Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Menimbang Petuah Lama tentang Lebih Baik Dicintai atau Mencintai

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
20 Februari 2020
A A
lebih baik dicintai daripada mencintai wejangan cinta perempuan mitos berkeluarga filosofi cinta catwomanizer netizen twitter cinta tak berbalas menyatakan cinta RUU ketahanan keluarga mojok.co

lebih baik dicintai daripada mencintai wejangan cinta perempuan mitos berkeluarga filosofi cinta catwomanizer netizen twitter cinta tak berbalas menyatakan cinta RUU ketahanan keluarga mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Perkara cinta, memang kerap membuat orang putus asa hingga memilih langkah mana yang sekiranya bikin bahagia. Lebih baik dicintai atau mencintai ya?

Jika kalian mengira cinta adalah perkara yang receh, kalian salah. Cinta bisa mengubah cowok pendiam jadi posesif, dan cewek manja jadi bucin setengah mati. Bahkan orang terkaya seperti Jeff Bezos yang maha penting saja pernah terlibat intrik cinta yang menguras hati.

Sebuah petuah lama tentang cinta yang sering saya dengar adalah: lebih baik dicintai daripada mencintai. Tentu terdengar agak cringe awalnya. Tapi lambat laun jadi makin populer.

Saya pertama dengar petuah ini dari seorang mbak yang bekerja di rumah saya ketika saya masih SD. Di usia yang begitu belia secara tidak sengaja saya sudah dicekoki filosofi cinta yang begitu dalam.

Singkat cerita, mbak saya ini punya pacar dan sering curhat ke saya tentang betapa bahagianya hubungan mereka. Saya jelas manggut-manggut saja. Pengetahuan cinta saya ketika itu sebatas novel-novel Teenlit dan film India. Namun nggak berapa lama hubungan mbak saya dengan pacarnya renggang, seminggu kemudian dia langsung dilamar orang lain lalu dia terima.

Saya pun protes diam-diam dan mempertanyakan kesetiaannya sendiri terhadap pacarnya. Sambil makan kacang kulit, mbak saya bilang, “Nanti kalau sudah besar kamu mungkin bakal paham kalau sebagai perempuan itu lebih baik dicintai daripada mencintai.”

Tentu saya mudeng maksudnya walau saya masih SD. Intinya kalau mencintai seseorang itu nggak tentu berbalas, belum lagi harus berusaha mati-matian buat membahagiakan pasangan. Sementara dicintai itu terdengar egois tapi effortless, seolah menyerahkan diri buat dibahagiakan. Enak banget! Di titik ini saya memahami, tapi menolaknya.

Seperti banyak bocah ingusan lainnya saya juga pernah punya hubungan yang begitu naif dengan seorang cowok. Suatu saat cowok ini pernah tanya, “Kamu lebih baik aku yang mati duluan atau kamu mati duluan?”

Entah kenapa saya ingin dia mati duluan. Saya bilang alasannya karena saya nggak yakin dia bisa menanggung kesedihan akibat saya tinggalkan. Sementara saya bakal kuat menanggung semua derita akibat ditinggalkan orang yang saya cintai. Jawaban yang begitu ngawur dan penuh kesombongan, sok kuat. Tapi bener sih. Hidup itu tragedi, cintaku, buat apa kamu hidup berlama-lama hanya untuk bersedih. Kecuali itu aku karena aku mampu. Ealah~

Saya akui, saya emang agak nyeleneh dan ngawuran.

Pertimbangan soal lebih baik dicintai daripada mencintai ini saya temukan lagi di lini masa media sosial, hari ini. Unggahan Insta Story dari @catmowanizer dibahas dan jadi topik yang seru di Twitter.

Cewek2 bucin (me included) kayaknya harus baca ini deh..

semua cewek pasti sering dinasehatin: “sebagai perempuan itu lebih baik dicintai daripada mencintai.”
I guess there’s wisdom in those words.
*more on @catwomanizer‘s IG stories pic.twitter.com/VXNUo9L8N7

— Raras Kinanti (@rastipasti) February 18, 2020

Ternyata banyak ya yang menerima wejangan dari generasi terdahulu kalau lebih baik memang dicintai daripada mencintai. Saya sebenarnya agak bingung kenapa wejangan ini harus diumpankan kepada perempuan semata. Emangnya laki-laki nggak boleh merasa ingin dicintai apa? Banyak lho cowok-cowok yang suka sama orang yang lebih tua demi meresapi indahnya disayangi. Uwu~

Hingga saat ini sebenarnya saya belum menemukan asyiknya dicintai sama orang yang sebenarnya nggak saya cintai. Alih-alih lebih bahagia, saya justru takut dibayang-bayangi perasaan nggak enakan karena nggak bisa membalas cintanya dengan impas. Petuah lebih baik dicintai daripada mencintai adalah petuah rapuh yang bisa saya patahkan dengan beberapa argumen.

Iklan

Pertama, mencintai bukan sebuah hal buruk. Bahkan jika cinta itu tidak berbalas, mencintai seseorang dengan tulus bisa jadi sebuah privilese. Saya pernah mencintai orang yang tidak mencintai saya dan saya nggak apa-apa. Saya justru bersyukur kenal dengan manusia yang memberikan banyak inspirasi dan membuat saya percaya orang yang mendekati sempurna itu memang ada. Sempurna di mata saya lho ya.

Kedua, dicintai oleh seseorang itu nggak membuat kita lantas bahagia. Kalau cara orang lain mencinta itu justru membuat kita tersiksa, buat apa? Kalian pernah nggak dikasih coklat ketika Valentine padahal kalian alergi coklat? Ini contoh kecil dicintai tapi nggak menyenangkan. Bukannya bahagia, malah gatel-gatel.

Ketiga, buat apa memilih lebih baik dicintai daripada mencintai ketika kita bisa melakukan dua-duanya? Nyatanya hidup ini memang nggak selamanya sepasti rumus matematika. Selalu ada jalan tengah dari perkara yang kadang kita nggak tahu solusinya. Mencintai seseorang, lalu cintanya berbalas adalah sebuah wujud dicintai dan mencintai di waktu bersamaan. Perkara cinta siapa yang lebih besar, berlomba-lombalah sampai tua, sampai kalian dipisahkan oleh waktu dan nggak bisa lagi saling jumpa.

Tapi tentu saja kalian nggak harus ngikutin saya. Negara ini negara demokrasi, nggak seharusnya ada undang-undang yang mengatur soal cinta. Jika kalian mantap memilih lebih baik dicintai maka ketahuilah syarat pertamanya yakni ada orang yang bersedia mencintaimu. Kalau nggak ada ya udah, ngendog aja.

BACA JUGA Menyatakan Cinta Tidak Mudah dan… Tidak Harus Berbalas atau artikel lainnya di POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 20 Februari 2020 oleh

Tags: catwomanizerlebih baik dicintaipetuah cinta
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

No Content Available
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.