Jangan Tulis Nama Pacar di Skripsi, Pokoknya Jangan!

MOJOK.COSimalakama menulis nama pacar di skripsi: nggak ditulis pacar merasa tidak dicintai, ditulis bikin sesal di kemudian hari. Hadeeeh.

Nulis nama pacar di skripsi dengan kalimat cinta serimbun beringin, harapan setinggi langit, nggak tahunya putus, dan skripsi tersebut telanjur abadi menghuni rak buku kita, siapa yang pernah begini? Yang mau ngacung jangan sungkan-sungkan ya. Tenaaang… Anda tidak sendirian.

Yang aman dari kutukan menulis nama pacar (yang akhirnya terabadikan sebagai mantan) juga tenang… jangan jemawa. Kasihanilah saudara kita yang menyesal tiada ujung akibat nulis nama di skripsi dan ujung-ujungnya nama tersebut jadi nama yang paling dia benci.

Entahlah apakah hari ini mahasiswa masih mencantumkan nama pacar di skripsi atau tidak. Di angkatan saya dulu, nama pacar ini menjadi salah satu hal terkeren untuk dicantumkan pada prakata skripsi. Setelah Allah, dosen pembimbing, guru-guru, orangtua, teman, dan sahabat, nama khusus ini justru biasanya ditulis paling panjang dan berkesan.

“Untuk Kundang, yang telah sangat membimbing dan menghayati cinta kasih di antara kami hingga skripsi ini bisa selesai.”

“Untuk Cemplon, kaulah satu-satunya tumpuan saat aku kehabisan ide menulis skripsi. Terima kasih telah menemaniku menulis dari Isya hingga fajar tiba. Cintaku padamu abadi.”

Pokoknya, untuk orang spesial, bahasa yang ditulis juga spesial.

Jika akhirnya si orang spesial ini beneran jadi orang spesial untuk selamanya, atau pendek kata menikah dengan kita, ya baguslah. Membuka prakata skripsi ini bisa kita lakukan di sore hari yang gembira, dengan minum teh dari cangkir asmara sambil mengenang lagi zaman penulisan skripsi yang gegap gempita oleh cinta.

Eeer, tapi bagaimana kalau nggak lama setelah skripsi di-launching, jalinan asmara malah bubar?

Bila sudah demikian, jangankan mau buka prakata, liat skripsi terjajar cantik di rak buku aja males. Masih untung itu skripsi ngga dibakar. Dan tiap lihat sampul skripsi, batin kita langsung nyesel.

“Apeeeuuu banget deh dulu aku nulis beginian.”

Apalagi kalau kita akhirnya menikah (dengan orang lain, tentu saja) dan pasangan kita ini tipe yang lumayan sensitif dan cemburuan. Sebaiknya, skripsi itu segera dikarduskan, taruh di kolong tempat tidur, dan jangan dibangkitkan lagi demi ketenteraman rumah tangga.

Kalau pasangan kita tipe sanguin dan cuek, paling banter ya dicengin aja.

“Cieee… yang dulu kalau nulis skripsi ditemeniiin….”

Walau nggak menimbulkan perang,

Cuma rasanya kok tetap menyesal dan malu, kenapa juga dulu seheboh itu? Sekasmaran itu? Dan bagaimanapun cueknya, tetap saja kok, pasangan pasti akan bertanya dan berimajinasi: Dulu secinta apa? Hubungannya sejauh mana? Dan banyak pertanyaan lain yang semuanya bermuara dari satu nama yang terukir abadi itu.

Kata orang, yang namanya masa pacaran, rasanya memang dialah yang terbaik untuk kita. Selalu begitu. Tapi, coba ingat, selepas keluar dari gedung wisuda, apa saja bisa terjadi. Termasuk kemungkinan berganti haluan dan berpindah perasaan.

Jadi, mending cari aman. Tulislah nama yang memang benar-benar selamanya tidak akan putus hubungan dengan kita: keluarga. Kalau masih pengin nulis kalimat dedikasi buat doi menunjukkan rasa cinta dan terlihat keren, mungkin cara ini bisa ditiru. Tulislah kalimat puitis untuk dia yang selama ini mengganggu tidur dan sarapanmu, tapi jangan pernah sebutkan namanya di situ.

“Untuk belahan jiwaku, semoga skripsi ini kelak bisa kita baca berdua di suatu sore yang gembira….”

Dengan demikian, selamanya skripsi akan jadi pajangan indah di rak buku kita tanpa perlu jadi sumber petaka dalam rumah tangga.

Untuk kawan yang telanjur menulis nama #PacarTapiMantan di skripsi atau karya ilmiah, atau bahkan buku yang pernah ditulis, ini pesan saya: Yang sudah ya sudah. Mau menyesal kayak apa pun, itu nama udah kadung di-print. Mau di tip-ex juga tetep ada noda kan. Btw sekarang masih musim tip-x nggak sih?

Jika skripsi berukir nama mantan ini mengganggu kebahagiaan rumah tangga, sudahlah dikardusin saja. Toh, biasanya kita malas membuka ulang skripsi. Kecuali yang skripsinya dijadikan buku yang dijual bebas.

Nah untuk kawan yang saat ini sedang proses mengerjakan skripsi, gimana? Yakin nih mau nulis nama pacar di situ? Yang udah-udah sih pada nyesel lho. Hwehehehe.

Exit mobile version