MOJOK.CO – Bukan cuma mahasiswa dan masyarakat prodem, saat demonstrasi, segala jenis pedagang juga turun. Tapi pedagang starling alias kopi keliling tetep juaranya.
Water cannon, gas air mata, dan kericuhan adalah hal yang biasa-biasa saja kalau muncul di berita demonstrasi. Akan tetapi, yang juga selalu menjadi bahan cerita adalah kisah-kisah pedagang yang tetap stay cool menjual barang dagangannya saat demo tengah berlangsung. Bahkan ketika keadaan sudah genting yang memicu keluarnya insting untuk melarikan diri.
Saat demo tahun 1998 misalnya, beredar luas sebuah foto yang menunjukkan seorang bapak yang tetap berjualan minuman di tengah ricuh dan kejar-kejaran antara mahasiswa dan aparat kepolisian. Atau dalam demo di Surabaya kemarin, ada video ibu-ibu yang tetap ngulek bumbu rujak dengan sangat santainya. Iya, ngulek, Teman-teman. Atau dalam demo di Jakarta kemarin yang menuntut pembatalan UU KPK dan RUU-RUU ngawur lainnya, banyak beredar foto yang menampakkan para penjual starling alias starbak keliling alias tukang kopi pakai sepeda yang tetap menjajakan jualannya, se-chaos apa pun situasi yang sedang terjadi.
foto headline Kompas paska bentrok antara aparat & mahasiswa. foto powerful di 1998. mahasiswi yang terkapar, masih hidup. #menolaklupa pic.twitter.com/8RwLlPliu8
— ? (@aparatmati) May 12, 2017
Dengan modal sepeda, termos air panas, termos es, berbagai jenis minuman saset, air mineral, dan gelas plastik, mereka mendekat ke titik-titik keramaian. Sebuah terobosan baru dalam dunia perkopian dunia, untuk mendekati pasar, mendekati calon pembelinya. Maka tidak aneh kalau dalam demo kemarin, mereka tampak di berbagai sudut menyiapkan amunisi para pendemo atau aparat untuk nge-charge tenaga. Supaya tetap tangguh dan lantang bersuara.
Terkadang kita memang perlu belajar pada para penjual starling tentang kegigihan mencari nafkah. Bagaimana tidak, konsistensi dan sikap selo tersebut ternyata berbuah hasil banyak. Dilansir dari Detik Finance, penghasilan penjual starling berkat demo kemarin meningkat dua kali lipat.
Di hari-hari biasa, dalam sehari rata-rata mereka hanya bisa mengantongi Rp400 ribu. Akan tetapi, kemarin mereka yang berjualan di sekitar lokasi aksi dari pukul 6 pagi sampai 11 malam, rata-rata bisa menjual dagangannya senilai Rp1 juta. Bukankah ini berkah?
This legend was trying to sell me a pair of shoes in the middle of a riot. “Mister! Only 100 thousand” #JakartaRiots pic.twitter.com/D6y0VchmxS
— David Lipson (@davidlipson) May 23, 2019
Nggak cuma kopi, pedagang sepatu pun masih sempat jualan di tengah demonstrasi di depan kantor Bawaslu, Jakarta, 21-22 Mei 2019. Diambil dari Twitter David Lipson.
Eh bang udah azan subuh ya, balik lagi ah~ pic.twitter.com/JJGYW9AGTE
— ? Penggemar Terbaik (@juriglagu) May 22, 2019
Sementara itu bang
Gak tau kenapa apa emang mata pedagang indo anti gas air mata santuy aja jualan do tengah demo ? pic.twitter.com/3nykuxiXlC— Arion Vasco tambunan (@arion_vasco) September 24, 2019
tetep jualan walaupun ada demo 🙂 #PenyegaranTimeline pic.twitter.com/hKRKNFzOV0
— Tanjiroo ?? (@KakaknyaNezuko) September 26, 2019
kok sempetnya ditengah” demo jualan cilok wkwkwkwkwkk pic.twitter.com/sgi4DQAS2X
— gtw (@Dheaviraaa) September 25, 2019
SEMPET SEMPETNYA SI ABANG JUALAN ROTI DI TENGAH TENGAH KERUMUNAN DEMO. #HIDUPRAKYATINDONESIA #HidupMahasiswa #stmmahasiswabersatu #DemoDPR #dprdcirebon #Cirebon pic.twitter.com/Q0PLETqaNG
— akubenciseledri (@ErikTelordadar) September 26, 2019
Demo jalan, jualan tetep lancar pic.twitter.com/wStjPLWjGw
— A R S A L I C I O U S (@dukeofmalang) September 23, 2019
Penjual starling dan pedagang jalanan lainnya adalah representasi dari sektor ekonomi informal dari masyarakat akar rumput. Mereka selama ini diam-diam telah termarjinalkan dalam struktur masyarakat. Sehingga mereka harus mengembangkan potensinya berkali-kali lipat lebih keras karena potensinya terisap oleh masyarakat kelas atas. Sektor ekonomi ini jarang diperhitungkan. Akan tetapi, justru dari sanalah tumbuh peran besar dalam penciptaan lapangan kerja, yang abai dipenuhi oleh negara.
Beginilah cara orang Indonesia bertahan hidup. Ketidakpastian hidup membuat kita tertempa untuk belajar melihat peluang. Ada kesempatan dikit, langsung cus. Soal risiko yang mungkin bakal didapat nanti, anggap saja sebagai kecelakaan kerja.
Bukankah selama ini mereka sudah terbiasa berkejar-kejaran dengan satpol PP? Hanya karena pemerintah menganggap mereka susah diatur dan sumber masalah. Padahal pemerintah sendiri yang (((memprivatisasi))) lahan publik menjadi “lahan usaha”. Lantas, apa ada bedanya?
Kalau dirasakan indah juga sebetulnya. Di tengah perjuangan para mahasiswa, ada rakyat yang tengah berjuang mencari nafkah. Ah, lagi-lagi memang betul kalau katanya hanya rakyat yang bisa membantu rakyat~
Eh, tapi anu mau tanya. Kira-kira para penjual starling ini bisa ditangkap sama aparat nggak ya? Bukan, bukan karena dia berjualan di tempat yang asal-asalan seperti biasanya. Tapi, karena dia dianggap sebagai salah satu pihak yang turut (((berkontribusi))) dalam memberikan suntikan tenaga orang yang lagi demo. Anu, cuma tanya aja saya, mah. Soalnya demo di depan Bawaslu waktu itu, yang ngasih air mineral aja bisa dijadiin tersangka.
BACA JUGA Permintaan Demonstran Sederhana, Negara yang Memperumitnya atau artikel Audian Laili lainnya.