MOJOK.CO – Berita transfer Jorginho yang diminati Arsenal terlalu khayal untuk menjadi kenyataan. Sebuah imajinasi kebablasan karena Chelsea masih membutuhkannya.
Beberapa hari yang lalu beredar kabar Arsenal sudah menyiapkan opsi kedua jika gagal membeli Thomas Partey dan/atau Houssem Aouar. Hari ini, nama pemain yang menjadi opsi kedua terbuka ke publik. Dia adalah Jorginho, gelandang Chelsea. Sebuah kabar yang terlalu sulit dipercaya. Khayalan tingkat tinggi.
Berita transfer selalu sukses menarik minat pembaca. Bikin penasaran. Namun, terkadang, ada sebuah berita transfer yang terlalu sulit dinalar. Ketika mendengar nama pemain yang terlibat saja sudah ketahuan kalau transfer itu terlalu imajinatif. Terlalu mengada-ada untuk menjadi kenyataan.
Terkait pemberitaan dan kebutuhan mencari pembaca, terkadang media terlalu kreatif menciptakan rumor. Terutama media-media di Eropa di mana pemberitaan yang mereka angkat pasti akan didaur-ulang oleh media di seluruh dunia. Yang awalnya sebuah rekayasa, bisa dianggap sebagai kenyataan yang dipercaya.
Pemberitaan Jorginho menjadi opsi kedua Arsenal adalah salah satunya. Narasi khayalan yang dirancang oleh media di Eropa memang punya dasar. Dasarnya adalah informasi yang beredar dari dalam klub tadi, bahwa Arsenal dikabarkan sedang mempertimbangkan banyak nama sebagai opsi kedua jika gagal membeli Thomas Partey dan/atau Houssem Aouar.
Perlu saya akui, aktor di balik khayalan Jorginho ini memang kreatif. Izinkan saya menjelaskan alasanya.
Pertama, dibuat skenario seolah-olah Mikel Arteta, pelatih Arsenal, pasti mempertimbangkan pemain yang dulu pernah diincar Manchester City. Jorginho adalah salah satu gelandang yang diinginkan Pep Guardiola. Waktu itu, Arteta memegang jabatan asisten pelatih. Benang merah terlihat nyata, meskipun cuma fatamorgana.
Skenario di atas terlihat sempurna. Jika pernah menjadi incaran, Jorginho pastinya sudah diamati lekat-lekat. Kelebihan dan kelemahan sudah diukur.
Kedua, disesuaikan dengan kebutuhan Arsenal, yaitu gelandang baru. Sekali lagi saya akui kalau benang merah di khayalan media soal pemain Chelsea ini memang ada. Tujuan media adalah memancing rasa penasaran dan bisa dikatakan sukses. Meskipun harus mengorbankan akal sehat ketika menggunakan nama Jorginho.
Jorginho tidak sesuai dengan kebutuhan Arsenal
Izinkan saya menjadi orang yang agak sok tahu. Jika melihat spesifikasi pemain di atas kertas, Jorginho tidak sesuai dengan kebutuhan Arsenal. Saya tidak perlu menjelaskan perbedaan cara bermain antara Thomas Partey, Houssem Aouar, dan Jorginho, bukan?
Aman untuk dikatakan kalau Jorginho berposisi dan punya cara bermain mirip Granit Xhaka. Saya sebut “mirip”, bukan sama persis. Sementara itu, yang dibutuhkan Arsenal bukan deep playmaker. Mereka membutuhkan box-to-box dan seorang advance playmaker. Dua spesifikasi ini ada dalam diri Partey dan Aouar.
Risikonya sangat tinggi jika Arteta menduetkan Xhaka dan Jorginho. Memang, keduanya pengumpan kelas dunia. Namun, keduanya punya kemiripan, yaitu sama-sama lemah dalam transisi bertahan. Jika lawan menerapkan pressing intensitas tinggi ke kedua pemain ini, lapangan tengah Arsenal tak ubahnya bubur bayi. Lembek.
Secara logika, deep playmaker perlu ditemani breaker dan/atau pemain yang bisa mengawasi wilayah luas. Logika kedua yang berlaku adalah sebuah tim harus punya kompaksi prima, baik vertikal maupun horizontal, jika tidak ingin lapangan tengahnya tereksploitasi.
Bagi Chelsea sendiri, keberadaan Jorginho bisa dibilang agak sulit digantikan. Tidak ada lagi gelandang sentral yang bisa bertugas sebagai deep playmaker. Bek tengah yang ada juga bukan ball-playing defender yang bisa diharapkan melepaskan umpan-umpan vertikal atau mendistribusikan bola sebaik Jorginho.
Jorginho memang punya banyak kelemahan. Namun, keberadaannya masih sangat dibutuhkan Frank Lampard, pelatih Chelsea. Salah satunya menjadi eksekutor penalti dengan teknik kijang ambeien itu.
Munculnya nama Jorginho sebagai alternatif Arsenal ini mirip jurus pamungkas Randy Orton, RKOs Outta Nowhere. Muncul secara tiba-tiba dari arah yang tidak terduga. Khayalannya terlalu tinggi, terlalu sulit menjadi kenyataan.
Celakanya adalah jika gosip ini menjadi kenyataan. Celaka, karena media yang membuat khayalan ini mendapat pembenaran. Kelak, ketika menciptakan gosip kreatif lainnya, mereka tidak akan diragukan lagi. Kalau ternyata tidak menjadi kenyataan, mereka tidak terbebani dosa sudah membuat kabar palsu.
Berita transfer memang bikin mabuk. Digemari banyak orang dan selalu ditunggu. Namun, jika kebablasan, kamu tak ubahnya mabuk jamur tahi sapi. Tidak jadi menyeberang karena menunggu pohon beringin menyeberang duluan.
BACA JUGA Arsenal dan Chelsea di Bursa Transfer: Tentang Usaha Mengejar Keseimbangan dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.