkan prestasi yang menarik ketika menangani tim B, wajah Lopetegui adalah wajah yang akrab. Ia punya kedekatan.
Dan jangan lupa, Julen Lopetegui adalah jebolan Castilla, atau tim muda Madrid. Antara tahun 1985 hingga 1988, ia menimba ilmu di Castilla. Pernah memperkuat tim muda sebagai pelatih, Lopetegui juga menjadi pelatih tim B. Boleh dibilang, Lopetegui adalah “akamsi” bagi anak-anak Madrid. Akamsi? Kependekan dari “anak kampung sini”. Biasanya enggak perlu bayar parkir kalau mampir ke minimarket dekat rumah.
Kesulitan mendapatkan pelatih dengan nama besar karena “status mengerikan Zidane”, manajemen menunjuk seorang pelatih yang paham budaya klub. Di atas kertas, bukan penunjukkan pelatih yang buruk amat.