#2 Wonosobo nggak cocok untuk orang yang suka hedon
Kalian yang suka hedon dan menghambur-hamburkan uang nggak cocok tinggal di Wonosobo. Di sini tidak ada mal, tempat makan mewah, atau pusat hiburan lain. Biaya hidupnya pun relatif murah.
Bayangkan saja, di pagi hari kebanyakan warga memasak di rumah atau jajan nasi megono yang harganya sangat ramah di kantong itu. Siangnya mereka bekerja atau sekolah. Sorenya mereka pulang, lalu menghabiskan waktu bersama keluarga. Mau jalan-jalan atau nongkrong di malam hari sangat mager karena hawanya yang terlampau dingin.
#3 Tidak terbiasa belanja di pasar tradisional
Kuburkan niat kalian tinggal di Wonosobo kalau belum terbiasa belanja di pasar tradisional. Bagi warga Wonosobo, pasar adalah sumber utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sangat jarang supermarket atau pusat perbelanjaan modern di sana. Itu mengapa, sebaiknya kalian mulai membiasakan diri dengan bau dan riuhnya pasar kalau ingin hidup di Wonosobo. Termasuk, terbiasa dengan berinteraksi dengan pedagang dan warga yang berbelanja di pasar.
Asal tau aja, setiap kecamatan Wonosobo memiliki pasar tradisionalnya sendiri. Pasar-pasar ini bisa bertahan karena rasa kebersamaan dan gotong royong yang terbangun di sana. Benar-benar guyub pokoknya.
Persis seperti paragraf pembuka di artikel tentang Wonosobo sebelumnya. Daerah ini memang dikenal orang-orang sebagai tempat yang indah dan nyaman untuk ditinggali. Tapi, tunggu dulu, tempat indah ini sebenarnya nggak cocok untuk semua orang. Tiga tanda di atas hanyalah beberapa. Sebaiknya kalian pikir ulang sebelum menyesal memutuskan tinggal di Negeri di Atas Awan.
Penulis: Yoga Aditya L
Editor: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.