MOJOK.CO – Ketika menerika anugerah Ligue 1 Player of The Year, Kylian Mbappe mengindikasikan ingin hengkang dari PSG. Benarkah begitu?
Seorang “bocah” yang lebih cepat dewasa ketimbang usianya punya kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya, ia sudah sadar dengan tanggung jawab dan siap memenuhinya. Kekurangannya, terkadang si bocah menjadi “arogan” karena merasa sudah melihat dunia yang sesungguhnya. Apalagi ketika ia adalah Kylian Mbappe, remaja paling berprestasi di sepak bola saat ini.
Timnas Prancis tidak diramal untuk sampai partai final Piala Dunia. Paling mentok cuma di babak 16 besar. Sukur-sukur bisa sampai semifinal. Namun apa yang terjadi? Mereka justru menjadi juara dunia setelah mengalahkan Kroasia. Performa hampir semua pemain terangkat setelah masuk babak sistem gugur. Dan yang paling menonjol adalah Kylian Mbappe.
Pemain Paris Saint-Germain (PSG) ini tidak terlihat seperti pemain berusia 19 tahun ketika bermain di Piala Dunia 2018. Ia tampil seperti pemain matang, atau bintang yang hampir pensiun seperti Zinedine Zidane di Piala Dunia 2006 di mana dirinya memberikan semuanya untuk sebuah pertandingan.
Sejak hengkang dari AS Monaco, dunia sudah menduga hanya masalah waktu saja Kylian Mbappe masuk dalam jajaran pemain kelas elite. Sayangnya, ia memilih PSG sebagai klub selanjutnya. Bukan maksud meremehkan. Namun, PSG tidak akan pernah masuk ke dalam jajaran klub yang rutin memproduksi pemain untuk berdiri di panggung Ballon d’Or.
Bergabung ke PSG itu seperti ikut kompetisi Liga Danone U-12 padahal kamu dan teman-temanmu sudah berusia 18 tahun. Kamu bisa saja kalah ketika ingin. Namun pada akhirya, bocah-bocah dari Liga Petani itu tidak akan bisa menghentikanmu menjadi juara setiap musimnya. Yang dinantikan bukan soal apakah PSG menang, tapi seberapa banyak mereka bisa bikin gol. Sebuah liga yang menjemukan, meski di dalamnya bertaburan talenta muda.
Meski sudah menyandang pemain kelas elite, tapi Kylian Mbappe bukan pusat semesta di PSG. Ada Neymar di sana yang punya CV lebih menarik ketimbang dirinya. Neymar datang dengan menyandang status juara Liga Champions. Sebuah piala yang dikejar PSG dengan bahan bakar duit dan siasat transfer yang berbau tidak enak.
Tentunya, seiring usia, Kylian Mbappe akan semakin matang. Seperti yang saya jelaskan di paragraf pertama, ia makin menyadari bahwa dirinya siap memikul tanggung jawab layaknya seorang pemimpin. Namun, di satu universe, tentu tidak mungkin ada dua matahari. Iron Man akan berteman dengan Captain America. Namun yang namanya pemimpin selalu tunggal.
Matahari kembar, dalam diri Neymar dan Kylian Mbappe sekilas terlihat menarik. Keduanya adalah duet yang berbahaya. Jika tak punya ego sebesar hidung Zlatan Ibrahimovic, keduanya bisa menjadi seperti Arjen Robben dan Frank Ribbery di Bayern Munchen. Kombinasi horor di dua sisi lapangan.
Namun, situasi sureal seperti itu jarang terjadi. Dan memang, pada akhirnya, meledak di acara penganugerahan pemain-pemain terbaik di Ligue 1. Kylian Mbappe, dinobatkan sebagai Ligue 1 Player of The Year. Ketika “pidato” penerimaan anugerah, pemain yang kini berusia 20 tahun itu melontarkan komentar yang menarik.
“Saya merasa sudah siap menerima tanggung jawab lebih. Bisa saja di Paris, saya akan sangat bahagia, atau bisa juga di tempat lain. Terlepas dari itu semua, saya mengucapkan terima kasih. Saat ini, saya sedang berada dalam titik balik karier saya,” ungkap Kylian Mbappe.
Lewat satu tarikan napas, pemain muda itu menyampaikan dua pesan sekaligus.
Kylian Mbappe ingin kontrak baru dengan gaji lebih besar.
Sekitar satu minggu yang lalu, kabar negosiasi perpanjangan kontraknya sudah dimulai. Durasi kontraknya masih akan sampai 2023. Namun, yang disasar dari kontrak baru tersebut adalah menghalau peminat si pemain, sekaligus menambah durasi lama pengabdian kepada klub.
Pemain dengan nilai pasar mencapai 180 juta paun tersebut memanfaatkan situasi negosiasi untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah pusat semesta PSG. Saat ini, gaji tahunan Mbappe senilai 17,5 juta euro. Sementara itu, gaji Neymar mencaai 36 juta euro per tahun. Selisih yang terlalu lebar.
Gaji adalah salah satu bentuk apresiasi atas kerja keras pekerja. Musim ini, ketika Neymar cedera, PSG menjadi sangat bergantung kepada pemain jebolan akademi Monaco itu. Pun, dirinya adalah pesepak bola yang lebih sehat, tajam, dan masih akan berkembang. Dua atau tiga tahun lagi, dirinya bisa melebihi Neymar dan mendekati level Lionel Messi.
Besarnya gaji juga menjadi indikator besarnya tanggung jawab yang diemban. Si pemain sudah menegaskan, di usia 20 tahun, ia siap memikul tanggung jawab dari permintaan kenaikan gaji. Percaya diri, atau tidak tahu diri?
Satu hal yang pasti, pemain muda ini menjadi lebih vokal di ruang ganti. Ia sering memberi masukan kepada klub perihal pemain mana yang harus dibeli, jangan datangkan lagi pemain dari Brasil, dan lain sebagainya. Alih-alih ingin hengkang, sebenarnya ia hanya ingin punya posisi yang lebih kuat di mata rekan dan klub.
Memang ingin hengkang.
Liga Champions akan selalu dikejar oleh semua pesepak bola profesional yang bermain untuk klub besar Eropa. Dan terkadang, bukan klub yang sudah boros membeli pemain yang mampu mencapai laga puncak. Klub dengan sejarah yang kental dan mental tebal yang mampu melakukannya.
PSG jelas masih jauh dari kategori itu. Bersama Manchester City, mereka tidak lebih besar dari Ajax Amsterdam. Sebagai pesepak bola yang sudah sadar betul bahwa kualitasnya layak digancar piala tertinggi, PSG akan kesulitan menahan dirinya. Maka masuk akal, jika Kylian Mbappe ingin hengkang dan memulai proyek baru yang lebih potensial.
Seperti yang saya bilang di atas, tak mungkin ada matahari kembar. Neymar tak betul-betul “sukses” ketika bermain bersama Messi. Ia memenangi banyak piala, tapi tak pernah menjadi “yang terbaik”.
Mbappe pun begitu. Bisa jadi, dalam waktu lima tahun ke depan, hanya namanya yang bisa mengejar standar tinggi yang sudah dipatok Messi. Toh, siapa sih yang sudi bermain bersama Neymar, tukang koprol di dalam lapangan?