Di dunia nyata, aku bukanlah tipe orang yang terlalu memikirkan apa kata orang. ๐๐ข๐ฌ ๐จ๐ข๐ฎ๐ฑ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฃ๐ข๐ฑ๐ฆ๐ณ istilah kekiniannya. Suatu hal yang aku anggap sebagai suatu kelebihan yang melekat pada diriku. Karena tidak semua orang bisa melakukan ini.
Terlihat mudah untuk diterapkan, namun kenyataannya sama sekali tidak. Terlebih untuk kebanyakan orang Indonesia yang memiliki sifat ๐จ๐ข๐ฌ ๐ฆ๐ฏ๐ข๐ฌ๐ข๐ฏ. Ditambah lagi dengan diriku yang kurang secara fisik. Memiliki wajah berjerawat kemerahan yang secara jelas mampu dilihat oleh semua orang bahkan sejak pertama kali bertemu jelas bukanlah hal yang menyenangkan.
Dipandang sebelah mata oleh orang-orang sudah biasa bagiku. Jadi, sifat ๐ฃ๐ฐ๐ฅ๐ฐ ๐ข๐ฎ๐ข๐ต ini sangat berguna untukku di tengah kekurangan fisikku yang satu ini.
Masalahnya, sampai kapan aku bisa bertahan dengan pandangan dan perlakuan orang-orang padaku? Apakah aku selalu mampu menghadapi hal seperti itu setiap saat, dengan orang yang berbeda-beda? Tentu tidak.
Bagi orang yang berjerawat sepertiku, pasti paham sekali rasanya bagaimana sulitnya menghilangkan jerawat. Pasti ingin sekali rasanya jerawat di wajah ini segera hempas dan mengembalikan kondisi wajah seperti semula. Tidak perlu sampai secantik artis k-pop, yang penting wajah ini bebas dari jerawat dulu. Itu saja. Sayangnya, kenyataannya tidak semudah itu.
Orang terdekat
Seperti yang pernah dikatakan, bahwa kelemahan seseorang terletak pada orang terdekatnya tampaknya benar. Aku mempunyai seorang sahabat. Jujur saja, dia adalah teman terbaikku. Kami telah berteman selama bertahun-tahun. Jadi, bisa dikatakan kami sudah banyak mengenal satu sama lain. Saling tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Aku akui, sahabatku ini cantik. Benar-benar cantik. Wajahnya bebas dari jerawat walau separah apapun pola hidupnya. Wajahnya memang bukan tipe yang mudah berjerawat sehingga dia tidak harus ๐ด๐ฌ๐ช๐ฏ๐ค๐ข๐ณ๐ฆ-an rutin untuk menjaga wajahnya. Tuhan, aku juga ingin seperti itu, tolong.
Pada suatu waktu, kami sedang membahas skincare. Sungguh, suatu topik yang kurang kusukai karena pasti akan membahas jerawat, jerawat, dan jerawat. Tak lupa dengan kata-kata sedikit merendahkan. Menjengkelkan sekali. Dia bercerita mengenai dirinya yang jarang sekali ๐ด๐ฌ๐ช๐ฏ๐ค๐ข๐ณ๐ฆ-an, secara halus membanggakan wajahnya yang ๐จ๐ญ๐ฐ๐ธ๐ช๐ฏ๐จ itu.
Aku sama sekali tidak iri dengan wajahnya yang cantik itu. Tidak. Tapi, caranya berbicara seolah-olah mengatakan, โ๐๐ถ๐ฆ ๐ฏ๐ช๐ฉ ๐ญ๐ฉ๐ฐ, ๐ธ๐ข๐ญ๐ข๐ถ๐ฑ๐ถ๐ฏ ๐ซ๐ข๐ณ๐ข๐ฏ๐จ ๐ด๐ฌ๐ช๐ฏ๐ค๐ข๐ณ๐ฆ-๐ข๐ฏ ๐ต๐ข๐ฑ๐ช ๐ต๐ฆ๐ต๐ฆ๐ฑ ๐จ๐ญ๐ฐ๐ธ๐ช๐ฏ๐จ ๐ต๐ถ๐ฉ. ๐๐ข๐ฌ ๐ซ๐ฆ๐ณ๐ข๐ธ๐ข๐ต๐ข๐ฏ. ๐๐ข๐ฏ๐ข ๐ด๐ถ๐ฌ๐ข ๐ฃ๐ฆ๐จ๐ข๐ฅ๐ข๐ฏ๐จ ๐ฑ๐ถ๐ญ๐ข. ๐๐ช๐ฉ๐ช, ๐จ๐ถ๐ฆ ๐ข๐ซ๐ข ๐ถ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ฃ๐ฆ๐ณ๐ฎ๐ช๐ฏ๐จ๐จ๐ถ-๐ฎ๐ช๐ฏ๐จ๐จ๐ถ ๐จ๐ข๐ฌ ๐ฎ๐ข๐ด๐ฌ๐ฆ๐ณ๐ข๐ฏ.โ Bayangkan dia berbicara seperti itu di depanku yang dia tahu persis perjuanganku menghilangkan jerawat. Maksudnya apa? ๐๐ฆ๐ฏ๐จ๐ข๐ซ๐ข ๐ญ๐ฐ ๐ฃ๐ฆ๐จ๐ช๐ต๐ถ ๐ฅ๐ฆ๐ฑ๐ข๐ฏ ๐จ๐ถ๐ฆ?
Hanya itu? Oh, tentu saja tidak. Sejak awal pembahasan ini aku sudah mati-matian bersikap baik-baik saja dan ikut tertawa mengenai ceritanya yang sama sekali tidak lucu dan terkesan sombong itu. Dia, dengan tidak sadar diri, terus bercerita tanpa henti hingga sampai pada suatu kalimat yang tidak akan pernah kulupakan selamanya.
Bahkan, setelah dua tahun berlalu, aku masih ingat persis bagaimana dia berkata dengan entengnya di depanku dengan nada yang sama sekali tidak menyenangkan. โ๐๐ข๐ฎ๐ถ ๐ฌ๐ข๐ฏ ๐ถ๐ฅ๐ข๐ฉ ๐ด๐ฌ๐ช๐ฏ๐ค๐ข๐ณ๐ฆ-๐ข๐ฏ ๐ฏ๐ช๐ฉ, ๐ฌ๐ฐ๐ฌ ๐จ๐ข ๐จ๐ญ๐ฐ๐ธ ๐ถ๐ฑ ๐จ๐ญ๐ฐ๐ธ ๐ถ๐ฑ ๐ซ๐ถ๐จ๐ข? ๐๐ฆ๐ณ๐ค๐ถ๐ฎ๐ข ๐ฅ๐ฐ๐ฏ๐จ.โ Dia berbicara dengan begitu ringan, begitu santai tanpa memikirkan seberapa menyakitkannya ucapan itu untukku. Sesama ๐ข๐ค๐ฏ๐ฆ ๐ง๐ช๐จ๐ฉ๐ต๐ฆ๐ณ pasti paham sekali rasanya.
Sakit hati banget
Jika yang berkata seperti itu bukan sahabat terbaikku, mungkin aku tidak akan sesakit hati ini. Jika yang mengatakannya adalah orang lain, aku masih bisa bersikap santai dan menganggap perkataan itu seperti angin lalu. Tapi ini? Bahkan aku tidak pernah menyangka bahwa kata-kata setajam itu akan keluar dari mulutnya. Dia tahu persis bagaimana diriku, tapi dia malah menjatuhkanku dengan kata-kata berbalut nada manis itu. Benar-benar menyakitkan.
Sejak saat itu aku sadar sepenuhnya, bahwa orang terdekat adalah orang yang paling berpotensi menyakitimu berkali-kali lipat lebih menyakitkan. Contohnya saja masalah jerawat ini. Mungkin aku yang terlalu naif saat itu bahwa orang terdekat adalah orang yang selalu ada untuk kita. Tapi kenyataannya, tidak juga. Malah mereka inilah yang paling tahu kelemahanmu sehingga bisa melukaimu dengan ๐ต๐ฆ๐ฑ๐ข๐ต dan mulus. Dia tahu banyak hal tentang dirimu.
Untuk semuanya termasuk diriku, tolong jaga perkataan kalian. Kita tidak pernah tahu seberapa menyakitkan kata-kata kita walaupun orang lain yang mendengarnya tetap bersikap santai seolah bukan masalah besar.
Alicia Nana,
Padang,
moonnaliciaa@gmail.com
BACA JUGA Siapa Bilang Jadi Pengusaha Itu Nikmat?! Nih Saya Jelasin Kondisinya dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok diย UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-unegย bisa dikirimย di sini
ย