Memiliki hubungan baik dengan dosen apalagi dosen pembimbing dipercaya akan meraih nilai bagus. Tidak sedikit mahasiswa di Indonesia berusaha keras untuk meraihnya, tentu dengan berbagai cara.
Misal, membawakan makanan, minuman kesukaan, selalu aktif di kelas, bertanya kepada teman sekelompok yang sedang presentasi (padahal kadang cuma buat caper aja), nyeletuk nggak jelas biar suasana kelas lebih cair, dan masih banyak lagi.
Dosen yang biasanya seperti perpustakaan. Yang mengerti banyak hal. Tetapi justru kali ini sepertinya tidak memahami konsep humor. Seperti yang saya alami, bulan lalu, saat saya chat pihak pusat data dan penelitian di kampus tempat saya menimba ilmu. Ini karena saya ingin mengajukan transkip nilai sementara untuk keperluan kerja. Kemudian beliau menjawab “hubungi kaprodi anda”.
Padahal, saya menghubungi pusdatin karena tidak ingin mengganggu kaprodi saya. Karena dia selalu sibuk, bahkan saking sibuknya ia sering curhat di kelas kalo ia sering begadang karena tugas kampus.
Kebetulan kaprodi ini dosen pembimbing akademik saya. Selang beberapa jam, saya mendapat dua panggilan tidak terjawab dari dosen pembimbing. Kemudian saya chat dengan sopan. Ternyata dia marah kepada saya, karena ia menilai hal yang saya sampaikan kepada pusdatin adalah hal yang tidak sesuai fakta.
Emang asu! Padahal saya hanya bilang “Kaprodi saya sibuk pak hehe” tetapi tetap saja dia menceramahi saya sampai jam setengah sebelas malam.
Saya sudah minta maaf, tapi chat saya sampe detik ini, dosen pembimbing itu belum membalas. Mungkin dia sedang sibuk. Rasanya, tidak ingin lagi saya bercanda di belakang dosen pembimbing. D
ari sini saya sadar, kalau bercanda di belakang dosen pembimbing merupakan salah satu dosa besar yang dilakukan mahasiswa.
Mela Sri Ayuni Kp. Gosali Ds. Sukarame Kec. Cikeusal Kab. Serang-Banten melasriayuni@gmail.com
BACA JUGA Keluh Kesah Orang yang Sering Dianggap Pintar dan Serba Bisa dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini