MOJOK.CO – Jurgen Klopp tidak ingin menjadi sempurna. Yang dia inginkan adalah para pemain Liverpool berkembang menjadi manusia unggul.
Sejak awal November 2020, Jurgen Klopp sudah melempar kampanye soal kebijakan pergantian pemain. Pelatih Liverpool itu ingin Liga Inggris mengubah kebijakan tiga pergantian pemain menjadi lima. Sayang, usahanya justru dianggap sebagai cara “mencari keuntungan”.
Salah satu yang memandang usaha Klopp sebagai sebatas usaha mencari keuntungan adalah Richard Maesters, Chief Executive Liga Inggris. Padahal, Klopp hanya ingin para pemain lebih dilindungi mengingat jadwal Liga Inggris yang bisa dibilang gila di Desember 2020.
Jurgen Klopp, dan beberapa pelatih memandang lima pergantian pemain sebagai kebijakan minimal untuk mengurangi risiko cedera karena jadwal padat. Namun, wacana itu juga mendapat penolakan dari banyak pelatih. Sebuah sikap yang membuat Klopp sedikit kecewa. Padahal, liga-liga lain di Eropa masih menggunakan kebijakan lima pergantian. Hanya Liga Inggris yang kembali ke tiga pergantian.
Coba cermati daftar cedera pemain yang dimiliki tim-tim besar di Liga Inggris. Rata-rata lebih dari lima, baik cedera fisik maupun tertular Covid-19. Salah satu sebabnya adalah kebijakan menggelar pertandingan antar-negara di tengah pandemi. Kebijakan yang dikritik, tetapi otoritas sepak bola dunia menutup mata karena duit hak siar terlalu manis untuk dilupakan.
Perdebatan soal kebijakan pergantian pemain, busuknya implementasi VAR, dan rendahnya konsistensi wasit di Liga Inggris membuat tuntutan mundur kepada Richard Masters semakin kuat. Sementara itu, Klopp tidak ingin larut dalam kekecewaan. Dia berusaha menguatkan para pemain Liverpool sejauh yang dia bisa.
Liverpool memang bisa dibilang sangat sial terkait cedera pemain. Kebijakan VAR dan inkonsistensi wasit membuat Virgil van Dijk tidak mendapat perlindungan yang ideal setelah diterjang Jordan Pickford. Ketika menyampaikan kabar terbaru soal van Dijk, Klopp bilang bahwa lutut van Dijk tak terlihat seperti lutut pada umumnya.
Kesialan masih berlanjut ketika Joe Gomez, bek tengah, menyusul cedera otot tendon di lutut kirinya. Kesialan Liverpool tak berhenti di situ. Trent Alexander-Arnold Menyusul Joe Gomez yang cedera ketika membela timnas Inggris dan kambuh ketika melawan Manchester City. Lagi-lagi, pertandingan antar-negara yang tak perlu itu memakan korban.
Ketika berbicara soal kondisi Liverpool terkini dan filosofi yang Jurgen Klopp pegang, dia bilang:
“Sebagai manusia, sebagai insan, satu hal yang selalu membantu saya di kehidupan ini adalah saya tidak perlu mengejar kesempurnaan karena memang tidak memungkinkan. Bahkan saya tidak ingin mencobanya. Yang saya lakukan adalah selalu berusaha menjadi yang terbaik dengan semua yang saya punya.”
Ketika Liverpool ditinggal banyak pemain karena cedera, terutama di lini pertahanan, Jurgen Klopp tidak ragu untuk memberi menit bermain untuk pemain muda. Pelatih asal Jerman itu tahu bahwa pemain muda pasti akan membuat kesalahan. Namun, dia tidak ragu menggunakan mereka di laga-laga penting.
Bukan kesempurnaan yang ingin Klopp kejar, tetapi membantu para pemain untuk berkembang sebaik mungkin. Ujungnya tentu positif untuk masa depan Liverpool.
“Selama kamu tidak sempurna, kamu akan selalu punya ruang untuk berkembang, yang mana itu sangat bagus karena memberimu dorongan untuk melewati banyak tantangan selama satu musim, dalam kariermu sebagai pemain, dan di kehidupan.”
Kelak, beberapa pemain muda potensial yang kini melewati masa-masa sulit akan merasakan bahwa cobaan ini berguna untuk karier mereka. Beberapa pemain muda yang sudah ditempa oleh keadaan sejak belia. Meski berat, tapi ini ladang latihan yang bagus untuk membentuk mental.
“Saya bukan spesialis akan kesempurnaan, bahkan sebaliknya. Namun, saya akan selalu mendorong para pemain untuk mendekati kesempurnaan. Akan selalu ada ruang untuk berkembang,” tegas Klopp.
Filosofi yang dipercayai oleh Jurgen Klopp ini, saya rasa, menjadi salah satu rahasia Liverpool bisa konsisten di papan atas. Meski kesulitan selalu datang, mereka tidak goyah. Beberapa bulan yang lalu, saya pernah menyinggung bahwa para pemain Liverpool menjadi “manusia unggul” bersama Klopp. Ya, manusia unggul, bukan manusia sempurna.
Aspek itu sudah terlihat dari lima pokok seorang pemimpin yang diterapkan oleh Jurgen Klopp untuk Liverpool. Lima pokok pemimpin itu, antara lain kemampuan menularkan rasa percaya diri, memberi pemain kebebasan untuk berkembang, menularkan energi, membina hubungan yang sehat, dan memimpin dengan memberi contoh.
Contohnya tidak terlalu jauh. Diogo Jota, pemain yang baru dibeli Liverpool, sudah menjadi salah satu pemain penting. Sementara itu, Takumi Minamino, yang belum juga mencapai level terbaik, tidak dibuang begitu saja. Pemain asal Jepang itu masih mendapat kepercayaan. Klopp sendiri yang menilai Minamino layak dibeli. Artinya, Klopp tahu potensi dari Minamino.
Di tengah keterbatasan pemain, di tengah himpitan pandemi di mana sebuah klub akan kesulitan berbelanja, mengandalkan pemain yang sudah ada adalah solusi paling bijak. Klopp selalu berusaha mendorong pemain Liverpool mendekati kesempurnaan. Hanya mendekati saja cukup, tidak harus menjadi yang sempurna.
Kita tahu bersama, usaha untuk mendekati kesempurnaan saja sudah membantu pemain Liverpool menjadi “manusia unggul”. Sebuah usaha sederhana untuk membantu Liverpool tetap kompetitif dan kuat melewati segala tantangan.
BACA JUGA Liverpool Menjadi Manusia Unggul Bersama Jurgen Klopp dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.