MOJOK.CO – Pengendara motor di Jakarta banyak yang merasa jadi penguasa trotoar. Jalan yang harusnya jadi hak pejalan kaki, diserobot begitu saja.
Jalanan di Jakarta memang sudah sangatlah luas dan akses yang mudah. Namun, saat jam pulang kerja sering terjadi kemacetan yang sangat dahsyat terutama daerah Jakarta dan sekitarnya. Jangankan jalanan, transportasi umum pun terlihat sangat penuh. Saya pun melihatnya sudah pengap dan capek. Walaupun begitu, jam kerja pulang kerja sudah pasti sekitar senja hingga malam. Harus diterima.
Dari kemacetan yang sangat dahsyat, beberapa pengendara motor yang nakal mengambil jalan ninja yaitu trotoar untuk pejalan kaki supaya bisa cepat sampai tujuan. Memang cepat, tetapi hal itu sudah menganggu pejalan kaki. Sebal saya melihat pengendara seperti itu apalagi hingga membunyikan klakson yang berisik. Padahal, pejalan kaki tidak salah dan mempunyai hak untuk menggunakan trotoar.
Sempat saya sedang berjalan-jalan di Jakarta. Jalanan yang tidak macet dan suasana yang tidak ramai membuat perjalanan saya damai. Sampai kemudian saya melihat pengendara motor dengan seenaknya mengendarai motor di trotoar pejalan kaki. Padahal, jalanan sedang tidak ramai. Saya sempat bingung dan sedikit kesal dengan pengendara motor itu.
Pernah suatu sore menuju perjalanan pulang, jalanan sudah mulai ramai hingga membuat kemacetan yang sangat parah. Saya dibonceng oleh bapak saya menggunakan motor saat itu. Banyak sekali pengendara motor yang arogan seperti menggunakan trotoar untuk pejalan kaki, melewati zebra cross hingga melanggar rambu lalu lintas. Pusing dan lelah memang, tapi gak gitu juga. Perlakuan itu bisa saja mencelakai orang lain atau diri sendiri.
Pahami dan patuhi rambu
Selain itu, pengendara motor juga kadang melewati jalur busway. Gak motor juga, terkadang mobil pribadi pun menggunakan jalur tersebut. Tapi, kebanyakan adalah pengendara motor. Saya pernah saat itu memesan ojol menuju Stasiun Cikini. Jalanan terlihat ramai, tapi saya tetap santai. Pengemudi tersebut seenaknya menerobos jalur busway.
Untuk pengemudi ojol sebisa mungkin jangan menggunakan jalur tersebut dan harus mematuhi rambu yang terpampang di jalan. Perlakuan tersebut bisa saja menghambat transportasi umum hingga membuat kemacetan.
Pengendara motor saya rasa kebanyakan berasa menguasai jalan raya. Seperti menggunakan jalan trotoar yang seharusnya untuk pejalan kaki, melewati garis yang ada di garis penyeberangan, dan masih banyak hal lain. Saya pun berfikir “mungkin buat SIM nya nembak kali ya”.
Orang-orang berpendapat bahwa kalau membuat SIM lebih baik nembak daripada tes secara langsung, katanya ribet. Sebenarnya saya memang belum pernah membuat SIM, tetapi sebisa mungkin tidak nembak atau menyogok untuk membuat SIM.
Pada intinya, teruntuk pengendara motor harus lebih banyak belajar lagi tentang rambu perjalanan. Sebenarnya mengerti tanda rambu yang ada di jalanan tapi, kebanyakan tidak diterapkan di jalanan. Tolong untuk pengendara motor harus bisa menerapkan rambu lalu lintas dan tidak mengendarai di trotoar pejalan kaki.
Sebenarnya hal itu ada sanksi tegas dari petugas yang ada di jalanan. So, haruslah perbanyak bersabar. Karena pada dasarnya pelan-pelan itu lebih baik daripada mencelakai diri sendiri dengan terburu-buru. Stay safe di perjalanan ya!
Faisal Ramzy Gunungputri, Bogor, faisalysi91@gmail.com
Uneg-uneg, keluh kesah, dan tanggapan untuk Surat Orang Biasa bisa dikirim di sini.
BACA JUGA Apakah Gunungkidul Masih Layak Disebut Kawasan Gunung Sewu? Dan tulisan menarik lainnya di Uneg-uneg.