MOJOK.CO – Pertarungan memperebutkan eksistensi antara Mesut Ozil dan Unai Emery adalah tabrakan pesona masing-masing individu memanfaatkan kekuatan dari sebuah media.
Hasil wawancara yang ditulis oleh David Ornstein untuk The Athletic membuka babak baru antara “perseteruan” antara Mesut Ozil dengan Unai Emery. Sebuah kondisi yang sebetulnya sangat tidak ideal untuk Arsenal.
Sepak bola, terutama jika berbicara tentang masing-masing individu yang terlibat di dalamnya, adalah sebuah pembicaraan tentang pesona. Karena satu unsur ini pula, fans Arsenal terbelah antara mereka yang memaklumi keputusan Emery dengan mereka yang mempertanyakannya, sekaligus menunjukkan dukungan secara gamblang kepada Ozil.
Ini sebuah keadaan yang tidak bisa dihindari. Wajah sebenarnya dari pemain dan pelatih di dalam ruang ganti akan sangat berbeda dengan citra yang mereka tunjukkan ketika berjalan keluar dari Lorong stadion menuju lapangan. Seperti selayaknya manusia, masing-masing punya agenda, cita-cita, hasrat, ide, ego, yang saling berkelindan dan membentur.
Pesona Ozil sudah memancar bahkan sebelum ia berseragam Arsenal. Pemain asal Jerman berdarah Turki ini adalah satu dari sedikit fantasista modern yang masih bertahan di sepak bola modern. Kaum langka ini adalah sekumpulan manusia penuh imajinasi, yang keberadaanya mulai tersingkir di hadapan zaman baru sejarah sepak bola.
Cristiano Ronaldo pernah kecewa betul ketika mendapati Ozil hengkang dari Real Madrid. Bagi Ronaldo, keberadaan Ozil sangat krusial. Mantan pemain Werder Bremen ini bisa menciptakan sebuah situasi out of nowhere. Sebuah situasi yang tidak disangka akan terjadi ketika Ronaldo mendapatkan kiriman umpan matang dari posisi sulit untuk dikreasikan menjadi keunggulan.
Kebintangan Ozil dan kualitas yang ia bawa disambut gegap gempita di deadline day tahun 2013. Atas umpan-umpan manis, atas imajinasi yang ia tawarkan, fans Arsenal memuja Ozil hingga taraf tertinggi. Posisinya sangat penting, tidak hanya di lapangan, tetapi juga di ruang ganti.
Arsene Wenger menjadikan Ozil salah satu kapten. Bukti bahwa pemain kelahiran Gelsenkirchen ini punya pengaruh. Pesona yang memancar itulah yang berbenturan dengan ide serta ego dari Unai Emery, pelatih yang menggantikan Arsene Wenger.
Terjadi benturan hebat antara kedua insan ini. Keduanya memperebutkan pengaruh di ruang ganti maupun di atas lapangan. Benturan eksistensi ini membuat Ozil tersingkir dari 11 pemain utama Arsenal selama dua musim terakhir. Emery berkilah bahwa si pemain tidak berlatih semaksimal pemain lain. Emery berkeras bahwa mereka yang menunjukkan totalitas di lapangan latihan yang punya hak untuk selalu bermain.
Ozil memanfaatkan kekuatan media
Konflik antara pemain dan pelatih bukan barang baru. Jose Mourinho pernah bercerita bahwa ada pemain di ruang ganti yang akan lebih didengar ketimbang cercaan pelatih. Pengaruh mereka sangat besar hingga bisa memengaruhi kelanjutan karier seorang pelatih. Bikin jinak pemain seperti ini bukan perkara mudah.
Bukan perkara mudah karena ketika berada di lapangan latihan atau ruang ganti, si pemain tidak banyak berbicara atau menentang eksistensi pelatih. Mereka berbicara “secara langsung” kepada para suporter, dengan rekan di tempat lain, atau memanfaatkan kekuatan media sebagai media membangun narasi.
Ivan Rakitic, misalnya. Pemain Barcelona ini menjadi salah satu yang “sedang dibenci” karena performa yang terus anjlok. Celakanya, Rakitic ini cukup pandai “memainkan” situasi. Ia menjadi kesayangan para wartawan karena tidak segan-segan membocorkan sebuah info yang sebetulnya tidak pantas menjadi konsumsi publik. Wartawan tentunya senang mendapat bahan untuk ditulis.
Rakitic juga, katanya, sering memberikan hadiah untuk ultras Barcelona. Aksi-aksi yang terlihat sederhana seperti ini sukses menciptakan tekanan tertentu kepada pelatih. Perlu diakui, Rakitic memang pandai memanfaatkan media untuk menekan klub.
Ozil pun begitu, terutama ketika ia baru saja diwawancara oleh David Ornstein, salah satu jurnalis kesayangan fans Arsenal. Saya tidak sedang membicarakan Ozil dengan intonasi negatif. Saya hanya berusaha menunjukkan bahwa si pemain ini sedang menekan Emery dan jajaran manajemen Arsenal lewat jawaban-jawabannya yang taktis dan tegas.
Rentetan jawaban dari Ozil bisa kamu baca di utas berikut, terutama bagi mereka yang tidak berlangganan The Athlantic:
My play maker ❤️ To all the haters, this one is for you. #IStandWithOzil pic.twitter.com/JW0aU92bxQ
— Abubakar Hussein (@awesomehabibi) October 17, 2019
Ozil memberi jawaban yang diplomatis untuk pertanyaan yang menohok. Misalnya ketika dikabarkan akan hengkan di Januari 2020, Ozil menegaskan kesetiaannya untuk bertahan di Arsenal. Ketika ditanya soal kenyataan bahwa dirinya disingkirkan dari tim utama, Ozil menjawab:
“Saya sudah pernah dilatih oleh beberapa pelatih terbesar di dunia, Arsene Wenger, Jose Mourinho, Joachim Low, misalnya, dan saya selalu menunjukkan respect kepada mereka. Hal yang sama saya tunjukkan juga kepada Unai (Emery).”
Ketika totalitasnya ketika latihan dipertanyakan, Ozil memberikan jawaban tegas: “Saya berlatih dengan level yang sama di sepanjang karier saya. Tapi, karena saya tidak banyak mendapatkan menit bermain akhir-akhir ini, saya menambah jumlah latihan bersama pelatih kebugaran di gym supaya lebih bugar dibandingkan biasanya. Saya tahu yang dibutuhkan dan saya percaya kepada diri saya sendiri.”
Jawaban diplomatis ini seperti menjadi tamparan paling elegan yang mendarat di pipi Emery. Sebelumnya, Emery menjelaskan kalau Ozil tidak berlatih maksimal. Ada catatan dari GPS untuk memperkuat alasan Emery. Nah, jawaban Mesut Ozil kepada Ornstein tadi bukan hanya elegan, tetapi juga sukses menihilkan penjelasan Emery.
Di konferensi press terakhir, Emery menjawab pertanyaan wartawan soal Ozil. Kali ini, tone dari Emery berubah, dari semula tegas ada pemain yang lebih keras berlatih menjadi lebih lunak.
“Soal Mesut, musim ini dimulai dengan sangat berat baginya. Sepanjang 2 atau 3 minggu terakhir ini level latihannya semakin meningkat. Jika dia bisa membuat kami yakin, dia bisa bermain. Sebelumnya, ada pemain yang berlatih lebih keras ketimbang dirinya. Kini, saya lebih senang dengan kondisinya,” jawab Emery.
Perubahan tone dari Emery menunjukkan dua hal. Pertama, pesona pemain yang sangat besar hingga bisa memengaruhi staf pelatih dan manajemen. Perubahan tone Emery tidak mungkin terjadi jika tidak ada pertemuan internal antara pemain, pelatih, dan manajemen. Kedua, media menjadi penghantar gairah pemain paling paripurna.
Apalagi ketika kata-kata pemain disampaikan oleh jurnalis berpengaruh dan media yang punya posisi kuat. Sebuah pertempuran eksistensi yang menarik dari sisi dunia sepak bola.
BACA JUGA Dilema Mesut Ozil dan Keraguan yang Menyelimuti Arsenal atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.