Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Visual Nabati

Daun Talas yang Tiada Mengenal Basah

Redaksi oleh Redaksi
24 Agustus 2017
A A
daun talas
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Orang-orang menyebutnya talas, sebagian lain menamainya kimpul, dan sebagian lagi memanggilnya keladi. Yah, seperti pelarian teroris, ia memang punya banyak nama lain.

Talas ini punya sifat yang hampir sama dengan kelapa, yaitu semua bagiannya bisa dimanfaatkan. Umbinya bisa diolah sebagai camilan atau bahan makanan lain seperti brownis atau bolu, batangnya bisa disayur, dan daunnya bisa diolah menjadi buntil.

Jika kelak logo Pramuka harus diganti, talas punya kans yang cukup besar untuk menggantikan tunas kelapa.

Tak sulit untuk bisa menemukan tanaman talas. Ia bisa ditemukan di pematang-pematang sawah. Maklum, usia panen umbinya yang singkat membuat talas kerap menjadi pilihan utama para petani untuk mengisi pematang sawahnya yang lowong.

Banyak orang mengenal talas karena keunikan daunnya yang tidak bisa basah terkena air, atau bahasa kerennya, water resistant. Setiap menyentuh permukaan daun talas, si air akan bergerak ke sana kemari tak tentu rupa karena tak ada partikel yang menempel pada daun. Inilah asal mula peribahasa “bagai air di atas daun talas”, yang artinya orang yang tak punya pendirian tetap.

Kemampuan daun talas yang tidak basah terkena air ini disebabkan permukaannya mengandung zat seperti lilin yang sangat tipis. Zat itu melapisi dinding sel luar daun talas dan mempunyai sifat seperti minyak: tidak bisa bercampur dengan air. Zat tersebutlah yang membuat air tidak bisa menyatu saat menyentuh permukaan daun talas.

Kemampuannya untuk meng-antiair-kan dirinya sendiri ini membuat daun talas kerap digunakan sebagai wadah ikan oleh anak-anak yang mencari ikan-ikan kecil di sungai, tak sedikit pula yang menggunakannya sebagai mainan payung-payungan.

Konon, selain peribahasa “bagai air di atas daun talas”, ada beberapa usulan peribahasa lain yang bersumber dari kemampuan ajaib si daun talas ini, salah satunya adalah “pipi daun talas,” yang artinya seseorang yang selalu sabar menghadapi kesedihan sampai pipinya sudah tak mempan lagi oleh air mata.

Tak hanya pada daun, umbinya juga terkenal dijadikan peribahasa, tapi kali ini dengan sebutannya yang lain: keladi. “Tua-tua keladi, makin tua makin jadi,” yang artinya orang tua yang suka bertingkah berangasan seperti anak muda. Usut punya usut, peribahasa ini dilatarbelakangi fakta umbi keladi yang makin tua makin banyak getahnya.

Tentu kita paham, “getah” yang berlebihan jelas tidak baik untuk kesehatan. Ia harus dibuang secara berkala.

Dibuang ke mana? Biarlah si tua keladi yang menjawab.

Terakhir diperbarui pada 24 Agustus 2017 oleh

Tags: airkimpulsawahtalas
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Jeritan Petani di Sedayu yang Anak-anaknya Nggak Mau Mengolah Sawah di Jogja MOJOK.CO
Liputan

Jeritan Petani di Sedayu yang Anak-anaknya Nggak Mau Mengolah Sawah di Jogja

13 Oktober 2023
air sumur mojok.co
Sosial

Alasan Warga Jogja Masih Banyak Minum Air dari Sumur yang Tercemar E Coli

2 Mei 2023
lomba menangkap ikan lele di sawah-sawah terakhir
Geliat Warga

Merayakan Kemerdekaan dengan Adu Tangkas Menangkap Lele di Sawah Terakhir

17 Agustus 2022
bakteri e-coli ada di sumur di Jogja
Kilas

Sumur di Jogja Mengandung Bakteri E-Coli, Masyarakat Diimbau Olah Air dengan Benar

16 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.