Tidak bisa dipungkiri, segala stereotip gender yang menyudutkan perempuan masih berkeliaran. Dalam obrolan sehari-hari, kita sering mendengar berbagai komentar, pernyataan, hingga basa-basi yang secara nggak langsung mengerdilkan posisi perempuan. Mulai dari celetukan seperti, jadi cewek jangan pinter-pinter. Ntar nggak ada cowok yang mau.
What? Kenapa perempuan nggak boleh pinter? Biar nggak bisa bersaing dengan laki-laki? Biar tiap hari bisa dibodohi terus sama laki-laki? Dibohongin, diselingkuhin, dilecehin, di-KDRT-in? Nggak mutu banget pakai bilang ntar nggak ada cowok yang mau. Ya kalau cowoknya ‘bodoh’ memang nggak mau!
Sayangnya, nggak semua orang bisa tegas berkomentar demikian. Saat ada yang sok ceramah, cewek tuh harus gini, nggak boleh gitu, bla bla bla… kita justru sering terjebak dalam insekuritas akut hingga mempertanyakan ulang prinsip kebenaran yang kita yakini—oh, kalau jadi cewek itu yang bodoh-bodoh aja ya? biar gampang nemu jodoh ya?
NO, GIRLS! Kita nggak perlu mengikuti semua kata mereka. Asal sesuai dengan prinsip kebenaran—jangan goyah hanya karena disebut tak biasa. Kamu ya kamu. Mereka ya mereka. Berikut ini adalah beberapa cuplikan dialog bernada seksis yang seringkali memporak-porandakan hati perempuan. Saat kamu mendengarnya, hadapi dengan tegas lewat jawaban-jawaban nan elegan berikut ini.
Pertama, saat ada yang bilang, “jadi cewek galak amat sih. Cuek! Jutek! Kalau ngomong pedes! Judes! Awas lho nanti nggak ada cowok yang mau sama kamu. Jadi cewek kayak biasanya lah, yang manis, ramah ke semua orang.” Katakan, “Sorry ya, aku nggak mau jadi cewek biasanya,”—singkat, padat, dan aroma cueknya itu lhooo~
Kedua, kalau ada yang bilang, “kamu cewek kok nggak kayak cewek sih? Wajah kusam, jerawatan, banyak komedo dan flek hitam dimana-mana. Makanya, jangan sering jajanin hobi yang nggak penting. Alokasikan dana buat beli skin care dan konsultasi ke dokter kecantikan. Biar kamu cantik kayak cewek-cewek itu tuh!” Segera tangkis, “Lho, saya ini cewek! Sama kayak mereka. Bedanya, kalau mereka itu cantiknya dari bedak, kalau saya cantiknya dari dalam hati. Selama hati kita baik, kecantikan pasti memancar kok.”
Bernada bijak, sangat cocok untuk menangkis nyinyiran netizen yang suka body shaming. Dikira dapat kulit mulus, glowing, dan bebas jerawat itu cukup dengan langganan skin care saja? Tak semudah itu, Rukayyah!
Ketiga yaitu pas ada yang iseng, “lho, kamu itu mau ke kondangan kok kayak gini sih? Kamu nggak mau pakai make up dulu? Ayo sana pakai bedak dulu. Jangan lupa lipstik dan pensil alisnya yang cetar. Jadi cewek jangan polosan gini!”
Untuk urusan make up memang nggak bisa diseragamkan. Ada perempuan yang doyan pakai make up sampai gambar alis aja pakai busur derajat biar sudut-sudutnya tepat. Tapi, ada juga yang sebaliknya: merasa paling ribet dan nggak nyaman kalau dipaksa tampil dengan pulasan make up.
Kalau kamu termasuk tipe nomor 2, ingat pasal pertama dalam tulisan ini ya: Asal sesuai dengan prinsip kebenaran, jangan goyah hanya karena disebut tak biasa. Kamu ya kamu. Mereka ya mereka. So, saat mereka bertanya, “Kok nggak pakai make-up sih?” Katakan, “Iya nih, aku tampil gini aja sudah cantik paripurna. Nanti kalau ditambah make up jadinya malah sidang paripurna” (Eits, kok nggak nyambung ya? Biarin aja dah! Biar mereka bingung, lalu googling apa itu sidang paripurna)
Lalu selanjutnya adalah hal yang paling sering ditanyakan bapak-bapak ojol di kala menjemput penumpang perempuan muda adalah, “Kok sendirian aja kak? Temennya mana? Pacarnya mana? Biasanya kan cewek paling nggak berani kalau pergi-pergi sendirian?”
“Ya itu kan cewek biasanya. Saya bukan cewek biasanya pak! Saya itu nggak mau mematikan lahan rezekinya orang. Kalau saya dijemput sama pacar, Bapak mah nggak bisa dapat penumpang seperti saya. Saya itu selalu ngasih bintang 5 lho pak,”
Lagi-lagi pertanyaan ini, “oh, mbaknya baru lulus toh. Wah, sebentar lagi nikah dong ya! Biasanya kan cewek itu nggak mau nunggu lama-lama. Jadi, kapan nih mbak? Jangan nunda-nunda mbak. Cewek itu kalau sudah tua makin susah dapat jodohnya. Nanti bakal jadi gunjingan tetangga lho!”
Lebaran sudah buyar, masih aja ditanya kapan nikah -___-
Ya kali asal udah lulus sekolah atau kuliah, semua perempuan cuma nunggu dikhitbah? Hidup nggak sedangkal kolam pancing, Bung! Untuk pertanyaan ini, sudah banyak yang ngasih opsi jawabannya. Mulai dari yang klise “Do’ain saja”, sampai yang rada sarkas, “Memangnya kenapa? Mau bantu sumbang biaya gedung dan catering-nya?”
Yang pasti, selalu ingat pasal pertama—jangan goyah selagi kita berada dalam prinsip kebenaran. Cewek itu harus cantik, nggak boleh cuek, nggak boleh galak, nggak boleh pinter, harus pakai make up, harus pakai skin care. Nikahnya harus cepet-cepet—apakah kalimat-kalimat itu bagian dari prinsip kebenaran? Coba renungkan kembali.