MOJOK.CO – Pada titik tertentu, Aldi Taher dan Zlatan Ibrahimovic sudah sukses besar. Cringe, bahkan munafik itu boleh, asal jago dan yakin.
Dalam satu malam, Aldi Taher sukses berubah dari “ustaz-wannabe” menjadi bucin garing dan merenggut atensi publik. Video dukungannya untuk Nissa Sabyan viral. Nggak cuma mendukung, Aldi Taher bahkan siap menikahi Nissa jika Ayus Sabyan tidak bersedia.
Video Aldi Taher yang garing, norak, dan “oportunis” itu langsung jadi bahan ledekan. Namun, meski videonya “nggak banget”, Aldi Taher sukses membuat kamu semua menoleh lalu membicarakan namanya dalam periode yang lama. Sebuah gambaran bahwa dia adalah sosok yang jago membuat kontroversi menjadi semacam capital gain, dalam hal ini atensi publik yang bakal awet.
Nama Aldi Taher sendiri, pada titik tertentu, ada komedi itu sendiri. Sejak duo KingKong bersama Bachan, lalu trio Ubur-Ubur bersama Ucup Nirin dan Bobby Maulana, Aldi sudah sukses menciptakan citra bucin garing plus cringe. Lagu-lagunya aneh, liriknya receh. Namun, akui saja, lirik dan nada lagu-lagu aneh itu menancap begitu dalam di dalam otakmu itu.
Citra tersebut sukses membuat namanya awet berada dalam ingatan emak-emak dan kamu sendiri yang jengkel sama lagu-lagunya. Kini, yang perlu dia lakukan adalah memproduksi konten baru. Citra diri dan rasa ingin memaki netizen bakal membuat namanya tetap awet dalam jagat komedi, ah maaf, dunia artis Indonesia.
Nggak dapat Nissa Sabyan ya nggak masalah, asal dapat atensi sekali lagi. Dari atensi bakal muncul kesempatan untuk membuat namanya awet di panggung kepalsuan itu.
Apakah Aldi Taher orang bodoh? Jelas tidak! Dia jago memanfaatkan momentum dan status. Cringe nggak masalah, asal kamu jago dan yakin. Kemiripan itu bisa kamu temui dalam sosok Zlatan Ibrahimovic. Cringe, bahkan munafik itu bukan masalah, yang penting kamu punya nama besar untuk meresonansikan segala tuturan.
Kamu tahu, ontran-ontran antara Ibrahimovic dan LeBron James masih berlanjut. LeBron James sudah membalas pernyataan Ibrahimovic soal atlet yang fokus saja jadi atlet, nggak usah bahas politik. LeBron menegaskan bahwa dirinya nggak sembarangan berjuang. Dia sudah melengkapi dirinya dengan ilmu dan sangat memahami latar belakang perjuangannya.
Ibrahimovic membalas LeBron James dengan bilang, “Atlet menyatukan dunia, sementara politik memecah belah. Tugas kita adalah menyatukan dunia dengan melakukan apa yang kita jago. Atlet ya jadi atlet saja dan politikus bahas politik.”
Jujur saya sudah nggak heran lagi. Kini saya takjub betapa Ibrahimovic seperti enggan melihat latar belakang perjuangan LeBron. Ibrahimovic seperti menutup mata dari kasus rasis, kekerasan aparat, dan ketidakadilan yang menimpa kaum kulit berwarna di Amerika. Terdengar aneh nggak masalah asal yakin kayak Aldi Taher.
Kalimat Ibrahimovic memang terdengar indah. Atlet jadi atlet saja. Nggak perlu bawa politik ke dunia olahraga. Apakah Ibrahimovic nggak sadar bahwa olahraga dan politik itu tidak mungkin dipisahkan? Ingat, politik bukan soal jabatan semata, tetapi bisa berupa aksi, sebuah resistensi untuk melawan opresi.
Marcus Rashford berjuang supaya anak-anak sekolah tetap dapat jatah makan siang dan asupan gizi seimbang selama pandemi. Berkat perjuangannya itu, Rashford mendapat gelar MBE (Member of the Most Excellent Order of the British Empire). Apakah aksi politik Rashford membawa perpecahan?
Suatu kali, Ibrahimovic pernah bilang bahwa salah satu idolanya adalah Muhammad Ali, petinju legendaris. Sepanjang hidupnya, Ali sangat aktif memerangi rasisme dan fobia Islam di Amerika Serikat.
Bagaimana bisa sekarang Ibrahimovic bilang atlet nggak usah bahas politik kalau dia mengagumi Ali? Bukankah perjuangan Ali dan LeBron James tidak jauh berbeda? Keduanya sama-sama memerangi rasisme. Munafik betul.
Namun, kini kita tahu, sekarang ini, seonggok manusia lebih mudah diingat dunia ketika memproduksi kebodohan. Aldi Taher, terlepas dari segala intensi yang kita tidak tahu, sukses merebut atensi publik. Joget bucin garing itu akan selalu membekas. Meski tidak ada keindahan dari jogetnya. Tarian belalang sembah pun masih lebih artistik ketimbang jogetan Aldi Taher.
Berkat hal ini kita juga bisa menebak bahwa Ibrahimovic sedang mengamankan atensi dunia kepadanya, seorang boomer berusia 40 tahun yang menyebut dirinya “seekor singa”.
Dunia tidak akan pernah ingat bahwa Ibrahimovic pernah sampai di puncak kejayaan. Namun, dunia akan tetap mengingat namanya berkat citra diri yang cringe, munafik, dan tidak tahu tempat itu. Yah, pada titik tertentu, Aldi Taher dan Ibrahimovic sudah sukses. Cringe, bahkan munafik itu boleh, asal jago dan yakin.
BACA JUGA Ibrahimovic Mencapai Level Arogansi Tertinggi ketika Menyerang LeBron James dan tulisan Yamadipati Seno lainnya.