Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Balbalan

Skenario Terbaik Manchester United Berkaca dari Kemenangan Atas Chelsea

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
13 Agustus 2019
A A
Manchester United musim 2007/2008 MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Transisi menyerang ke bertahan adalah momen paling berbahaya. Manchester United punya senjata untuk melukai lawan secara paripurna di momen itu.

Setelah gagal mendapatkan target man lantaran Romelu Lukaku pergi, Manchester United justru memetik berkah yang tidak terduga. Untuk berkah ini, fans Manchester United perlu berterima kasih kepada keteledoran Chelsea dan Frank Lampard.

Berkaca dari laga Super Sunday itu, sebetulnya, Manchester United sempat kesulitan mengatasi cara bermain Chelsea yang begitu direct. Frank Lampard layak mendapatkan pujian setelah berhasil membuat Chelsea bisa melakukan transisi menyerang yang begitu cepat dengan banyak orang.

Proses menyerang dari kiper sampai ke lini depan terjadi begitu cepat, di bawah 10 detik. Lampard juga bisa menanamkan kesadaran kepada para pemainnya untuk inisiatif segera naik dan menyediakan diri sebagai opsi umpan di wilayah pertahanan Manchester United. Sering terjadi, Chelsea menang jumlah pemain di pertahanan Manchester United.

Sepakan Tammy Abraham yang membentur tiang gawang dan peluang emasnya setelah mendapatkan umpan tarik dari Pedro adalah bukti dari kemampuan Chelsea ini. Sayangnya, kualitas penyelesaian peluang emas sangat rendah. Total, Chelsea bikin 17 peluang dengan 5 sepakan tepat ke gawang. Idealnya, Chelsea bisa mencetak 1 gol. Jika itu terjadi, Manchester United tidak bakal bisa menang dengan skor besar (4-1).

Penguasaan bola sampai 5 menit pertama yang dicatatkan Chelsea mencapai 75 persen dengan 2 peluang bersih tercipta. Perubahan pertama terjadi ketika Manchester United mencetak gol lewat titik penalti. Setelah gol, Manchester United lebih nyaman menguasai bola. Penguasaan mereka meningkat menjadi 48 persen. Artinya, penguasaan bola Chelsea turun menjadi 52 persen saja.

Setelah perubahan dalam hal penguasaan bola inilah, jalannya pertandingan menjadi menguntungkan untuk Manchester United. Hingga babak pertama selesai, Ole Gunnar Solskjaer belum menemukan cara memaksimalkan lini depannya yang cair dan mobile.

Manchester United menemukan skenario terbaik secara tidak sengaja?

Pendekatan Chelsea untuk mengejar gol sedikit berubah. Kecurigaan saya mengarah kepada Lampard. Mantan gelandang Chelea itu ingin tetap bisa menyerang dengan situasi unggul pemain. Sementara itu, lini pertahanan tetap aman, juga karena menang jumlah pemain karena cemas dengan serangan balik Manchester United. Ia seperti membagi skuat menjadi 2 kelompok besar, yaitu mereka yang menyerang dan mereka yang bertahan.

Banyak analis yang memandang Lampard gagal mengidentifikasi masalah ini. Menurut saya, Lampard memang sengaja membagi timnya menjadi 2 kelompok besar. Sayangnya, ini langkah yang penuh risiko karena Chelsea gagal mempertahankan compact (kompaksi) timnya. Mereka gagal mengukur jarak antara lini depan dan lini belakang.

Selepas laga, Jose Mourinho yang kini menjadi komentator Sky Sport urun pendapat.

Kepada Jamie Carragher yang selepas laga juga menjadi pundit, Mourinho berkata, “Bagi saya, taktik adalah satu hal, tapi prinsip permainan adalah hal lain. Prinsip permainan ini sifatnya harus permanen.”

Sambil guyon dengan Jamie Carragher, Mourinho melanjutnya: “Kamu ingat Paman Rafa (Benitez) di garis tepi, dia selalu memberi instruksi seperti ini,” Mourinho membuat gesture yang berarti mampat dengan kedua tangannya, “ia selalu ingin timnya bermain compact. Jika kita memperhatikan pertandingan tadi, Chelsea punya blok 6 pemain di belakang dan 4 di depan…saat ini, tim bagus selalu bertahan secara compact, mau blok tinggi atau blok rendah, selalu bermain secara compact…dan Chelsea tak pernah bisa bermain secara compact.”

Compact itu apa, sih?

Compact, yang diterjemahkan secara bebas menjadi ‘kompaksi’ adalah sebuah kondisi di mana sebuah tim bisa menjaga jarak vertikal dan horizontal tetap stabil. Kompaksi vertikal adalah jarak antara barisan bek dengan striker, sementara kompaksi horizontal adalah jarak antara pemain di satu sisi dengan sisi lain lapangan. Jarak yang terjaga membuat lawan sulit mengeksploitasi ruang. Sulit mendapat ruang, lawan tidak bisa progresi ke depan, akhirnya peluang sulit terjadi.

Iklan

Dengan membagi timnya menjadi “sistem 6 di belakang dan 4 di depan”, Lampard abai dengan prinsip kompaksi ini. Ketika Chelsea teledor, Manchester United bisa melihat dan memanfaatkannya. Inilah momen di mana Manchester United mampu memetakan kelebihan mereka.

Ketika kehilangan bola di area pertahanan Manchester United, Chelsea tak punya pemain yang bisa meng-cover area luas di antara lini pertahanan dan lini depan. Absennya N’Golo Kante tidak bisa jadi alasan karena ini soal sistem dan prinsip.

Sementara itu, para pemain depan Manchester United bisa “berpesta ruang” lantaran luasnya area. Mereka punya Anthony Martial dan Marcus Rashford, dua striker yang sangat mobile, bisa bergantian posisi dengan cepat, dan pandai memakan ruang.

Ketika bertahan, mereka membentuk sistem 4-4-2 blok rendah. Martial dan Rashford berdiri berdekatan sebagai dua striker. Ketika Chelsea kehilangan bola, koordinasi Martial dan Rashford terlihat sangat matang. Jika Rashford turun ke bawah, Martial akan melebar ke kiri. Ketika Martial mulai masuk dari sisi kiri, Rashford mengokupansi ruang paling depan Manchester United.

Mobilitas kedua pemain ini didukung oleh kecepatan lini kedua yang diisi Jesse Lingard, Andres Perreira, dan Paul Pogba. Ketiga pemain ini juga mobile dengan koordinasi yang baik. Mereka paham harus lari ke mana ketika siapa memegang bola, memudahkan Martial dan Rashford bergerak dan memancing pemain belakang Chelsea.

Komposisi pemain ini menunjukkan beberapa kelebihan. Pertama, cara bermain menjadi begitu cair. Kedua, masing-masing pemain peka dengan tugas mengisi ruang dan menyediakan diri sebagai opsi umpan. Ketiga, para pemain punya kemampuan umpan di atas rata-rata, memudahkan sirkulasi bola dengan kecepatan tinggi di wilayah lawan. Kelima, hampir semua pemain depan, termasuk Daniel James dan Mason Greenwood, punya end product yang baik.

Komposisi ini mengingatkan saya akan cara Manchester United menyerang di musim 2007/2008. Saat itu, lini depan Manchester United diisi Cristiano Ronaldo, Carlos Tevez, dan Wayne Rooney. Di bangku cadangan ada Louis Saha dan Danny Welbeck. Trio lini depan musim 2007/2008 bisa mencetak dua digit gol di musim itu.

Saya tidak sedang berusaha membandingkan Martial dan Tevez atau Rashford dengan Rooney. Yang ingin saya bilang adalah, Setan Merah punya komposisi yang mirip untuk bermain sebagai counter–based team. Bermain dengan blok rendah, disiplin menjaga kompaksi, dan jeli ketika serangan balik adalah skenario ideal yang harus terus dijaga Ole.

Satu kelebihan lagi yang dimiliki Manchester United musim 2007/2008 dengan musim 2019/2020 adalah kemampuan memasukkan pemain sebanyak mungkin ke daerah sekitar kotak penalti. Serangan balik bukan hanya soal berlari secepat mungkin, tetapi mengokupansi ruang paling ideal untuk mengalirkan bola.

Jika aliran bola ini tidak terbendung karena mobilitas dan kepekaan pemain melihat ruang, Manchester United bakal menjadi tim yang berbahaya. Lawan, yang sedang masuk dalam transisi dari menyerang ke bertahan tengah mengalami momen paling berbahaya. Manchester United punya senjata untuk melukai lawan secara paripurna di momen itu.

Terakhir diperbarui pada 13 Agustus 2019 oleh

Tags: chelsealiga inggrisManchester Unitedmartialrashford
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

Harry Maguire Bek Dungu Manchester United Anti Bullying MOJOK.CO
Esai

Harry Maguire, Bek Dungu Milik Manchester United yang Mengajari Kita Makna Ketahanan Mental dan Cara Melawan Bullying

20 Oktober 2025
Untung Mohamed Salah Nggak Jadi Buruh di Indonesia MOJOK.CO
Esai

Beda Nasib Mohamed Salah dan Pekerja di Indonesia saat Menyuarakan Hak: Menghasilkan Ketimpangan yang Dinormalisasi

6 Januari 2025
Rokok Ilegal identik dengan Liga Inggris, yang Legal Liga Italia MOJOK.CO
Esai

Kenapa, ya, Rokok Legal Identik dengan klub Liga Italia, sementara Rokok Ilegal Lebih Dekat dengan klub Liga Inggris?

9 November 2024
Vidio vs Rp18 Triliun Live Streaming Ilegal Jelang Liga Inggris MOJOK.CO
Esai

Vidio Wajib Cemas. Menjelang Liga Inggris, Keuntungan Live Streaming Ilegal Mencapai Rp18 Triliun!

9 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.