Motoran bareng pasangan ke tempat-tempat yang katanya “hidden gem” menjadi suatu momen membahagiakan. Pegangan tangan sambil bercanda yang ujungnya cuma dijawab, “Hah? Heh? Ngomong apa?” sepertinya menjadi pengalaman yang susah ditemui jika memakai jenis kendaraan lain. Dan tipe motor yang sering menjadi sarana yang-yangan ini biasanya motor matik.
Dari sekian banyak motor matik, kebetulan saya pernah mencoba dua di antaranya, yakni Honda Scoopy dan Yamaha Fino. Honda Scoopy adalah motor yang saya miliki sendiri, sementara Yamaha Fino adalah motor yang saya pinjam dari tetangga. Tapi mohon maaf, Yamaha Fino ternyata lebih enak buat yang-yangan ketimbang Honda Scoopy.
Kebetulan Scoopy yang saya miliki adalah lansiran tahun 2018. Entitas lain dari marga Scoopy yang awal kemunculannya memberi kejutan dari tipe sebelumnya karena memakai ban dengan diameter 12 inci, beda dengan varian pendahulu yang memakai lingkar ban 14 inci. Dampaknya, look si motor retro keluaran Honda jadi lebih bantet nan menggemaskan.
Dulu waktu pertama melihat iklannya, saya langsung kepincut sama si Scoopy ini. Dan tanpa fafifu was wes wos, saya putuskan beli Honda Scoopy tahun 2018. Tentu saja bayarnya kredit. Kenapa kredit? Kata Pak Prabowo, karena kita nggak punya uang.
Cicilan terus berjalan dengan pemakaian si Scoopy melewati berbagai situasi. Tentu saja, situasi yang paling penting adalah menemani saat yang-yangan dengan doi. Sayang sekali, di balik ikon skutik retro andalan Honda, ada saja yang bikin nggak enak pas jalan-jalan sama pasangan.
Meski bannya yang jumbo bikin getaran pas melewati jalan gerudukan agak berkurang, jok yang tipis dan paduan shock belakang yang sering mentok nggak bisa ditutupi. Sering sekali pasangan saya sambat perkara shock yang mentok ini.
“Hati-hati kalau bawa motor, dong! Rasanya kayak disambit pakai tongkat kasti,” begitu katanya sambil menggaplok helm saya.
Tentu saja saya merasakan hal serupa pas dibonceng memakai si Scoopy. Bukan hanya soal shock yang mentok pas menghantam jalan-jalan nggak mulus, posisi pembonceng pun sering melorot. Kalau melorotnya ke depan sih saya senang-senang wae, lha ini melorotnya ke belakang. Bahaya banget, kan? Bikin risiko pembonceng mendadak terjungkal makin terbuka lebar.
Belum lagi soal akselerasi, si Scoopy ini lelet banget. Dipakai boncengan makin menjadi-jadi respons lemotnya. Apalagi jika boncengan sama pasangan ke daerah yang didominasi jalanan naik turun, sudah bisa dipastikan si Scoopy bakal ngos-ngosan kayak nggak kuat melibas jalanan yang menanjak.
Ban gambot dan hanya dibekali mesin berkapasitas 110 CC mungkin jadi faktor penyebab utamanya. Bodi Scoopy juga terasa kurang kompak. Suara getar bisa saja timbul. Suara kayak gitu sangat mengganggu pas yang-yangan naik motor ini. Bisa menimbulkan salah paham dan jadi kurang asyik untuk basa-basi sama pasangan.
Belum lagi masalah ban Scoopy yang lebih cepat habis. Bagi saya yang kaum mendang-mending malah bikin menangisi saldo yang… hmmm, jadi pengin ngepet.
Suatu ketika saya dapat kesempatan mencoba skuter matik lainnya milik tetangga karena si Scoopy lagi kempes bannya. Jadilah saya meminjam Yamaha Fino sebagai solusi lantaran kadung janjian sama pasangan buat jalan-jalan menikmati wisata alam.
Impresi pertama waktu memegang kunci skuter bernama Yamaha Fino ini nggak ada bedanya sama si Honda Scoopy, tapi begitu pegang stangnya, rasanya lebih nyaman, clean, dan pakem gitu. Tentu kesan retronya juga lebih dapat. Mungkin karena efek dari bentuk speedometer yang membulat kali ya, beda dengan Scoopy milik saya yang mengotak.
Akan tetapi, harus saya akui, dari segi bentuk si Fino ini lebih aneh dibanding Scoopy. Eits, tapi kualitas bodi Fino rasanya lebih yahud, lebih tebal, dan nggak gampang getar. Fino juga menggunakan lingkar ban yang lebih besar dibanding Scoopy, yakni 14 inci. Ini menjadikannya sedikit lebih unggul karena bannya lebih awet dan nggak cepat minta ganti.
Sepanjang perjalanan dengan pasangan, basa-basi di atas motor nggak begitu terganggu dengan suara getar bodi. Rasanya adem ayem dan minim miskomunikasi. Soal suspensi pun si Fino lebih nyaman. Shock breaker mentok nggak saya rasakan. Pasangan saya pun nggak mengeluh ketika menapaki jalanan yang jelek. Doi enjoy-enjoy saja tuh. Padahal untuk ketebalan jok, si Fino ini hampir sama dengan Scoopy milik saya, lho. Yang jelas, jok Fino nggak bikin pasangan saya melorot saat dibonceng.
Soal kapasitas mesin, Fino juga lebih unggul. Kapasitas mesinnya yang 125 CC bikin jalanan menanjak mudah dilalui. Apalagi di jalanan lurus, langsung was wus wes wos gas pol, deh.
Mungkin dari segi tampilan Scoopy 2018 yang saya miliki memang lebih mantul. Tapi, untuk urusan yang-yangan pakai motor, Fino keluaran tahun 2018 lebih nyaman dan nggak bikin salah paham karena bodi ngeternya. Mau motoran ke mana saja nggak masalah.
Ada yang mau tukar Yamaha Finonya dengan Honda Scoopy milik saya?
Sumber Gambar: Unsplash