Saat kita dilahirkan tentunya tidak punya pilihan untuk memilih menjadi anak sulung, anak tengah maupun menjadi anak bungsu. Soal itu memang kita tidak memiliki kuasa, anggap saja kita diberi peran ya kita harus menjalani lakon kehidupan kita dengan baik.
Aku yang merupakan manusia yang dilahirkan menjadi anak bungsu di keluargaku. Sebenarnya aku juga ingin menjadi anak sulung ataupun tengah. Alasannya sebenarnya cukup simpel, aku udah capek dapet stereotip dari orang-orang yang menganggap bungsu itu banyak minusnya.
Anak bungsu kerap kali dikira sangat lemah dan noob dalam hal apapun. Padahal bungsu sangat keren \dengan badainya sendiri. Bungsu acapkali dianggap sebagai manusia yang manja. Nyatanya aku kerap membersamai bungsu yang malah pekerja keras dan pengertian kepada kakaknya.
Anak bungsu akan manja jika memang waktunya. Biasanya bungsu akan manja kepada orang yang ia sayangi dan orang yang ia anggap sebagai orang yang bisa melindungi.
Setelah mendapati cerita dari orang-orang yang kutemui, aku semakin terombang ambing antara ingin membenarkan diriku agar tidak menjadi anak bungsu atau tetap saja yang benar aku yang jadi anak bungsu.
Memang kebanyakan pasti menganggap anak bungsu adalah anak yang manja, cengeng, egois dan sifat-sifat negatif lainnya. Namun, karena aku adalah salah satu manusia bungsu dan kurang terima dengan stereotip dari orang-orang maka aku akan menjadi manusia yang berdiri tegap membela manusia-manusia bungsu hehehe
Komunitas anak bungsu
Sebelum aku membela manusia bungsu, tampaknya akan menarik jika membuat sebuah komunitas anak bungsu. Karena cukup banyak yang kudengar dari si bungsu lain, sepertinya cocok sekali jika bungsu tersakiti ini membuat komunitas yang berisikan bungsu.
Setidaknya dalam komunitasnya para bungsu akan mendapatkan apresiasi oleh sesama bungsu, saling mendengar keluh kesah atau bahkan saling adu siapakah bungsu yang paling tersakiti.
Aku jadi memikirkan siapa ya yang bakal menjadi ketua komunitas bungsu. Apakah manusia bungsu dengan kakak yang selalu menyakiti, bungsu dengan kakak yang baik, bungsu yang jadi yatim atau piatu, atau mungkin yang lainnya yang lebih tersakiti pastinya.
Sepertinya akan sangat menarik jika benar-benar ada perkumpulan manusia bungsu. Pasti tiap tahun ada pertemuan, raker dan hal yang lucu layaknya komunitas lainnya.
Klarifikasi dari manusia bungsu
Sebagai manusia yang sudah ditakdirkan menjadi anak bungsu, aku akan mencoba untuk klarifikasi dan mengupas stereotip kebanyakan orang yang nyatanya ada salahnya. Kali ini aku tak akan mendongengkan kata kata si bungsu dikejar umur orang tua bla bla bl.
Namun, cukup klarifikasi singkat dariku yang mewakili manusia bungsu lain yang kutemui dengan segala uneg-unegnya. Anak bungsu yang jengkel mendengar stereotip dari orang lain yang menganggap si bungsu adalah manusia paling menjengkelkan dan minuuss puuoll sifatnya.
Beberapa bungsu membenarkan bahwa menjadi terakhir yang tinggal bersama orang tua itu susah. Itu karena jadi anak yang tidak pernah dikangenin oleh orang tuanya. Tapi jika ingin bekerja ataupun berkuliah di tempat yang agak jauh pasti udah terkena pukulan kalimat oleh kakak “ntar Ayah sama Bunda sama siapa? Kamu tega ninggalin mereka?”
Udah nih kalau dapat pertanyaan semacam itu auto nggak jadi kemana-mana dan mending di rumah saja.
Tak sedikit yang bilang bahwa anak bungsu itu enak, tapi nyatanya cukup banyak beban dan aneka macam ekspektasi yang membuat si bungsu capek karena harus memenuhinya. Dan bagian paling menyakitkan adalah bungsu melihat orang tua masih jaya dan selalu mendukung apapun keinginan kakak. Namun, giliran si bungsu itu sendiri malah kehilangan masa jaya orang tua di saat bungsu butuh dukungan dari mereka.
Bungsu terbiasa membersamai kakak kakaknya untuk sekadar main dan berkeluh kesah. Nyatanya bungsu terpaksa harus melihat kakaknya keluar dari rumahnya karena sudah menemukan pujaan hatinya.
Kakak yang janji membersamai anak bungsu itu bohong
Namanya juga hidup memang begitu kan alurnya, yang menjengkelkan itu diberi bumbu pemanis oleh kakak. Bahwa setelah menikah akan tetap membersamai si bungsu dan katanya kakaknya akan memberikan porsi masing-masing untuk si bungsu, istri, ibunya, dan ibu mertuanya. Hilih itu semua bohooooongggg wkwkkwk
Semua ada porsinya masing-masing. Untuk menghibur diri aku selalu meyakinkan bahwa orang yang berfikir negatif tentang bungsu adalah orang yang mengangkat derajat keluarganya dengan susah payah tetapi melihat adik bungsunya yang terlihat tidak ada beban. Mereka yang membenci bungsu adalah orang yang belum menemukan bentuk kasih sayang dari seorang bungsu.
Dan aku kadang menguatkan diri sendiri dan sesama bungsu dengan kalimat “Kalau bukan kita yang jadi anak bungsu, siapa lagi. Tidak semua sekuat kita si manusia bungsu”
Beberapa bungsu memang anak yang direpotkan oleh keluarganya. Ada juga bungsu yang diistimewakan dibanding kakak-kakaknya. Sementara dalam kasus lain, bungsu mungkin akan ditantang oleh beberapa peran tertentu dalam keluarganya.
Sekian dan terima kasih, tabik!
Luthfi Rosyidah Grogol, Kediri luthfi.rosyidahh@gmail.com
BACA JUGA Tuhan, Mengapa Saya Terlahir Menjadi Manusia Seperti Ini? dan keluh kesah lain dari pembaca Mojok di UNEG-UNEG
Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg bisa dikirim di sini