Pergerakan adalah kehidupan. Sejak awal peradaban, manusia selalu bergerak dan menempuh perjalanan panjang demi sebuah perubahan.
Pasca pandemi, aktivitas luar ruangan kembali menjadi tren. Banyak orang mulai melakukan eksplorasi wilayah dingin di dataran tinggi. Selain memberi kebugaran, kegiatan semacam ini juga sering menghadirkan pengalaman baru dan pengetahuan yang tak didapatkan dari kota.
Namun jauh sebelum kegiatan luar ruangan menjadi gaya hidup, Aktivitas perjalanan terutama ke alam telah menjadi bagian penting dalam sejarah peradaban. Para pengelana hingga penjelajah menjadi penjalaan sebagai cara untuk memahami dunia dan dirinya sendiri.
Dalam catatan sejarah, perjalanan para pelaut Eropa pada abad ke-16 meninggalkan jejak mendalam. Nama seperti Afonso de Albuquerque dan Ferdinand Magellan menjadi titik awal eksplorasi ke Nusantara.
mereka datang dengan tiga semboyan yang terkenal yakni Gold, Glory dan Gospel. Sebuah Semboyan yang menciptakan perjalanan mereka dalam memperkenalkan Eropa pada ekosistem “Timur Jauh”.
Tak sampai disitu, tiga abad kemudian seorang Jerman bernama franz Wilhelm junghuhn juga menjadi sosos [enting dalam kajian landskap Jawa, Pada tahun 1835-1839 ia melakukan besar-besaran ke berbagai gunung di Jawa. Salah satu yang paling ikonik adalah pendakianya ke Gunung Lawu pada 5 Mei 1838.
Dari situ Catatan Junghun memberi data ilmiah tentang geologi dan botani. ia mencatat Gunung Lawu bukan hanya sekedar gunung tapi ia adalah arsip searah, ruang spiritual dan jejak peradaban.
Simak kisah lengkapnya di Episode Jasmerah terbaru bersama mas Rendra, dan mari kita belajar bersama untuk melihat kembali sejarah masa lalu yang mulai terlupakan.







