Derita Jadi Freelancer Saat Ditanya, “Kerja di Mana?”

Derita Jadi Freelancer Saat Ditanya, "Kerja di Mana?" MOJOK.CO

Derita Jadi Freelancer Saat Ditanya, "Kerja di Mana?"

Orang bilang, jadi freelancer itu enak dan gampang apalagi kalau bicara soal penghasilan yang didapat. Memang benar, itu fakta. Namun, tentu saja segalanya tak semenarik persepsi kebanyakan orang. Layaknya pepatah, rumput tetangga memang selalu indah. 

Nyatanya, bertahun-tahun terjebak di dunia freelance benar-benar membuat saya jenuh. Meski begitu saya tetap terus belajar demi menekuni pekerjaan ini karena sudah jadi penghasilan utama. Mau kerja apa pun dan di mana pun sudah pasti ada plus minus dan risikonya, bukan? 

Saat ada yang bertanya, “Kerja di mana?” Saya sampai frustrasi memikirkan jawabannya. 

Meskipun belakangan ini pekerja lepas sudah bertebaran di mana-mana, tetapi tidak sedikit yang belum tahu freelancer itu apa. 

Saya capek sendiri kalau harus menjelaskan ini dan itu untuk sekadar menuntaskan keingintahuan orang. Tentang  mengapa saya sering mengurung diri di rumah, jarang bersosialisasi. 

Juga tentang alasan mengapa saya pacaran terus sama laptop dari pagi sampai malam dan bukannya cari suami beneran. Alhasil, banyak sekali orang yang mengira kalau saya ini pengangguran yang anti sosial.

Saya sebal setengah mati saat ada salah satu keluarga (yang jelas bukan orang tua saya) yang bertanya, “Kamu ini, kok, masih kerja online. Memang gajimu berapa?” Sampai detik ini saya tidak bisa lupa nada bicaranya yang sinis dan begitu merendahkan.

Berhenti campuri urusan orang lain, apalagi soal kerja

Woy, bukannya takaran gaji itu sangat privasi, ya? Tante saya yang mendengarnya pun sampai ikutan membela sambil ketawa nyinyir. Sebagai seseorang yang masih sangat waras, saya hanya bisa diam tercenung, begini amat jadi freelancer.

Marah, sih, tidak. Hanya saja saya tidak menyangka pertanyaan sampah macam itu terlontar dari mulut seorang yang berpendidikan dan punya jabatan tinggi pula.

Punya gaji ‘cukup’ tiap bulan tetapi kalau tidak diakui dan dihargai rasanya tetap seperti ada yang kurang sampai membuat diri ini jadi rendah diri terus-menerus bahkan beberapa tahun lalu saya masuk rumah sakit gara-gara kena mental.

Buat kamu yang membaca uneg-uneg ini, berhentilah mencampuri urusan orang lain dan mulai sekarang tolong hargai privasi orang-orang di sekitarmu.

Hindari pertanyaan sampah seperti skripsimu sudah selesai belum, kapan lulus, kerja di mana, kapan nikah, kapan punya anak. Sebelum mempertanyakan soal itu, tanyakan dulu pada diri sendiri, kapan kamu mati?

BACA JUGA “Kerja di Mana?” dan Cara-Cara Menjawabnya

Astrids Lovely, Kalisalak, Kec. Batang, Kab. Batang, Jawa Tengah
kingalexandre38@gmail.com

Keluh kesah dan tanggapan Uneg-uneg  bisa dikirim di sini

Exit mobile version