Dekat kampus Sanata Dharma, ada satu warung nasi rames legendaris di Jogja. Namanya Warong Texas 1978.
Texas dikenal sebagai Wild West di mana cowboy berkuasa layaknya cowok kabupaten bermotor Vario. Tapi kalau Warong Texas nggak ada hubungannya dengan kultur kebarat-baratan ini. Bahkan lokasinya bukan di Texas. Warong Texas adalah warung nasi rames legendaris di Jogja. Dengan lebih dari 50 pilihan menu yang harganya bersahabat bagi kantong cekak. Secara tak langsung, warung nasi rames ini ambil bagian dalam reformasi.
Saya nggak bermaksud melebih-lebihkan, bukan pula karena diendorse. Tapi, warung ini memang legendaris. Meskipun gaungnya nggak selantang warung pengguna jasa influencer, ia tetap ada selama 45 tahun. Beneran, umurnya sudah 45 tahun!
Daftar Isi
Sejarah panjang Warong Texas 1978
Warong Texas dengan bangga mencantumkan “1978” sebagai penanda tahun berdirinya. Dan memang layak dibanggakan, karena usia nggak bisa bohong. Tapi lebih dari sekadar usia, warung ini punya sejarah besar.
Sebenarnya Bu Arjo, pendiri Warong Texas, sudah berjualan sejak tahun 1960-an. Berawal dengan berjualan kupat tahu dan gorengan, Bu Arjo membuka lapak di utara Lapangan Realino Kampus 1 Universitas Sanata Dharma. Lokasinya memang strategis sih, karena jadi titik temu beberapa kampus besar.
Karena Universitas Sanata Dharma sering melakukan pertukaran pelajar, kampus ini nggak hanya dikunjungi warga lokal. Banyak mahasiswa mancanegara yang berkunjung ke warung yang dulunya tanpa nama ini. Salah satunya mahasiswa dari Amerika Serikat. Mahasiswa ini merasa karakter warung yang santai dan semi terbuka mirip dengan apa yang ada di Texas. Akhirnya lahirlah nama “Warong Texas.” Penyebutan warong dipertahankan untuk mengenang bagaimana si mahasiswa menyebut warung dengan dialek Amerika Serikat.
Akhirnya Warong Texas pindah sedikit ke dalam kampung, tapi nggak jauh dari lokasi pertama. Momen kepindahannya pada tahun 1978 menjadi momen berdirinya entitas Warong Texas. Dan sejak pindah, warung ini menjadi warung nasi rames seutuhnya.
Makin lama, warung ini makin ramai. Bagi mahasiswa pra-reformasi, pasti akrab dengan pemandangan deretan mahasiswa ngemper di pinggir jalan. Mau gimana lagi, dalam sehari bisa ratusan orang yang makan di warung itu. Alasan mereka mau berdesakan dan ngemper demi makan di sini akan saya jelaskan nanti.
Ketika reformasi menerpa, Warong Texas terpaksa tutup. Apalagi area Gejayan jadi titik api demonstrasi. Tapi tak tinggal diam, Warong Texas membagikan nasi gratis bagi demonstran. Bu Arjo bersama anak-anaknya berdiri di pinggir jalan sambil membawa bakul penuh nasi bungkus. Mereka mengoper bungkusan-bungkusan nasi itu pada semua demonstran yang lewat.
Pada 2010, Warong Texas direnovasi menjadi lebih layak. Menjadi warung yang kini bisa anda kunjungi langsung. Bu Arjo sendiri meninggal pada 2018 dan mewariskan warung ini pada anaknya, Bu Marsanti.
Secara sejarah, Warong Texas boleh disebut sebagai legenda. Tapi menurut Chef Alvin Leung, “taste is king”. Jadi, bagaimana dengan Warong Texas? Apakah cita rasa masakan di sana membuatnya pantas menjadi legenda warung rames?
Bagi saya, warung rames harus punya banyak pilihan menu. Dan Warong Texas adalah jagonya. Nggak tanggung-tanggung, warung ini menyediakan lebih dari 50 pilihan menu! Dari lauk, sayur, sampai pelengkap makanan. Mau saya tanya ibu saya, teman saya, atau adik tingkat, jawabannya sama. Mereka akan kebingungan di depan etalase makanan.
Primadona di warung ini adalah sambal terong dan ayam goreng. Untuk ayam gorengnya, warung ini dulu terkenal sangat murah hati. Potongan ayamnya besar untuk ukuran warung ramesan. Namun makin lama potongan ayam gorengnya diperkecil. Bukan demi menghemat biaya, melainkan agar pelanggan nggak buang-buang makanan. Toh dengan ukuran lebih kecil, harganya ikut turun.
Soal cita rasanya, menurut saya sangat rumahan. Simpel dan nggak neko-neko. Tentu cita rasa ala Jogja yang cenderung manis tetap terasa. Tapi nggak kelewat manis sehingga masih bisa dinikmati para perantau, kok. Dan kalau perkara ayam goreng, Warong Texas boleh bersaing dengan resto fried chicken lain. Meskipun rasanya simpel, nggak membosankan makan ayam di sini. Gurihnya pas, dagingnya pun tebal.
Ketika saya bertanya pada beberapa orang pelanggan, mereka bilang rasa masakan Warong Texas tetap sama. Bahkan ketika orang-orang ini sudah bertahun-tahun nggak makan di sana. Ini membuktikan bahwa warung warisan Bu Arjo ini bisa konsisten. Dan tentu saja konsistensi rasa ini menjadi nilai tambah selain pilihan menunya yang banyak.
Perkara pilihan menu, Warong Texas terpaksa mengurangi pilihan selama pandemi. Tentu karena nggak ada mahasiswa yang mengunjungi. Tapi dengan situasi menyebalkan itu, warung ini tetap menyediakan belasan pilihan menu. Pokoknya nggak kurang dari 15 menu setiap harinya. Dan ketika pandemi mereda, warung ini pelan-pelan mengembalikan citra “banyak pilihan rasa”.
Sahabat dompet cekak
Yang terakhir adalah harga. Karena kita bicara tentang kuliner Jogja yang katanya serba murah, apakah Warong Texas juga punya harga yang ramah UMR Jogja dan para perantau? Atau malah mahal karena berada di lokasi premium kuliner Jogja?
Ketika saya jajan nasi ayam sayur dan es jeruk, saya hanya perlu membayar 10 ribu rupiah. Apakah ini membuktikan kalau warung ramesan satu ini murah?
Sebenarnya Warong Texas memang dikenal sebagai warung makan murah sejak awal berdirinya. Makanya para mahasiswa di kampus-kampus sekitar Gejayan seperti Sanata Dharma rela untuk antre dan makan di trotoar. Sudah murah, enak, pilihan menunya banyak pula.
Karakter pemilik warung yang ramah juga menjadi nilai tambah. Kecuali makan di Karen’s Dinner, keramahan pemilik warung tentu menambah kenikmatan. Dan inilah kelebihan Warong Texas. Terbukti banyak orang yang kenal secara personal dengan Bu Arjo maupun Bu Marsanti. Bahkan banyak figur publik yang akrab dengan pemilik Warong Texas ketika masih menjadi mahasiswa biasa. Saya sendiri merasakan kehangatan Bu Marsanti sejak berseru, “Tumbas!”
Maka saya akan jadi garda depan pendukung Warong Texas mendapat gelar “warung nasi rames legendaris Jogja.” Karena warung sederhana dan ramah ini memang punya banyak alasan untuk jadi legenda. Sejarah warung ini panjang dan fenomenal. Makanannya enak dan beragam. Pemiliknya murah senyum, semurah harga makanannya yang ramah UMR. Apa lagi yang menghalangi warung ini untuk disebut legenda?
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 5 Rekomendasi Warung Nasi Rames Legendaris di Jogja yang Wajib Dicoba Sekali Seumur Hidup.