Ini adalah keluh kesah dari seorang anak yang sedari kecil selalu dianggap pintar oleh keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Padahal aku juga memiliki banyak kekurangan dan tidak seperti apa yang orang lain pikirkan terhadapku. Berbagai ekspetasi dari orang lain membuatku susah untuk menjadi diri sendiri.
Pengen berbagi saja bagaimana perasaan anak yang selalu terbebani dengan berbagai macam ekspetasi orang lain. Dan rasanya hidup di bawah ekspetasi orang lain.
Anggapan ini bermula karena Aku selalu mendapat nilai bagus dan berprestasi dari TK sampai SMP. Orang-orang di sekitarku dan juga teman-temanku menganggap aku ini anak yang pintar karena dapat menyerap dan mengerti sesuatu dengan cepat.
Begitu pun keluargaku. Keluarga ku selalu membangga-banggakan aku di hadapan keluarga besar dan juga tetangga kami. Mereka selalu berbicara jika aku mendapat ranking 1 ataupun aku menang lomba. Sehingga beberapa saudara dan tetangga berpikir kalau aku ini anak pintar, hebat, dan juga serba bisa.
Padahal aku pintarnya pas SD dan SMP saja, kesananya yah kalau gak remedial juga sudah alhamdulillah hehe.
Faktanya tidak seperti itu. Aku pun juga mempunyai banyak kekurangan, seperti halnya manusia pada umumnya. Banyak yang tidak aku bisa dan aku tidak pandai dalam melakukan sesuatu. Aku juga kadang kesulitan dalam mempelajari beberapa hal. Aku juga masih harus banyak belajar sama seperti teman-temanku yang lain.
Anggapan-anggapan itu terus berlanjut hingga aku seusia sekarang. Sehingga banyak orang yang berekspetasi tinggi terhadapku. Jadi jika aku tidak dapat melakukan sesuatu atau aku tidak sesuai dengan ekspetasi mereka, banyak kalimat yang seakan meremehkanku.
Dianggap pintar justru menjadikanku overthinking
Seperti, jika aku mendaftar PTN, orang-orang di sekitarku pasti akan bilang, “Ah kamu pasti bisa lah masuk situ, kan kamu pinter. Pasti lolos.” Jujur kalimat seperti itu membebaniku karena aku berpikir aku harus bisa dan harus dapat apa yang sedang aku lakukan.
Dan jika akhirnya aku gagal untuk masuk PTN itu, orang di sekitarku akan bilang lagi, “Kok kamu gak lolos sih? Kan kamu pintar. Si A aja masuk kok padahal kamu lebih pintar dari dia.”
Terkadang juga beberapa teman ku ada yang meminta bantuanku. Jika aku tidak bisa, maka mereka akan bilang, “Yah kok lu gak bisa sih, padahal kan lu pinter. Gue kira lu sepinter itu taunya enggak.” Yaelah, padahal aku gak pernah nge-claim kalau aku pintar.
Komentar-komentar seperti itu yang akhirnya membuatku sering overthinking dan juga merasa aku anak yang bodoh dan gagal. Aku juga akhirnya takut akan komentar orang yang membuatku takut untuk berbicara.
Aku juga selalu takut gagal karena aku takut jika orang-orang akan men-judge ku dan meremehkan ku. Akhirnya terbentuk lah karakterku yang harus selalu bisa dan berhasil jika melakukan suatu hal bagaimanapun caranya.
Ekspetasi yang terlalu tinggi dari orang-orang di sekitarku membuat aku hidup dengan standar dan ekspetasi yang orang lain ciptakan kepadaku. Beberapa kali aku menegaskan kepada diriku untuk tidak mengikuti ekspetasi orang lain, tapi hasilnya selalu gagal.
Tolong, jangan menaruk ekspetasi terlalu banyak pada orang lain
Aku akan selalu peduli tentang apa yang orang lain katakan kepadaku. Dan mungkin sampai kapanpun, aku akan terus hidup dengan ekspetasi orang lain dan susah untuk menjadi diriku sendiri.
Pesanku kepada orang-orang yang selalu berekspetasi kepadaku dan kepada orang-orang di sekitarnya. Tolong jangan menaruh banyak ekspetasi kepada orang lain. Setiap manusia pasti mempunyai kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
Tidak ada manusia di dunia ini yang sempurna. Jadi tolong jangan beranggapan kalau aku ini serba bisa, aku juga mempunyai segudang kekurangan dalam diriku. Dan tolong jangan asal men-judge orang lain jika kalian tidak tahu bagaimana proses yang sudah mereka lalui.
Anaa Serua Indah, Tangerang Selatan annaaksyng@gmail.com
BACA JUGA Gen Z yang Terbebani karena Selalu Dituntut Sukses di Usia Muda dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini