Selain ular weling, ular lain yang namanya begitu akrab di telinga orang-orang Jawa adalah ular lareangon. Ular ini mudah ditemukan di area persawahan dan perkebunan. Maklum, ia adalah tipikal makhluk agraris.
Nama asli ular ini sebenarnya adalah ular kisik, namun orang-orang jawa lebih suka menyebutnya sebagai lareangon, yang dalam bahasa Indonesia artinya anak gembala. Dinamakan demikian karena ular ini memang tipikal ular jinak yang dulu sering digunakan sebagai mainan anak-anak petani dan penggembala. Seandainya dulu ular ini tiada jinak dan suka menggonggong, mungkin namanya bukan lareangon, tapi lareasu.
Ular ini mudah dikenali dari corak dan warna kulitnya. Ia mempunyai corak garis-garis horizontal sejajar dengan panjang tubuhnya. Warna kulitnya belang hitam-kuning di bagian atas dan sedikit putih di bagian bawah. Ia sudah konsisten menggunakan trio hitam-kuning-putih jauh sebelum PKS ada.
Dalam sekali bertelur, ular ini bisa menghasilkan delapan butir telur. Jumlah angka spesial yang melambangkan regenerasi tiada akhir. Sebab kita semua tahu, angka delapan adalah angka yang tiada ujungnya.