Kalau ngomongin rok seragam siswi SMA di Jepang, bayangan kita langsung ke rok-rok sekolah yang sering terlihat di anime atau drama atau yang dipakai para idol macam AKB48? Lah, ya beda.
Kenyataannya, rok seragam siswi SMA Jepang aslinya nggak sependek itu juga kali. Para wibu atau wota atau otaku boleh berhalu, tapi sayangnya kalau ke Jepang, kalian nggak bakal nemu yang sependek itu. Sependek apa, sih? Di atas lutut maksudnya.
Sejarah
Menurut sejarah, seragam sekolah anak perempuan Jepang terinspirasi dari seragam pelaut Eropa, sementara seragam sekolah anak laki-laki terinspirasi dari seragam tentara Jepang. Meski ada beberapa model yang berbeda, dasarnya tetap sama, yaitu seragam pelaut.
Seragam pelaut (sailor-fuku/seifuku) ini pertama kali dibuat Elizabeth Lee pada tahun 1921. Elizabeth Lee sendiri merupakan kepala sekolah khusus perempuan Fukuoka Women’s College. Dulu, anak perempuan Jepang bersekolah menggunakan kimono, lho. Ketika musim panas, tentu saja mereka kepanasan dan susah bergerak.
Seragam “seifuku” ini membuat mereka merasa lebih nyaman untuk belajar dan beraktivitas di sekolah. Akhirnya, seragam mulai digunakan di beberapa sekolah dan menjadi seragam resmi di seluruh Jepang.
Aturan sekolah soal seragam dan penampilan
Seragam anak SMA di Jepang terlihat berbeda berdasarkan daerahnya, bahkan satu daerah saja kalau beda sekolah juga bakal berbeda model seragamnya. Meski katanya seragam daerah Niigata terkenal dengan rok seragam paling pendek di Jepang, Dewan Pendidikan Niigata memprotes agar rok seragam siswi SMA di daerahnya diperpanjang.
Sementara itu, siswi SMA di daerah Kanto dikenal lebih gaul. Ada yang bilang rambut boleh dicat, padahal aslinya ya nggak demikian juga. Kalau ketahuan diwarnai, pasti bakal berurusan dengan guru BK dan ujung-ujungnya orang tua dipanggil ke sekolah untuk dibina.
Meski ada sumber yang bilang para siswa di Jepang biasanya rela mengeluarkan uang untuk mendesain ulang seragam mereka menjadi seragam “gue-banget-gitu”, tetap saja hal itu sangat sedikit jumlahnya. Dan lagi-lagi, kalau ketahuan BK pasti akan diperingatkan agar nggak neko-neko.
Seragam sekolah di Jepang juga umumnya ada dua macam, seragam untuk musim panas dari bulan Juni sampai September dan seragam untuk musim dingin dari bulan Oktober sampai Mei. Para siswa diperbolehkan memakai blazer, celana panjang (boleh dipilih dan kalau perempuan memilih pakai celana wajib pakai dasi), rok bagi perempuan, pita besar, blus, sweater tanpa lengan, sweater, atau mantel/syal yang kalem warnanya. Celana training nggak boleh dipakai di bawah rok. Selain itu, kaos kaki berwarna hitam atau putih atau warna gelap yang nggak boleh bercorak, boleh juga memakai stoking tetapi nggak boleh yang mencolok warnanya.
Untuk rambut juga nggak boleh disemir, diwarnai, termasuk dikeriting. Panjangnya rambut juga disesuaikan agar nggak mengganggu selama beraktivitas di sekolah. Untuk sepatu sekolah juga nggak diperbolehkan memakai sepatu yang branded dan mahal, serta warna yang bercorak dan mencolok. Siswa nggak boleh memakai sandal atau sepatu sandal (seperti Crocs, dll.) saat ke sekolah. Sementara sepatu di dalam sekolah mengikuti aturan sekolah masing-masing.
Tas sekolah anak SMA Jepang memiliki desain yang sederhana dengan warna gelap (biru dongker, cokelat gelap, atau hitam). Baik siswa maupun siswi, semuanya sama dan sudah ditentukan oleh sekolah. Di SMA dekat asrama saya dulu juga sama, kok, tasnya untuk siswa maupun siswi. Modelnya seperti handbag, tetapi dengan ukuran yang lebih besar dan tali yang panjang, sehingga kalau capek menenteng di pundak bisa digendong atau diselempang. Satu tas bisa tiga cara memakainya.
Saya sama sekali belum pernah bertemu siswi yang rok seragamnya pendek di atas lutut selama di Jepang. Paling pendek, ya sebatas lutut itu. Kadang kalau berpapasan dengan mereka, kok, sama sekali nggak ada kesan cute dan seksi kayak di anime atau seragam idol, ya?
Sebenarnya ada bermacam-macam model seragam sekolah di Jepang. Setiap sekolah memiliki hak otoritas menentukannya. Saya pernah mendengar seorang anak kenalan saya memilih sekolah di satu sekolah karena seragamnya yang bagus. Pembicaraan seperti ini juga bukan sesuatu yang aneh di Jepang, lho. Mereka memilih sekolah demi seragamnya yang bagus, bukan kualitas sekolahnya. Hal ini lantaran rata-rata untuk kualitas sekolah di Jepang sama saja alias sudah merata.
Bagaimana dengan harga seragam sekolah di Jepang? Tahun 2018, biaya masuk sekolah di salah satu SMA di kota Narita totalnya menghabiskan 222.000 yen (sekitar 25 juta rupiah) dengan rincian uang masuk 120.000 yen, uang gedung 100.000 yen, dll. Uang SPP per bulannya bisa mencapai 50.000 yen (sekitar 6 juta rupiah) dengan rincian biaya sekolah 26.000 yen dan sisanya uang iuran (iuran gedung, lab, perpustakaan, AC, dll). Untuk biaya seragam beda lagi, seragam untuk siswa laki-laki sekitar 63.850 yen (sekitar 8 juta rupiah), 95.900 yen (sekitar 12,5 juta rupiah). Itu belum termasuk harga seragam olahraganya, ya. Harganya benar-benar wow.
Cosplay
Seragam sekolah Jepang memang sangat populer sehingga membuat banyak orang asing ingin membelinya untuk sekadar cosplay. Seragam sekolah, terutama seragam sailor, menjadi ikon budaya pop Jepang dan kita dengan mudah bisa melihatnya di manga dan drama-drama Jepang. Saya pernah melihat seragam sailor ini dijual di toko khusus anime, lho. Pasti dibeli otaku dan wibu, deh.
Saya juga pernah melihat wisatawan Korea dan Tiongkok yang berkeliling di tempat wisata dengan menggunakan seragam sailor ini. Padahal biasanya wisawatan itu berkeliling ya memakai pakaian tradisional kimono biar kelihatan Jepang banget. Namun, ternyata anak muda sekarang jauh lebih memilih memakai seragam sailor sebagai kenang-kenangan pernah di Jepang.
Ada juga baru-baru ini siswi SMA yang sudah lulus menjual “mantan seragam”-nya di marketplace. Tentu dengan harga yang fantastis, sefantastis dulu saat mendapatkan barunya, kan? Ini pasti jadi sasaran empuk para otaku yang ingin mengoleksi seragam siswi SMA. Entah dengan halu dan delusi yang bagaimana. Hadeh, ada-ada saja, ya.
Sekali lagi, sebenarnya banyak seragam sekolah di Jepang yang roknya itu sopan dan nggak pendek. Kalaupun ada yang pendek, biasanya hanya oknum saja dengan cara menaikkan roknya. Tentu hal seperti ini nggak diperbolehkan dalam aturan sekolah Jepang.
Lagi pula, bahan seragam sekolah, khususnya rok, dibuat dari bahan yang nggak mudah terbang tertiup angin dan siswi Jepang juga pasti memakai celana kulot di dalamnya. Rok seragam siswi SMP bahkan jauh lebih panjang, lho, jika dibandingkan dengan rok seragam siswi SMA.
Kalau membayangkan harganya, sepertinya anak SMA sana juga nggak akan berani berbuat aneh-aneh dengan memodifikasi roknya. Apalagi kalau mengingat orang tuanya harus mengeluarkan banyak uang setiap bulannya.
Jadi, jangan berpikiran yang nggak-nggak ya soal rok seragam sekolah mereka~
BACA JUGA Kalau Kamu Pengin Tinggal di Jepang, Jangan Kaget dengan 6 Hal Ini dan tulisan Primasari N Dewi lainnya.