Umum adanya jika wanita di desa akan menikah di umur sekitar 19-25 Tahun. Minimal itu yang ada di desa saya. Dan tidak umum jika ada perempuan lajang bahkan belum memiliki calon pendamping di usia yang hampir menginjak 30 tahun belum menikah.
“Jane ngenteni apa to mbak, seng digolek i seng piye? Mbok aja kakehan pilih-pilih mengko ora kepilih malah kangelan nek wes umur.”
Duh, susahnya perempuan lajang usia 28 tahun seperti saya yang masih banyak sekali cita-cita yang mau dicapai, tetapi tetangga yang selalu bicara ini itu. Seraya patokan usia tua dan muda mereka yang tahu. Dan yang paling parahnya lagi mereka “kasihan” dengan apa yang terjadi pada wanita lajang 28 Tahun ini.
“Mesakno kae lo, wes umur semono durung ana seng nakokke.”
Keluarga justru tidak mempersoalkan jadi perempuan lajang di usia 28 tahun
Seolah-olah mereka tahu apa yang wanita lajang ini rasakan, jadi mereka sungguh aneh, bukan.
Sebenarnya bukannya tidak mau cuek, tetapi perasaan “kasihan” yang mereka lontarkan, bicarakan bahkan disampaikan kepada keluarga saya ini sungguh membuat jengkel hati. Padahal keluarga besar tidak mempermasalahkan. kenapa tetangga yang meributkan.
Duh, susahnya lajang di usia ini.
Coba yang pernah merasakan atau sekarang sedang dalam posisi menjadi perempuan lajang di usia 28 tahun atau lebih. Apakah merasakan apa yang saya rasakan ini. Sama tidak dengan pikiran saya. Karena beginilah hidup di desa, mereka yang biasa memperhatikan dan saling tolong menolong satu sama lain, eh terkadang “keblabasen” sampai memikirkan takdir orang lain. wkwkwk…
Matur suwun sudah di perhatikan. Salam sayang saudara dan tetangga.
Indah Sari, Blora Jawa Tengah, indahsarii6667@gmail.com
BACA JUGA Punya Tunangan Pegawai Bank Buat Aku Waswas Terus dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini.